July 15, 2020

Cerita Bersama Seorang Teman Jerman


JAUH HARI sebelum perempuan itu datang, ia sudah mengirimi saya pesan bahwa apakah kamu masih di Tomia, apakah kamu masih sering menyelam, apakah saya bisa menyelam lagi dengan kamu, dan masih banyak pertanyaan lain menghiasi chattingan kami. Nampak intim.
Tak lama setelah itu, semingggu kemudian ia tiba di Tomia tanpa sepengetahuan saya. Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke telepon pintar saya yang berbunyi hey, kamu dimana saya sudah dua hari disini.

Bergegas, saya menemuinya di Hotel tempatnya menginap. Dari jauh ia sudah tersenyum kemudian saya menyalami-menjabat tangannya lalu menanyakan kabar dan perbincangan basa basi atau remeh temeh berlanjut layaknya teman yang baru saja berjumpa lagi. Di akhir pertemuan sore itu perempuan itu berkata : besok kamu harus menemani saya menyelam, tak boleh menolak, katanya dalam speak bahasa (bahasa Indonesia) yang masih terbata-bata.

Saya mengangguk tanda menyanggupinya. Keesokan harinya, saya menemaninya seharian menyelam (tiga kali dive). Selalu menyenangkan diving bersamanya, apapun yang ia temukan dibawah sana pasti akan memanggil saya. Insting dan penglihatannya cukup tajam. Di spot ali reef misalnya ia bahkan memberikan saya signal kalau seekor hiu telah dilihatnya. Padahal itu luput dari pengamatan saya yang sibuk akan ramainya ikan jack fish & fusilier. Hari itu, saya menunjukannya sepasang pontohy pygmi sea horse (kuda laut). Dia tersenyum lalu memberikan signal love tanda ia menyukai hewan laut super mungil yang cukup sukar untuk diketemukan tersebut.

Ia memang penyuka shark/HIU. Setahun sebelumnya kami juga bersama memburu Hiu pada salah satu tempat andalan untuk melihatnya di wilayah Tomia. Pada spot ini, hiu biasa diketemukan sekitar kedalaman tigapuluhan meter, hiu-hiu akan berenang mondar-mandir berdekatan dengan penyelam. Karena saking sukanya pada spot penyelaman ini dia meminta/me-request untuk menyelam lagi besoknya. Ia memang penyelam dalam dan biasa membawa dua tabung bahkan lebih. Dia juga terbiasa menyelam di gua. Saya merasa beruntung menyelam dengan penyelam yang hebat sepertinya. Sebab saya selalu ingin belajar dari mereka yang berpengalaman.

Esok harinya ia meminta untuk menikmati senja di dataran tinggi Puncak Tomia (tempat terbaik melihat sunset). Seperti biasa selain menyelam terkadang ada tamu atau turis yang meminta untuk melihat sisi lain dari pulau yang mungil ini, tomia. Sebelumnya setahun yang lalu kami juga menikmati sunset bersama di tempat yang sama. Hari itu kami berbincang banyak hal sembari menanti senja berarak-arak menjemput malam. 

Ada hal yang berbeda dari kedatangannya kali ini. Jika sebelumnya ia masih menggunakan kamus atau aplikasi translate. Atau sebaliknya saya terkadang menggunakan translator di handphone. Namun kali ini ia sudah lumayan mahir mengucapkan bahasa Indonesia. Jadi dia tidak kesukaran untuk berkomunikasi lagi dengan saya atau sebaliknya. Sejatinya ia perlahan-lahan mempelajari bahasa Indonesia hasilnya ia jauh lebih berkembang dari setahun lalu. Sesekali ia bertanya dalam english kepada saya mengenai maksud dari sesuatu hal yang tak dipahaminya. Dengan senang hati saya mencoba membantu menerjemahkannya, walau dengan kemampuan bahasa inggris saya yang masih jauh panggang dari api. hh

Kepada saya, dia selalu mengatakan bahwa dirinya mengagumi tomia, makanya ia  datang mengunjungi Tomia yang kedua kalinya dan akan berkunjung di tahun berikutnya lagi. Kami banyak berbincang mengenai budaya, sosial, agama, kuliner dan yang pasti tentang bawah laut sebagai hal yang sama-sama kami senangi. Ia selalu memuji underwater atau bawah laut tomia terlebih ia juga suka melihat black coral atau akar bahar yang berukuran raksasa. ‘’karang di tomia bagus dan sehat begitu juga visibilitinya, saya suka tomia” ungkapnya dengan penuh kekaguman.

Teman Jerman saya itu memang concern pada penyelaman dalam, ia seorang peneliti. Ia mengaku mendapat beasiswa dan akan mengambil gelar doktor-nya di Australia serta penelitiannya akan dilakukan di Raja Ampat, Papua. Pada kedalaman tertentu ia akan mengambil sampel & meneliti disana, dia juga akan meminta bantuan dari seorang temannya yang  seorang instruktur penyelaman dalam. Semoga dimudahkan.

Tak lama sunset pun datang, kami menikmati matahari terbenam hingga benar-benar bertemu malam. Ia seperti orang-orang eropa lainnya, yang mengagumi sunset Indonesia, sunset khas tomia tentunya. Tak lama matahari sore menuju peraduannya lalu kami pulang melewati jalan tiap desa yang mulai sepi.

Tugas saya tak selesai sampai disini. Rupanya ia meminta saya agar menemaninya menyaksikan acara joget. Layaknya seorang teman yang baik, lagi-lagi saya mengamini keinginannya. Sepeda motor saya melaju menuju hotel dan membawanya ke tempat joget malam pada suatu acara perkawinan. Seperti apa yang saya duga jika orang-orang yang datang ke acara tersebut akan memerhatikan kami kerena keheranan. Bahkan seorang teman saya (seorang gadis) mengira bahwa yang bersama saya itu adalah pacar bule saya. Sebab cukup jarang masyarakat melihat bule-bule datang menonton acara joget semacam itu dikampung saya. 

Menurutnya acara joget yang disaksikannya cukup unik tapi dia menikmati & menyukainya. “di negara saya tak ada acara seperti ini”, katanya. Turis-turis selalu menyukai originalitas dari suatu daerah, bagi mereka hal itu adalah kemewahan yang tak dilihatnya di negara asalnya, layaknya acara joget.

Saya menawarinya apakah kamu ingin berjoget nanti akan saya carikan pasangan seorang dari teman saya. Eh, dia malah meminta agar saya menjadi pasangannya. Oh, well akhirnya setelah menjelaskan panjang lebar kalau saya kurang menyukai joget, barulah ia mengerti sambil tertawa-tawa. Setelah cukup puas menyaksikan muda-mudi dan tua yang tak mau kalah lalu menyatu serta terbuai dalam lagu dan goyangan, kami pun pulang. Hari yang melelahkan terlewati. Keesokan harinya saya mengantarnya ke dermaga, dia pun pamit melanjutkan perjalanannya mencumbu wilayah lain di Indonesia, merealisasikan rencana-rencana lainnya.

Sebenarnya ada beberapa hal yang saya senangi dari teman eropa saya tersebut. Benar saya sering menemani turis-turis untuk menyelam, atau yang ingin melihat bagian lain dari keseharian kehidupan masyarakat pulau tomia. Ia berbeda dari kebanyakan mereka.  Saya menyukai kejujuranannya mencintai Indonesia, mencintai alam Indonesia & laut wakatobi. Saya juga menyukai semangatnya mempelajari bahasa Indonesia yang perlahan-lahan mengalami peningkatan. Mengagumi totalitas serta ambisinya mempelajari dan meneliti sesuatu di kedalaman tertentu sana. Serta saya mengagumi keberaniannya menjelajahi wilayah-wilayah pelosok di Indonesia seorang diri, SATU HAL YANG BELUM SAYA LAKUKAN sejauh ini.

Mungkin suatu hari kami akan menyelam lagi bersama. Entah!
-          Pulau Tomia, 15 juli 2020
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER BULAN INI