March 09, 2015

Mengintip Permainan Tradisional Anak Kota


Anak-anak Pulau Tomia Saat lomba Perahu/Dok. Fossmat Kendari
PERMAINAN TRADISIONAL. Siapa saja, entah itu saya dan barangkali anda sekalian tentu pernah mengalami dan melakukan hal tersebut yakni ketika melewati fase anak-anak atau saat kecil dahulu. Ada beragam hiburan menarik yang sering dilakukan saat itu tentunya. Namun tiap daerah berbeda-beda tata cara-aturan dan jenis permainannya.



Permainan klasik atau tradisional merupakan satu kekayaaan budaya nusantara dari sekian banyak tradisi yang mengakar dalam masyarakat. Ada banyak nilai kearifan lokal dan pembelajaran pada setiap jenis permainannya. Maka sudah semestinya hal itu dijaga keberadaannya apapun bentuknya, saya rasa mengenai ihwal ini kita semua akan bersepakat tentang kosakata lestari. Misalkan apresiasi harus diberikan kepada komunitas-komunitas yang peduli dan masih memberdayakan beberapa jenis permainan tradisional di lingkungannya.        
                 
                                                                            ***
Di kota besar layaknya Makassar, khusunya pada sekitar daerah yang saya tempati (kostan), saya tak banyak melihat anak-anak merajut masa kecilnya dengan beragam permainan klasik. Selain bermain sepak bola di lorong-lorong jalan, mereka juga hanya memainkan permainan lempar sendal. Selebihnya tak ada lagi yang bisa saya saksikan. Ya, itu mereka lakukan ketika sore hari sepulang dari bersekolah.

Hari ini, menyaksikan anak-anak bermain bola adalah sesuatu yang lumrah sebab jenis permainan tersebut telah membumi dimanapun terlebih menjadi kegemaran mereka yang berumur dewasa. Maka, yang unik hanyalah permainan lempar sendal tadi. Yang memainkannya tak hanya anak sekolah dasar namun beberapa dari mereka ada yang ditingkat pertama, smp. Sepintas saya memerhatikan caranya yaitu dimainkan secara tim/kelompok. Misalkan satu kelompok beranggotakan empat orang maka akan berlawanan dengan jumlah yang sama. Sebanyak empat pasang sendal akan disusun saling menopang satu sama lain.

Setelah itu, tim lawan (tiap orang secara bergantian) akan melempar susunan sendal itu hingga jatuh atau runtuh. Nah, barulah tim yang sendalnya dijatuhkan akan mengejar tim yang meruntuhkannya dengan menggunakan satu sendal secara estafet hingga mengenai seluruh jumlah tim yang meruntuhkannya. Namun dengan catatan sebelum sendal-sendal yang runtuh itu bisa dibangun kembali oleh tim yang meruntuhkannya.

Seingat saya, selain lempar sendal tersebut mainan lain yang bisa disaksikan dari anak-anak disekitar saya tempati adalah bermain rakit yang dibuat dari pelepah pisang atau gabus. Tentunya tatkala banjir menggenangi lorong-lorong jalan. Mereka akan menaiki dan mendayungnya. Bahkan juga ada yang mencoba belajar berenang. Barangkali di sudut lain Kota Makassar atau daerah lain masih banyak anak-anak yang mengenal dan memainkan permainan tradisi daerahnya sendiri, saya kurang tahu akan hal itu.

Melihat permainan anak-anak di perkotaaan, saya mendadak bermemori tentang mainan tradisional di kampung halaman, Pulau Tomia, Wakatobi. Saya masih ingat masa kecil dahulu amat beragam permainan yang sering saya lakukan diantaranya adalah bermain lompat tali, petak umpet, main gasing, layang-layang, kelereng, main pohon, lomba perahu dari serabut kelapa, membuat istana pasir ditepi pantai, bermain dengan ombak, serta masih banyak mainan lainnya yang jarang dialami oleh anak-anak kota. Saya selalu merasa beruntung pernah melewati masa seperti itu.

Namun, pertanyaannya apakah semua jenis permainan tradisional yang saya sebutkan diatas masih hidup hingga hari ini. Apakah semua mainan yang dibanggakan dan menghiasi keceriaan anak pulau tersebut masih lestari atau tetap dimainkan sampai sekarang. Atau jangan-jangan telah tergerus oleh arus perkembangan zaman yang bernama kemajuan. Atau malah telah tergantikan posisinya dengan permainan produk modernitas, semacam gadget yang kini menggerogoti anak-anak di perkotaan. Mungkin saat ini anak-anak pulau disana lebih banyak menghabiskan waktunya di depan komputer lalu bermain game online atau asyik berkeliaran di jejaring sosial semacam facebook. Entahlah?

- Sehabis menyaksikan anak-anak lorong bermain lempar sendal

21 comments:

  1. wakatobiiii..wah pengen banget kesana aku mas....mau bangetttttt

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin.. insha allah kesampaian mbak dewi.
      hubungi sj nanti sy jadi pemandunya..

      Delete
  2. Permainan tradisional memang penting sekali untuk dilestarikan ya. Duh, aku jadi nostalgia & kangen sama masa2 dahulu. Kasihan anak2 jaman sekarang yang tak mengenal asyiknya permainan tradisional dengan kearifan lokalnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sy rasa kita tak dapat pungkiri bahwa permainan tradisional mulai perlahan kini terlupa.. salam mbak noor,

      Delete
  3. Jadi teringat kembali akan masa-masa kecil yang sering main di pantai atau di kala hujan datang. Biasanya menggunakan perahu kertas dan kadang perahu yang terbuat dari sabut kelapa. #MemoryMasaLampau

    ReplyDelete
    Replies
    1. mainan masa kecil yg kini mulai tak dikenal. sungguh ironis. maka wajarlah pemerinth mencoba melestarikannya lewat kompetisi blog..

      Delete
  4. kalau waktu bisa berputar ingin rasanya kembali merasakan permainan tradisional bareng teman teman, tulisan ini mengingatkan nostalgia

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau dtempat mbak lela, permainan apa biasanya.. hehe. thanks ats kunjunganx. salam

      Delete
    2. biasanya maen gobak sodor, maen dampu wah banyak mas pokony masa itu masa terindah

      Delete
    3. brarti hampir sama dengan permainan sy dulu.. benar skali masa yg indah

      Delete
  5. Miris emang mas jaman sekarang mah, kebanyakan bocah udah beralih ke permainan yang ada di dalam gadget, dan mereka gak tau asyiknya bermain permainan tradisional.

    ReplyDelete
  6. Waa... dari Wakatobi ya mas. Indah banget di sana. Maaf salah fokus ya... langsung excited ketika baca sampai situ.

    ReplyDelete
    Replies
    1. semua tempat indah tergantung sudut pandang seseorang melihatnya.. salam

      Delete
  7. salam semua anak anak di Pulau Tomia Wakatobi ya, masa kecil saya juga seperti itu

    ReplyDelete
  8. masih mending mas...

    di daerah saya udah jarang yang main tradisional
    kadang miris sih
    kebanyakan lebih suka maen ps atau game online

    padahal waktu kecil mah, saya sering maen dampu, karet, tak umpat, dll

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar mas, kini mainan tradisional hanyalah legenda semata. pes dan game online lebih menjadi favorit..

      Delete
  9. wah menarik sekalai ya andai saja bisa melihat langsung lomba perahu atau main tradisional tersebut
    salam n izin follow ya mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah makasih mbak imerlina atas follownya. salam blogger

      Delete

TERPOPULER BULAN INI