December 09, 2014

Bulu Baria! Puncak & Keindahan Yang Terlupa


Dok. Ormed Sar Unhas

Bulu Baria (2658 Mdpl) adalah puncak lain pada kawasan taman nasional pegunungan Lompobattang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Namun puncak ini seolah terlupa bagi para penikmat ketinggian atau bahkan tak terlalu memikat hati mereka yang mencandui kabut abadi nan romantis. Tak setenar Bawakaraeng, Lompobattang atau Lembah Ramma serta triangulasi pada puncak lainnya yang tiap akhir pekan selalu sesak dikunjungi oleh khalayak ramai. Dari Puncak Tallung (Ramma) puncak bulu baria terlihat jelas di arah kanan saat berdiri sedang bawakareng berada pada sebelah kiri.

Hal yang saya ingin deskripsikan bahwa triangulasinya hanyalah tumpukan-susunan beberapa batu setinggi kurang dari empat puluh sentimeter. Disekitar tempat ini lumayan luas untuk membuat camp namun arealnya terbuka sebab tak banyak pohon yang bisa melindungi tenda-tenda. Maka sewaktu-waktu angin bisa saja meniup kencang. Bercamp disini berarti tidur dan menghabiskan malam di pinggir tebing-patahan yang memisahkannya dengan puncak Bawakareng.

Dari puncak bulu baria kita akan melihat puncak bawakaraeng seakan-akan tepat berada di depan mata, sangat dekat yang terkadang tertutup tirai bernama kabut. Tatkala sore telah datang maka menikmati parade senja adalah kenikmatan yang amat tiada tara. Gulungan awan serupa lautan nan teduh dan matahari jingga sangatlah memesona.  Tak ada pemandangan yang bisa menentramkan hati dan jiwa selain mencumbui keagungan semesta dan ihwal itu akan dijumpai di atas puncak-puncak gunung.

Dok, pribadi

Secara administrasi gunung ini berada pada desa majannang kecamatan perigi kabupaten gowa. Akses untuk mencapai puncaknya bisa langsung melalui Desa Majannang atau bisa melakukan perjalanan lintas misal dari dusun Parambintolo-Malakaji Kabupaten Gowa atau dari daerah Lannying kab. Bantaeng untuk melakukan trakking menuju puncak Lompobattang.

Jika traking dilakukan melalui daerah majannang akan sedikit menantang sebab jalurnya yang panjang nan menanjak. Sebelumnya tapak-tapak kaki akan menyusuri jalanan pengerasan yang melalui perkampungan. Orang-orang bukit di sini sangat ramah melempar senyum hangat dari wajah tulusnya bahkan tak sungkan menawarkan kami untuk singgah dan mencicipi kopi di rumah panggung milik mereka. Oh. iya pada berapa kali melewati daerah ini pak desa dan pak rt serta kepala sekolah dasar yang ada pada desa disini amat baik pada kami dengan menginap di rumahnya. Sungguh, inilah kemewahan dalam setiap perjalanan yang dijumpai di perkampungan kaki gunung yang bahkan sangat jarang di dapati di perkotaan hari ini.

Saya hampir lupa bahwa tumbuhan kopi di daerah ini sangatlah dominan nampak pohonnya berukuran tinggi dan jalanan pun dibuat rimbun oleh tanaman kopi tadi. Petani atau warga di daerah ini menaruh harapan hidup pada butir kopi selain sayur mayur. Hal yang sangat kontras pada pembangunan deaerah ini yakni jalanannya yang masih pengerasan serta tak ada listrik negara yang menerangi perkampungan saat malam hari. 

Setelah melewati jalan pengerasan selanjutnya akan menyusuri saluran irigasi yang berfungsi untuk mengaliri ladang-ladang pertanian warga. Sumber air terakhir hanya ada pada pos tiga selebihnya sudah tak ada lagi. Maka dari itu kemampuan memaneg air sangat dibutuhkan dalam perjalanan menuju puncak bulu baria. Dalam perjalanan jika beruntung akan menjumpai kera atau bahkan menemukan buah kalpataru, yakni buah yang dihasilkan dari pohoh pengharapan. Waktu tempuh menuju triangulasi bulu baria bisa memakan waktu seharian dengan teknik berjalan normal atau dengan langkah santai.

Sedang atau jika melalui rute-jalur Puncak lompobattang adalah menyusurinya hingga ko'bage. dari sini mengambil jalur arah kanan. Dari sini tak terlalu jauh, puncak bulu baria bisa ditempuh dengan waktu empat hingga lima jam. Jalur yang akan dilalui adalah dengan menyusuri punggungan. Namun tanda-tanda semisal stringline tak terlalu jelas jadi sebaiknya membawa peta dengan sesekali melakukan orientasi serta sesekali menyesuaikannya dengan rencana jalur yang telah dibuat sebelumnya.

Pada beberapa titik akan dilewati jalur menurun yang terjal serta jalur mendaki yang menantang. Nah, setelah itu barulah puncak bulu baria akan terlihat. Sebuah keharusan untuk mendirikan camp dan menghabiskan atau menikmati malam pada puncaknya. Menyeruput kopi dan tembakau akan menambah cerita tentang keindahan gunung ini.

***
Ada beberapa hal hebat jika melakukan perjalanan lintas melalui puncak bulu baria adalah gunungnya masih asri sehingga sangat jarang diketemukan sampah-sampah yang berserakan pada sepanjang jalur perjalanan. Selanjutnya menikmati sore hari disini sangatlah istimewa sebab lautan awannya serupa lukisan yang tak mungkin dilampaui oleh imajinasi seorang pelukis manapun sebab inilah karya agung sang pemilik semesta. Pun tatkala sore hari kita bisa menyaksikan view bawakaraeng dengan sangat jelas nan memukau. serta kabutnya yang selalu menggoda serta akan mengetuk-ketuk pintu jiwa agar selalu kembali kesana untuk mencumbuinya.

Lantas mengapa hanya puncak bawakaraeng atau puncak lompobattang serta lembah ramma saja yang kita datangi. Sekali-kali cobalah mengunjungi bulu baria, agar tak menjadi puncak yang terlupa dengan segala pesona dan keindahannya yang dimilikinya! (Avignam)

September 30, 2014

Istana Kecil di Tepi Pantai Adalah Hadiah Untukmu Sayangku


Mendekatlah sayangku. Akan ku ceritakan padamu tentang arogansiku pada hari-hari akan datang, yang kata orang-orang yang mengkultuskan dirinya motivator ulung adalah impian. Sungguh ini hal yang akan kuperbuat saat beberapa musim nanti telah berlalu. Dengan nada yang nyaring serta intonasi yang jelas pada pukul dua tengah malam nanti, saat dimana kota tua ini sedang terlelap dari rutinitas hariannya maka saat itu juga akan kudendangkan padamu segala ihwal mimpiku tadi. Ah, tenanglah aku tahu engkau pasti menyukainya. percayalah padaku.

Dengan senyum khasmu yang selalu membiusku, perlahan engkau menyimak nada bicaraku dengan sedikit sentuhan magic puitis yang seolah-olah hal itu telah meyakinkan jalan pikiranmu. Aku selalu menyukaimu seperti engkau yang tak pernah meragukan argumentasiku yang kadang-kadang hal itu tak ilmiah. Jujur itu murni ungkapan terdalam palung hatiku. sekali lagi kukatakan, aku menyukaimu seperti halnya keyakinan dirimu yang tak pernah berkurang seinchi tentangku. ini cinta yang agung.

Terdengar ambisius mungkin. Namun lirik masa depan ini telah kucatat rapi dengan goresan huruf tegak miring nan indah serta terstruktur pada buku perjalanan milikku. Pengharapan yang belum sempat kuceritakan kepadamu. Ini hadiah untukmu atas kesetiaan cintamu padaku. Aku telah merencanakannya. Percayalah!

Akan kubuat rumah di tepi pantai kampung halaman kita. Serupa istana mungkin, menurut kosakata dalam ruang imajiku. Istana  yang kita berdualah perancangnya. Rumah yang menjurus ke laut agar kita selalu menyaksikan parade senja tiap harinya, bukankah tanda kebesaran semesta itu kesukaanmu. Aku tahu itu sebab kau sering mendengungkannya padaku juga dalam bait-bait naskah tulisanmu.

Tak perlu mewah ataupun megah sebab kau tak begitu mempersoalkan predikat kemewahan. Itu bagian lain yang kusuka darimu. Kaulah orang yang merindukan kesederhanaan hidup ditengah orang-orang yang mempersenjatai dirinya dengan kemewahan modernitas atau segala predikat kepongahannya. Ya, Kau hebat sayang. Itu yang menumbuh semai-kan derajat cintaku padamu.

Akan kubangun istana itu serupa bangunan di taman-taman surgawi. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku disana bersamamu, tentu bersama anak kita nanti. Senantiasa berbahagialah kita tiada tara. Ah, kau kembali tersenyum mendengar hal ini. Kau tahu bukan, senyumanmu tadi adalah asupan penguat bagi rohaniku.

Pada pekarangan rumah impian kita, terdapat galangan kecil untukku membuat sebuah perahu. Dengan sentuhan jemariku serta sesekali mengadopsi rumus-formula kapal yang pernah aku pelajari pada bangku pendidikan dahulu. Setidaknya kapal itu harus tangguh dan kuat terhadap keganasan lautan. Kapal yang akan membawaku mengarungi birunya laut banda lalu menyinggahi seluruh pulau-pulau tukang besi.

Bersamaku akan ku ajak Jagat, anak kita. Alam akan mendidiknya menjadi tangguh serta perkasa. Aku ingin anak kita mencintai tanah tumpah darahnya yakni pulau tukang besi lewat perjalanan laut bersamaku. Ekspedisi ini adalah ambisi lama yang terpendam dalam diriku dimana terkadang sangat naif untuk diceritakan. Ini akan menjadi refleksi perjalanan terhadap sang pengelana yang amat aku kagumi yakni Ibn Batutah. Sebaliknya kepada penjelajah lainnya aku ingin mengutuk Columbus dari buku sejarah tentang penaklukannya terhadap dataran yang ia datangi, sungguh ia tokoh imperialis-kolonialis. Laknat!

September 28, 2014

Perbincangan Tentang Nona


Dia (teman) berkata : mengapa harus nona?
Saya menjawab : sebab nona adalah alasan terbesar saya mengembara dan berpetualang. 
Teman  lagi  : mengapa bisa.?
Saya jawab : yah, karena nona menyimpan serpihan rusuk milik saya maka nona harus bertanggungjawab.
Teman        : well, itu saja.
Saya           : yupp sesederhana itu saja.            

***

Surat Cinta Untukmu, Nona

        ***

Silahkan baca di emailmu, jangan lupa untuk membalasnya. nona.

September 27, 2014

Berolahraga (Lari) Serupa Ibadah Wajib

Ilustrasi/google


BEROLAHRAGA, bagi saya serupa ibadah wajib semisal shalat sebab keduanya adalah kebutuhan. Mau tidak mau harus saya tunaikan kewajiban itu sebagai pemenuhan asupan bagi jasmani dan rohani. Untuk bisa melahirkan tubuh yang sehat seseorang harus menggerakan serta melatih otot-ototnya agar tidak kaku. Dan saya adalah orang yang paling takut tak menunaikan hal itu. Takut karena pada titik itu sakit akan mudah menghinggapi tubuh yang tak kuasa ini, tubuh yang hanya terbungkus oleh segumpal daging dan tulang. 

Dahulu, semasa kecil dikampung bermain bola adalah hal yang paling menyenangkan. Entah itu dilakukan di halaman sekolah ketika lonceng istrahat dibunyikan ataukah sepulang sekolah tatkala sore hari dengan kembali bermain bola di pasir putih pinggiran pantai belakang rumah. Alhasil karena sejak dari kecil sudah menyukai bola maka tak mengherankan lutut dan betis saya dipenuhi  bekas luka. Tak mengherankan pula jika saya sangat menggemari olah raga terpopuler sejagat ini dan memiliki klub kebanggaan tersendiri yakni AC Milan sebagai klub sepakbola yang lahir dengan tradisi juara. Saya juga mengagumi seorang pemain bola yakni Andrea Pirlo, seorang maestro lapangan hijau. Saya masih menyimpan angan-angan kelak suatu hari bisa bertemu dengannya untuk sekedar minum kopi bersama dan menimba ilmu tekhnik mengeksekusi bola mati darinya yang terkenal nan mematikan serta akurat.

Saya saat mengikuti pertandingan tarkam
(Foto/Hazam)

Selain permainan tradisional,  Banyak jenis olahraga yang biasa saya lakukan saat berada di kampung halaman Pulau Tomia,  seperti bermain bola tiap sore bisa juga bermain takraw atau berenang di laut dekat rumah. Barangkali karena hal tersebut dan itu berlangsung sejak dulu maka sekarang pun seolah menjadi kebutuhan yang harus sesering mungkin dilakukan. Saya selalu merasa ada yang kurang jika mendadak berhenti melakukan gerakan-gerakan olahraga. Tubuh saya akan kaku dan berat badan pun bertambah.

Di kota yang saya tempati sekarang berolahraga menjadi barang yang mahal. Seseorang harus menyewa tempat misalnya ketika hendak bermain futsal atau melakukan fitness termasuk jika ingin berenang maka harus membayar biaya masuk untuk menggunakan fasilitas yang ada. Namun orang kota tak mempesoalkan masalah biaya, toh sehat itu bernilai mahal dan itu adalah kebutuhan bagi jasmaninya maka mereka akan rela merogeh koceknya lebih sering. Termasuk saya sendiri yang sekali-kali menyewa lapangan futsal.

Sejak sewindu lalu dan saat itu memutuskan menyukai aktifitas outdoor semisal naik gunung maka latihan membina jasmani harus intens. Saya selalu meyakini modal berharga untuk olahraga terkategori berat tersebut adalah dengan melatih fisik saya secara kontinu. Bagaimana mungkin saya bisa membawa kerel sebesar itu dengan melalui medan berkontur menanjak tanpa tumpuan kaki yang kuat untuk menopangnya. Seberapa lama bertahannya tubuh untuk membunuh malam-malam dingin alam liar di atas sana tanpa fisik yang prima. Saya merasa berolahraga adalah obat penangkalnya dan hingga hari ini itu sangatlah ampuh. Fisik yang baik sangat mempengaruhi dan akan mengurangi faktor resiko yang timbul dalam diri seseorang. Bagi saya perkara fisik adalah hal mutlak yang tertera dalam buku panduan mendaki yang saya punyai.

Hal yang paling rutin adalah latihan lari atau jogging dengan trek dan jarak tertentu. Lari merupakan jenis olahraga yang paling gampang dilakukan. Dengan pola latihan yang benar semuanya akan aman-aman saja bagi tubuh. Saat ini lari telah menjadi gaya hidup masyarakat kota. Kita bisa melihatnya begitu banyaknya orang yang mulai menggemari olahraga lari. Barangkali benar dengan berolah raga maka akan mengurangi atau membunuh kepenatan rutinitas orang-orang kota yang menjemukan itu.

Bagi beberapa orang yang menilainya, berolahraga  memiliki sisi negatif yah mungkin itu berdasar alasan ilmiah. Namun bagi saya pribadi berolahraga seperti lari sore adalah kebutuhan yang amat penting bagi pembinaan jasmani. Setidaknya saya sudah merasakan manfaat dari aktifitas lari sore yang masih konsisten saya lakukan hingga hari ini. Dua-tiga-empat kali dalam seminggu sangat baik bagi jantung dan otot-otot saya. Maka tak berlebihan seorang teman mengatakan kepada saya bahwa selama rutin melakukan lari ia juga jarang terserang sakit. Dengan sebuah kesimpulan rutin berolahraga akan memberi manfaat bagi seseorang, percayalah selalu ada hal hebat yang akan diterima tubuh.

Saya selalu berharap akan selalu menjalankan rutinitas aktifitas lari ini bahkan saat itu usia lanjut telah menyerang. Dari dulu, sekarang hingga nanti saya ingin selalu menjaga kebugaran tubuh agar tetap sehat dengan sebuah keyakinan dengan terbinanya jasmani pun akan menyehatkan tubuh hingga akan memperpanjang usia saya. semoga! 
Nah, bagaimana dengan anda sekalian apa demikian halnya menggemari olahraga seperti lari??

Sedang bersiap-siap lari sore di kampus unhas. Makassar, 28/09/2014

September 18, 2014

Perempuan Seksi di atas Kapal Ferry


Ilustrasi/Google

Kota Daeng sore hari. Taxi yang saya tumpangi melaju melewati jalan penghibur hingga berhenti tepat di depan pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar. Nampak bar-bar yang menghias pada sepanjang jalanan penghibur itu masih menutup rapat pintunya. Tak seperti biasa, hanya beberapa warung makan dan toko penjualan tiket perjalanan yang melakukan aktivitas pelayanan terhadap pelanggannya. 

Dahulu jalanan ini bernama jalan nusantara namun sekarang telah berganti nama menjadi jalan penghibur. Barangkali berdasar atas banyaknya bar-bar di kawasan pelabuhan tersebut yang juga menyediakan perempuan-perempuan seksi untuk meneguk kenikmatan bersama segelas anggur atau bir yang kemudian berakhir di atas ranjang tempat tidur dimana bisa dinikmati setiap inchi bagian tubuh perempuan seksi tadi atau bercinta menurut bahasa seorang kawan saya yang pernah memasuki tempat tersebut.

Sejam lebih menunggu di dalam terminal keberangkatan barulah petugas mempersilahkan calon penumpang untuk naik ke atas kapal. Seperti biasa semua orang akan berebut tempat maka dari itu saya pun harus gesit dan lincah mencari. Yah tak seperti di kapal terbang, penumpang pasti akan mendapatkan tempat sebab telah mengantongi nomor kursi untuk setiap masing-masing bukan? Tapi inilah serunya naik kapal laut selalu ada romantisme dalam pelayarannya terlebih kapal yang saya tumpangi adalah jenis ferry yang ukurannya tak sebesar kapal-kapal pelni begitu pun dengan kecepatannya yang tak sebanding.

Romantis. Ya sembilan belas jam waktu tempuh laut menuju pelabuhan bau-bau. Yang menambah romantisnya adalah ombak sedang menari-nari di lautan atau tepatnya pelayaran ini bersamaan dengan waktu keras ombak. Maka alhasil sebagian penumpang mengalami mabuk laut entah itu anak-anak atau dewasa. Barangkali alasan inipula sehingga jatah makan para penumpang diantarkan ke tempatnya masing-masing oleh anak buah kapal ferry ini. Seingat saya setahun lalu pada pelayaran di kapal yang sama, saya tak menemukan perlakukan yang sama.
  
Di luar sana boleh saja Bulbous bow (baca ; pemecah gelombang kapal) tengah beradu-padu membelah gelombang, namun saya juga butuh hiburan mengingat perjalanan ini terbilang lamban. Satu-satunya hiburan adalah menyaksikan pertunjukan musik oleh dua orang perempuan seksi yang masih muda menurut taksiran saya. Sungguh mereka nampak aduhai saat bergoyang. Suaranya pun cukup merdu untuk membuat para penumpang terhipnotis dan terkagum-kagum.

Windi namanya, ia berbaju hitam. Seorangnya lagi namanya Mislina mengenakan pakaian merah putih. Mengapa seksi karena baju yang dikenakannnya terpotong pada bagian lengannya. keseluruhan pakaiannya terlihat sangat kekat yang membalut tubuh perempuan itu. Saat keduanya memperdendangkan lagu, sesekali mereka bergoyang memainkan pinggulnya yang amat aduhai itu. Sesaat itu tepuk tangan membahana dari seisi ruangan pertunjukkan.

‘’Kucari jalan yang terbaik’’ sebagai pengantar-lagu pembuka menambah kehangatan dan kemeriahan ruangan pertunjukan di kapal tersebut. Sambil mendengarkan suara halus kedua perempuan seksi itu,  saya memesan-membeli segelas kopi panas. Saya merasa ada kenikmatan lain yang bersenyawa antara kopi panas yang mengepul dan suara merdu penyanyi tadi. Ombak besar yang menghantam kapal pun tak begitu terasa lagi.

Keduanya juga pandai memainkan lagu pop dan dangdut, kesemuanya dilahap dengan mudahnya. Menyaksikan pertunjukan ini serupa saya menonton secara live konser-konser penyanyi kenamaan asal ibukota. Suara halusnya sanggup mengusir kepenatan yang saya rasakan di atas kapal. Segala rasa jenuh dan guncangan ombak serasa terbunuh akan tembang-tembang yang mereka perdendangkan. Semua orang saat itu akan menikmati hal yang sama adanya. 

Bagi penumpang yang tengah menyaksikan pertunjukkan di tantang untuk menyanyi bersama kedua perempuan seksi itu. Sejujurnya saya ingin menerima ajakan untuk berduet bersama Windi karena bagi saya, ia akan sangat cocok saat membawakan tembang kenangan begitu juga dengan lagu balada. Saya ingin menyanyi bersamanya dengan sebuah lagu "Untukmu Gadisku". Saya ingin membisikan padanya bahwa ini lagu kesukaan saya yang dipopulerkan oleh Franky S dan Jane. Mungkin ia akan tersenyum saat saya mengatakan itu. Batinnya akan mengatakan ini lagu amat bagus tentang pengharapan seseorang kepada kekasihnya. ah, lupakanlah saya hanya penikmat bukan penyanyi layaknya mbak Windi yang bersuara khas ... 

Akhir malam. penampilan dari kedua perempuan seksi tadi  disudahi dengan lirik "berita kepada kawan". "Perjalanan ini trasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk disampingku kawan. banyak cerita yang mesti kau saksikan..."

Keesokan harinya kapal telah tiba pada pelabuhan tujuan. Menikmati malam di Pantai Kamali Baubau adalah keharusan. Bisa dilakukan dengan memesan saraba hangat dan gorengan misalnya. Akan terasa syahdu dengan Angin sepoi kamali yang begitu lembut membelai wajah. Di pantai ini saya kembali bertemu ke dua perempuan seksi di atas kapal ferry yang saya tumpangi. Barangkali mereka juga ingin menikmati wisata malam pantai kamali. Dari kejauhan saya ingin menyampaikan "sampai jumpa pada pelayaran selanjutnya mbak windi, mbak mislina. Kalian bukan saja penyanyi  hebat tapi juga pengelana tangguh yang menantang diri melawan gelombang laut dari pelabuhan satu ke pelabuhan lainnya".. Selamat menyeruput sarabanya mbak. Semoga hangatlah malam kalian di kota semerbak ini..

September 14, 2014

Sebulan Tak Pernah Menulis, Why?

Ilustrasi Google

Sebulan lamanya saya tak menggoreskan apa-apa disini. Barangkali sekedar berceloteh atau berceritra akan percumbuan dengan semesta. Ataukah kisah tentang jalan sunyi, kisah keheningan serta hal yang menjemukan telah melanda saya berapa hari ini. Pun tak ada catatan akan ikhwal yang telah merenggut tidur malam yang saya lewati.  Sialnya lagi, lirik-lirik akan masa depan tak saya perdendangkan kepada kekasihku Lidya, wanita  titipan Tuhan yang bersenyum manis itu.

Belakangan ini menulis adalah hal yang paling berat dilakukan. Yah serupa mengangkat carrier berukuran 100 liter lalu mendaki ke Himalaya dan menyusuri seluruh konturnya. Sungguh itu merupakan analogi yang sepadan untuk sebulan yang berlalu ini.

Sejujurnya ada banyak tesis yang ingin saya produksi pada halaman ini, blog yang keseluruhan isinya minim makna serta tak ada yang bernilai lebih di dalamnya. Namun jika bagi kalian ada yang menarik disini maka saya harus berterima kasih atas itu dan menyebutkan nama kalian dalam untaian doa-doa yang saya tiupkan ke langit saat ibadah jumat digelar. Sebab bagi saya apresiasi semacam itu adalah multivitamin/suplemen penguat agar tetap survive  lalu menantang diri mengembara dalam rimba imaji dan menghadirkan suatu tulisan, percayalah!

Beberapa hal menarik yang menyita perhatian sudah saya catat ke dalam buku kecil yang biasa terbawa bersamaan daypack milik saya. Namun saat menyusun dan merangkainya menjadi sebuah deskrispsi lengkap mendadak dan sekejap terhalang tembok lalu buyar tak ada yang bisa dikisahkan. Kanvas putih itu tetap suci tak ada aksara dan deretan angka di atasnya. Lagi-lagi saya menderita penyakit lama dan ini akut bersama hariku. Inkonsistensi namanya.

Ada sebab seperti yang telah saya sampaikan beberapa waktu lalu. Tetapi kali ini hal yang paling mendasari adalah tak ada tempat lagi yang nyaman untuk memproduksi semua itu  terlebih komputerjinjing milik saya itu raib entah kemana yah sedang menjalani takdirnya di tangan orang lain, duh!. Bicara tentang menulis sejatinya tak ada alasan sebab ada banyak jalan untuk memenuhi nafsu-nafsu menulis lihat saja dahulu kala orang bisa menuliskan pemikirannya pada daun-daun kurma. Apalagi sekarang banyak yang bisa dimanfaatkan seperti buku saku, gadget tablet, notes handphone atau lainnya.

Kata mereka menulis itu lahir karena ada cinta yang mendasarinya maka akan mengalir layaknya air yang selalu bermuara. Saya rasa ungkapan tersebut benar adanya. Menghadirkan tulisan disini pun karena masih ada kecintaan saya pada blog yang seluruh kandungan isinya tak bernilai apa-apa ini. Karena alasan cinta pula saya menuangkan beberapa paragraf di atas sebab seluruh catatan saya disini adalah sebagai bentuk hadiah buat anak saya kelak.


Barangkali ini celoteh atau mungkin juga curhatan tak bermakna. Tetapi ini sebenarnya untuk membunuh inkonsistensi itu sebab saya harus tetap survive dalam menulis. Ini juga sebagai jawaban atas pertanyaan seorang pengujung setia blog ini lewat pesan ia menulis “mengapa tak ada aktivitas menulis lagi di halaman blogmu” ujarnya. Dan bagi saya itu hal yang membahagiakan sebab ada apresiasi, kritikan, harapan maka akan menjadikan blog milik saya ini terus hidup.

Semoga tulisan ini sebagai pelecut untuk melahirkan tulisan-tulisan selanjutnya. Semoga pula masih dalam dekapan dan kasih pencipta langit.

- Makassar, 14/09/2014

September 13, 2014

Romantis Mungkin, Malam Minggu di Pangkuan Lidya

Ilustrasi

Andai malam minggu adalah waktu yang tepat untuk bercinta. Maka saya memilih menghabiskan semalam suntuk untuk berkasih dengan Lidya. Bercerita saling menguatkan kehidupan bersama, lalu tak sengaja tertidur dan tenggelam dalam pangkuannya. Saat itu serasa dunia berhenti berputar.

***


September 12, 2014

Ihwal Bijak

Jika dunia ini dihuni orang-orang bijak layaknya yang menulis status bijak dijejaring sosial pada setiap jumat pagi. Aku membayangkan ketentraman dan kedamaian didalamnya. Ups, sayangnya ruang maya tetaplah ruang maya, bukan?

***

July 31, 2014

Selamat Berlebaran

Semoga kita dilahirkan kembali dengan fitrah, kudus. Atas khilaf, maafkan..

July 03, 2014

Kepadamu, Lidya....

Cepat mendekatlah, Lidya. bergegas lalu duduklah disampingku pada hammock yang menggantung ini, hammock hitam tempat dimana kita biasa berkasih-kasihan membunuh malam-hitam perkotaan nan angkuh. sebab akan kuceritakan padamu kisah tentang keheningan juga damainya semesta ketika bermalam ditengah gunung sana.

oh, Lidya... tahukah engkau, kadang saat malam tiba, dingin nyaris membekukan sel-sel darahku hingga hampir saja membunuhku, merenggut nyawaku yang lemah tak kuasa ini. Alam memang lengang serta liar, berapa waktu lalu di antara jurang terjal  patahan bulu baria-gunung mulut tuhan yang kulewati, kabutnya sekali lagi nyaris menelanku dalam-dalam ke dasarnya. Perjalanan hidup meniti waktu tak perlu kita takuti seperti ungkapan serta ketakutan beberapa orang kepada kita hari itu. percayalah kematian pasti menemui kita dan bukankah  itu keniscayaan, katamu padaku. ah, aku menyukai semangat hidupmu. sungguh!

Oh, Lidya. kepadamu akan kukisahkan pula tentang bunga langka yang sedang bermekaran disepanjang patahan pegunungan yang kulewati. amat cantik, mewangi serta seolah memberi senyum kepadaku. Tak lupa pula ia menyiratkan pesan semoga abadilah kasih cinta kita kian harinya. Edelweis nama bunga itu, perlambang ketulusan, kesabaran serta perjuangan. Abadilah kisahnya pada kita. oh, semoga alam raya merestui.
 
Kepadamu, Lidya-ku... Dengarlah kisah perjalanan ini. ditengah belantara kutemukan sungai-sungai bersuara jernih dan merdu. ia adalah nyanyian semesta ditengah keheningan malam. air yang bermuara itu sebagai nafas kehidupan bagi bumi serta makhluk penghuni jagat ini. Sungguh semesta begitu baik kepada manusia namun kadang perlakuan kepadanya sebaliknya, bukan!

Lidya, aku hampir lupa bercerita akan perkampungan yang kulewati di kaki pegunungan. Kulihat bunga-bunga kopi bermekaran  pada pucuk pohonnya, begitu mewangi bersenyawa dengan udara pagi yang sejuk. Lereng gunung di sana di penuhi tanaman kopi, orang-orang bukit menaruh harapan hidup bagi bijinya.

Oh, Lidya. kau tahu.. jalanan antar perkampungan begitu sulit dilalui sebab tak ada aspal atau jalanan beton tetapi aku menaruh kagum kepada mereka akan otot-otot betisnya yang begitu kuat saat menuruni dan mendaki. Tatkala malam datang maka gelap gulitalah rumah-rumah orang-orang bukit itu. Tak ada penerangan listrik negara layaknya di kota seperti yang kita tempati sewindu lebih ini. Sungguh, tak ada penghargaan kepada petani yang telah menghadirkan minuman penuh cita rasa kepada cangkir orang kota entah itu penguasa atau bagi mereka kafeinisme yang kutau saat pagi harinya disediakan di atas meja kerjanya. Terpujilah mereka orang-orang bukit, sekali lagi terpujilah kalian para petani kopi..

oh, kepadamu Lidya kekasihku.. kelak akan kuajak engkau kesana untuk membaui wanginya kopi bercampur damainya udara pagi. ya saya janji ketika musim bunga perlambang cinta kasih abadi itu datang menghampiri. engkau harus siap saat hari itu tiba ..

April 21, 2014

Jejak Kaki Tertoreh di Lembaran Sebuah Buku



Buku Jelajah Negeri Sendiri
Satu tulisan saya

Hakikat dari perjalanan adalah untuk berbagi serta bercerita kepada orang lain entah dimana berada. Bertutur secara jujur terhadap apa yang mampu ia tangkap oleh indra penglihatan lalu mengabarkannya melalui media bernama tulisan. Saya selalu memercayai dengan menuliskannya seolah menebar benih kebaikan yang kelak akan saya semai hasilnya.

Kemarin sore, saya menerima paket dari salah satu jasa pengiriman. Bungkusan tersebut berisi buku dari salah satu penerbit ternama yakni bentang pustaka. Buku tersebut merupakan kumpulan catatan para blogger atau biasa disebut kompasianer. Ada banyak catatan perjalanan dengan sudut pandang, gaya bahasa dan berbagai pengalaman menarik tentang hal-hal unik di penjuru negeri ini yang luput dari perhatian orang banyak. Melalui buku karya para kompasianer ini akan menjadi referensi para pejalan atau siapa saja untuk melihat lebih dekat segala kekayaan serta kekhasan yang dimiliki tanah pertiwi ini.

Apa yang membahagiakan bagi saya hingga bernilai lebih dari buku jelajah negeri sendiri adalah satu tulisan saya dimuat di dalamnya. Tulisan tersebut merupakan hasil dari perjalanan saya beberapa tahun lalu saat berlebaran haji di puncak gunung bawakaraeng, sulawesi selatan. Yang uniknya saat bertemu, melihat banyak warga yang melaksanakan shalat di tengah kondisi alam yang saat itu gerimis dan tertutup kabut dengan cuaca  amat dingin. Rupanya pengalaman tersebut menarik pihak penerbit untuk mencetaknya bersama catatan perjalanan para blogger lainnya.

Dimuatnya catatan saya di buku tersebut akan menjadi pemantik untuk terus belajar menulis dan mengasah imaji yang saya miliki. Juga ingin mewujudkan mimpi-mimpi terpendam yang ingin selalu melihat lebih dekat wajah lain keindahan negeri ini lalu menulisannya. Saya selalu mengagumi serta terilhami dari ibn batutah, sang pengembara muslim ternama sejagat dimana catatan dan pengalamannya selalu menarik dan menggugah siapa saja.

Saat ini saya percaya defenisi bahagia itu seperti ini ketika tulisan kita mendapat apresiasi dari orang lain terlampau itu datangnya dari salah satu penerbit ternama. Terakhir, ucapan terimakasih kepada pihak kompasiana dan bentang pustaka yang telah memilih tulisan saya untuk diterbitkan. Saya menyukuri hal ini. Sungguh!

April 01, 2014

Saya Takjub pada Perempuan ini

Kepada perempuan yang gemar beriqra. Juga perempuan yang pantang menyerah menelusuri setapak dan rimba imaji lalu menuliskannya sebagai secercah oase bagi orang lain. Sungguh, saya menaruh kagum padanya. Duh, blog...

March 31, 2014

Memungut Pesan Islami Film Vertical Limit

Kareem Ketika Shalat. Film Vertical Limit. (dok. google)


Vertical Limit merupakan film lama yang entah ke berapa kalinya saya tonton. Layaknya film bernuansa petualangan selalu saja menyuguhkan aksi penuh mendebarkan adrenalin, tak terkecuali vertical limit. Hari ini, kembali saya putar lalu menontonnya dengan tujuan sekedar membasahi rasa dahaga kerinduan akan dunia pendakian naik gunung. Jika manifestasi jiwamu adalah petualang maka akan ada satu waktu dalam dirimu tak mampu meredam rindu atas hal itu. Selalu ada sugesti yang membawamu pada kelengang-an liar serta damainya suasana belantara sana.

Jujur saja, saya selalu menyukai film-film yang mengisahkan pengembaraan. Sebab melalui film tersebut seseorang dapat belajar banyak hal diantaranya survival yang kelak berguna baginya. Bahwa survive adalah kondisi yang menuntut nalar agar tetap bekerja normal pada lingkungan yang tak bersahabat. Pelajaran tentang teori bertahan hidup serta gemar mempraktekkannya akan sangat membatu jika nantinya mendapati situasi yang kritis.

Film ini di publikasikan pada tahun 2000 dengan mengambil setting tempat di K2, Karakoram Mountain Range, Pakistan. K2 merupakan puncak tertinggi kedua di dunia dan terkenal akan keganasan alamnya. Vertical limit menggambarkan upaya search and rescue di tengah bayang-bayang situasi yang ekstrim. Pencarian dan penyelamatan dilakukan terhadap tiga orang pendaki yang terjebak dalam suatu lubang di K2 sebagai zona mati di atas batas vertikal, dimana daya tahan tubuh seseorang tak dapat bertahan lama. Operasi rescue menuntut kecepatan dan personil yang kompeten untuk melakukannya.

Faktor eksternal merupakan bahaya terbesar yang mengintai hingga merenggut nyawa pendaki dalam film ini. Vertical limit seakan ingin menyampaikan pesan bahwa pendakian membutuhkan manajemen yang baik serta tak kalah pentingnya pengetahuan akan medan sebagai faktor penentu berhasil tidaknya suatu pendakian. Juga pelajaran lainnya, segemar apapun seseorang mendaki gunung tetap saja ia tak bisa melawan kuasa semesta. Manusia masih terlalu lemah ketika di perhadapkan dengan alam.

Lewat film vertical limit, kita bisa memungut pesan cinta dan keteguhan hati kepada keyakinan. Bentuk penghambaan Kareem kepada penciptanya ditunjukan dalam film ini dengan tak melalaikan ibadah, ia tetap mendirikan shalat di K2 dan menengadahkan doa ke langit. Karem sebagai bagian tim pencari adalah muslim Pakistan yang memegang teguh keyakinannya. Sungguh seorang pendaki yang memelihara kecintaannya pada Pencipta semesta lewat sujud dimanapun berada tak terkecuali di tempat seganas K2. Suatu sikap religius yang layak ditiru oleh khalayak ramai utamanya pendaki di indonesia, tentunya.

Sebuah sisi lain dari film pendakian gunung. Vertical Limit menebarkan benih pesan islami tentang penghambaan kepada Sang Maha Pencipta bahwa bisa dilakukan dimana saja bahkan sekalipun tengah berada di atas gunung dengan cuaca yang dingin. Secara fasih Kareem melafazkan surat al-ikhlas dalam ritual sholatnya. Tiba-tiba saya tercengang dengan perbincangan Kareem kepada temannya Malcom "semua orang akan mati. tetapi Allah berfirman apa yang kita lakukan sebelum kita mati yang di perhitungkan"

Menjaring inspirasi setelah kesekian kalinya menonton ulang film Vertical Limit. (01/april/2014)

March 29, 2014

Tentang Laptop & Secangkir Partikel Pekat

Bahwa secangkir partikel pekat akan selalu menjadi senyawa yang membangun jembatan imaji. Lalu memproduksinya dalam word di laptop.. Ah, seruput.

Antara Kopi Hitam & Secangkir Teh

Setiap kali menyeduh teh hangat, kenikmatan selalu kutemukan di awal. Ketika mulai dingin perlahan rasa nikmatnya turut berkurang. Beda dengan kopi hitam, semenjak mulai di aduk hingga dingin kutemukan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi. Oh, klimaks!!

Namun, terpujilah para petani kopi dan teh atas hasil pertanianmu. Pencipta Semesta Maha Baik atas limpahan karuniaNya.

Menjadi Pendaki Gunung Yang Bijak. Mari Membawa Sampah Turun!


"Mestinya pendaki  gunung selalu memegang teguh ungkapan : dilarang membunuh apapun selain waktu, dilarang mengambil apapun selain gambar, dilarang meninggalkan apapun selain jejak kaki"

Bumi Indonesia adalah surga keindahan. Pemilik Alam Semesta menganugerahkan hamparan belantara nan hijau, sungai bergemercik merdu, lautan biru dengan pasir putih dan eksotika bawah lautnya, amat kaya akan gua-gua karst serta dipenuhi dengan gunung-gunung yang menjulang. Kesemuanya itu untuk dinikmati dan dimanfaatkan namun yang lebih penting harus dijaga kelestariannya untuk kehidupan yang lebih seimbang. Sebab bentuk kewajiban manusia sebagai penghuni jagat adalah menjaga anugerah titipan Tuhan tersebut.

Beberapa tahun terakhir ini, dunia petualangan di tanah air amat  di gandrungi oleh khalayak ramai. Hal ini juga didukung dengan menjamurnya toko outdoor yang menjajakan berbagai macam perlengkapan petualangan. Begitupun dengan film-film yang mengangkat keindahan alam dan lingkungan nusantara yang kaya raya. Lalu mereka ingin menikmati dan melihat surga keindahan yang dimiliki oleh bumi pertiwi ini. Ada yang menyimpan obsesi-obsesi di dadanya serta hasrat yang menggebu-gebu akan hal itu. Barangkali juga benar ungkapan dengan mengunjungi semua tempat dan melihatnya secara dekat maka akan menumbuhkan kecintaan seseorang akan Indonesia. Maka nasionalisme akan terus tumbuh dan tersemai di jiwa orang tersebut.

Namun seiring dengan hal itu, permasalahan pun muncul dimana lingkungan mulanya asri kini menjadi terganggu termasuk terusiknya kehidupan makhluk hidup yang mendiami wilayah-wilayah yang di datangi. Hamparan gunung di Indonesia adalah tempat yang paling di sukai oleh banyak orang sebab di puncak sana seseorang akan menemukan kekaguman yang luar biasa akan maha karya agung sang pencipta semesta. Puncak gunung menyuguhkan keindahan juga seseorang akan menjumpai kabut keabadian dan tiupan anginnya adalah nyayian kebebasan.

Hal yang patut disayangkan sebagai akibat dari aktifitas pendakian gunung yakni semakin gampangnya sampah dijumpai di atas gunung sana. Pada bagian jalur pendakian dan tempat yang biasa dijadikan  camp tenda-tenda para pendaki  maka disitu pula  dengan mudah akan diketemukan sampah-sampah yang menumpuk dan bertebaran. Sungguh pemandangan yang tak elok dan tak mengenakkan bagi pasangan mata yang memandangnya.

Pos 9 G. Bawakaraeng, Sulsel (dok. pribadi)
Hari ini sahabat blogger bisa melihat apa yang terjadi dengan kondisi kekinian wajah gunung di Indonesia, misal Gunung Bawakaraeng sebagai tempat favorit para penikmat alam di wilayah Sulawesi Selatan. Gunung yang juga dikeramatkan oleh penduduk setempat, kini wajahnya tak elok lagi sebab sampah dengan gampang bisa didapati pada sepanjang jalur pendakian terlebih pada lokasi tempat persinggahan atau biasa para pendaki menamakannya pos. Mulai dari beragam warna sampah plastik, puntung rokok, bungkusan mie instant dan kopi, berbagai macam kaleng atau botol hingga sisa tali yang masih menggantung di pohon. Berbagai merek produk yang di bawa para pendaki akan di jumpai di gunung sana. Yah, tentunya itu merupakan sampah yang lupa dibawa turun oleh pemiliknya.

Barangkali tak hanya gunung di bagian Sulawesi Selatan saja. Di daerah lain Indonesia juga sampah telah menjadi masalah yang utama bagi lingkungan dan perlu mendapatkan perhatian serta penanganan serius bagi siapa saja terlebih hal ini harus di sematkan kepada para pendaki gunung. Karena hanya merekalah yang melakukan aktifitas petualangan di atas gunung. Contoh lain yang bisa dilihat adalah sampah juga menjadi permasalahan serius di gunung Semeru, Jawa Timur. Gunung Semeru merupakan atap tertinggi Pulau Jawa yang menyuguhkan pemandangan amat indah sehingga wajar saja menjadi destinasi wajib bagi setiap orang untuk berbondong-bondong menjejakkan kaki disana. Termasuk sebagian jumlah gunung yang sering dijamah oleh manusia/pendaki maka sampah akan bertebaran disana.

Tumpukan sampah di Ranukumbolo G. Semeru  (wisatagunug.com)
Tak bisa dinafikan bahwa sampah telah menjadi masalah yang mengotori keindahan kawasan pegunungan di Indonesia. Semakin banyak orang yang mendaki gunung maka volume sampah akan bertambah pula. Selain menyebabkan lingkungan menjadi kotor, dampak lain dari sampah adalah akan merusak struktur tanah karena susah hancur secara alami.  Sampah akan sulit terurai oleh mikroorganisme dalam tanah hingga memerlukan waktu 240 tahun lamanya. Merupakan jenjang waktu yang amat lama, bukan?

Bukan hanya itu saja ada hal lain yang mengotori keindahan alam gunung di Indonesia yaitu adanya aksi vandalisme menuliskan nama seseorang dengan mencoret-coreti batang pohon atau batuan menggunakan cat atau belati. Entah bermaksud mengatakan kepada semua orang bahwa ia pernah kesitu lalu melukiskan namanya. Jika batang pohon dan batuan tersebut bisa mengeluarkan suara pastinya akan merintih kesakitan lalu mengadu pada Penguasa Alam Raya ini. Sungguh, suatu aksi yang tak peduli terhadap keindahan dan pelestarian lingkungan terlebih aksi itu harus memetik tumbuhan langka yang hidup di gunung seperti bunga abadi, Edelweis.  Alangkah baiknya jika bentuk kekaguman seperti itu di tuliskan dalam catatan perjalanan atau dalam bentuk puisi bahwa kita pernah menjejakkan kaki di tempat itu.

Masalah-masalah yang ditimbulkan dari aktifitas petualangan adalah tak semuanya dilakukan oleh mayoritas pendaki gunung namun hanya segelintir oknum yang tak bertanggung jawab. Kepada mereka yang tak mengindahkan kelestarian lingkungan akan semena-mena membuang sampahnya di atas gunung atau bagi tangan-tangan jahil yang melakukan aksi vandalismelah yang mengotori keindahan alam. Dan hanya pada pribadi yang memiliki kesadaran di palung terdalam hatinya akan membawa pulang sampah makanan yang telah ia bawa. Maka layaklah disematkan kepadanya sebagai pendaki yang bijak. Baginyalah disebut pejuang kebersihan.

Jika setiap jiwa memiliki kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan bersih dan lestari maka semestinya berapapun bungkusan ransum yang dibawa selama kegiatan petualangan harus pula dibawa pulang dengan jumlah yang sama. Dalam hal serta jenis petualangan apapun, kesadaran terhadap pelestarian lingkungan adalah utama agar kehidupan makhluk hidup terus berjalan seimbang. Dimanapun berada masalah sampah haruslah dimulai dari diri pribadi seseorang, rumahnya barulah lingkungan yang lebih luas lagi. Bukankah keindahan serta kebersihan selalu melahirkan sesuatu yang menyehatkan. 

Tak ada yang terlambat untuk upaya pelestarian lingkungan. Maka mulai hari ini kepada setiap orang yang melakukan pendakian marilah menanamkan dalam dirinya akan pentingnya kesadaran lingkungan. Ketika mendaki gunung wajib membawa pulang sampah sendiri serta alangkah mulianya memungut sampah yang juga ditinggalkan oleh orang lain. Serta saling menegur dengan tutur kata yang sopan ketika mendapati orang yang acuh tak acuh membuang sampah sembarangan misalkan puntung rokok, bungkusan makanan atau lainnya. Bukankah seorang pendaki gunung adalah mereka yang menamakan dirinya pecinta alam. Sudah sepatutnya sikap yang dilakukannya mencerminkan dirinya cinta alam dan menghargai lingkungan.

Ramainya pendakian ke gunung harus tetap memperhatikan faktor kelestarian lingkungan yang seimbang serta tak mengotori.  Menumbuh semaikan kesadaran di hati setiap pendaki adalah modal paling utamanya. Selanjutnya upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga alam dan meminimalisir pencemaran lingkungan di gunung adalah menetapkan aturan yang tegas terhadap pentingnya lingkungan yang lestari. Bagi setiap yang melanggar maka harus di beri ganjaran yang tegas sebagai efek jera serta proses pembelajaran bagi yang lainnya. Pihak pengelola kawasan wisata pegunungan di Indonesia bisa mencontoh apa yang diterapkan di Gunung Everest, Tibet.

Tabung pendaki di Gunung Everest sumber http://uniqpost.com
Sebagai gunung tertinggi di dunia Everest, Himalaya menghasilkan sampah rata-rata 50 ton per tahun. Sampah tersebut didominasi sampah tabung oksigen, alat mendaki, tenda, bungkus makanan, bahkan kotoran manusia. Sampah ini dihasilkan tak lain oleh pendaki yang ingin menaklukan Gunung Everest. Untuk menjaga kebersihannya maka para pendaki harus menandatangani peraturan berupa perjanjian plus deposito 2.500 poundsterling agar tidak membuang sampah di puncak gunung. Sumber http://uniqpost.com/

Sejujurnya aturan seperti di atas pernah diterapkan oleh pengelola di beberapa kawasan gunung di Indonesia misalkan saja dengan membatasi jumlah pendaki serta memeriksa jumlah barang bawaan para pendaki dengan tujuan dapat membawanya turun dengan jumlah yang sama banyaknya. Namun hal ini tidaklah efektif serta pihak pengelola selalu kewalahan. Apalagi sebagian gunung di Indonesia tak memiliki petugas khusus untuk mengecek barang para pendaki. Lihat saja kian hari sampah terus   bertambah volumenya, sungguh miris.

Maka kesadaran adalah hal yang paling utama dalam upaya pelestarin lingkungan. Menanamkan sejak dini pelajaran akan pentingnya lingkungan mulai dari TK, SD, SMP, lalu SMA hingga akhirnya akan memanen generasi dengan pribadi yang peduli terhadap alam dan lingkungan yang telah memberi kita kehidupan. Akhirnya, bumi akan tetap lestari.

Pejuang kebersihan (http://www.belantaraindonesia.org/)
***
Apresiasi yang tinggi harus diberikan kepada WWF Indonesia sebagai LSM konservasi alam terbesar dan tertua di Indonesia yang telah memulai kegiatannya sejak tahun 1962. Hingga saat ini, masih tetap konsisten memperjuangkan pentingnya lingkungan bagi kehidupan serta segala upanya pelestariannya. Tentu hal ini sepatutnya diberikan dukungan oleh setiap orang sebab masalah lingkungan adalah tanggung jawab manusia sebagai penghuni jagat. Penghargaan juga harus diberikan kepada blogdetik.com sebagai blog keroyokan terbesar di Indonesia yang terus mendukung upaya mengkampayekan pelestarian lingkungan.

Untuk turut andil dalam kegiatan ini, sebagai seorang pendaki dan blogger, saya ikut pula berkontribusi mengabarkan dan mengkampayekannya melalui tulisan di halaman blog sebagai upaya  meminimalisir volume sampah di gunung sana. Setidaknya saya sering mengajarkan kepada rekan-rekan di komunitas tempat saya menyalurkan kegiatan naik gunung bahwa tiap kali mendaki maka harus pula membawa pulang sampah tersebut. Semoga hal ini adalah satu langka nyata dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan yang sejalan dengan tujuan dan perjuangan WWF Indonesia.


Jika upaya pelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab setiap orang terlebih oleh para penguasa sebagai pengambil kebijakan. Semestinya pengelolaan sumber daya alam harus tetap memperhitungkan faktor lingkungan yang berimbang untuk kehidupan generasi selanjutnya. Harusnya tak ada penebangan dan perambahan hutan yang berlebihan atau pembakaran hutan yang tiap tahunnya selalu terjadi. Maka sebuah ungkapan dan pesan  kepada para pemimpin di negeri ini : "Jika ikan terakhir telah ditangkap dan pohon terakhir telah ditebang, manusia akan sadar bahwa uang tidak bisa dimakan".

Tulisan ini disertakan dalam kampanye #ingatlingkungan bersama WWF & blogdetik.com

- Makassar, 30 Maret 2014

TERPOPULER BULAN INI