September 18, 2014

Perempuan Seksi di atas Kapal Ferry


Ilustrasi/Google

Kota Daeng sore hari. Taxi yang saya tumpangi melaju melewati jalan penghibur hingga berhenti tepat di depan pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar. Nampak bar-bar yang menghias pada sepanjang jalanan penghibur itu masih menutup rapat pintunya. Tak seperti biasa, hanya beberapa warung makan dan toko penjualan tiket perjalanan yang melakukan aktivitas pelayanan terhadap pelanggannya. 

Dahulu jalanan ini bernama jalan nusantara namun sekarang telah berganti nama menjadi jalan penghibur. Barangkali berdasar atas banyaknya bar-bar di kawasan pelabuhan tersebut yang juga menyediakan perempuan-perempuan seksi untuk meneguk kenikmatan bersama segelas anggur atau bir yang kemudian berakhir di atas ranjang tempat tidur dimana bisa dinikmati setiap inchi bagian tubuh perempuan seksi tadi atau bercinta menurut bahasa seorang kawan saya yang pernah memasuki tempat tersebut.

Sejam lebih menunggu di dalam terminal keberangkatan barulah petugas mempersilahkan calon penumpang untuk naik ke atas kapal. Seperti biasa semua orang akan berebut tempat maka dari itu saya pun harus gesit dan lincah mencari. Yah tak seperti di kapal terbang, penumpang pasti akan mendapatkan tempat sebab telah mengantongi nomor kursi untuk setiap masing-masing bukan? Tapi inilah serunya naik kapal laut selalu ada romantisme dalam pelayarannya terlebih kapal yang saya tumpangi adalah jenis ferry yang ukurannya tak sebesar kapal-kapal pelni begitu pun dengan kecepatannya yang tak sebanding.

Romantis. Ya sembilan belas jam waktu tempuh laut menuju pelabuhan bau-bau. Yang menambah romantisnya adalah ombak sedang menari-nari di lautan atau tepatnya pelayaran ini bersamaan dengan waktu keras ombak. Maka alhasil sebagian penumpang mengalami mabuk laut entah itu anak-anak atau dewasa. Barangkali alasan inipula sehingga jatah makan para penumpang diantarkan ke tempatnya masing-masing oleh anak buah kapal ferry ini. Seingat saya setahun lalu pada pelayaran di kapal yang sama, saya tak menemukan perlakukan yang sama.
  
Di luar sana boleh saja Bulbous bow (baca ; pemecah gelombang kapal) tengah beradu-padu membelah gelombang, namun saya juga butuh hiburan mengingat perjalanan ini terbilang lamban. Satu-satunya hiburan adalah menyaksikan pertunjukan musik oleh dua orang perempuan seksi yang masih muda menurut taksiran saya. Sungguh mereka nampak aduhai saat bergoyang. Suaranya pun cukup merdu untuk membuat para penumpang terhipnotis dan terkagum-kagum.

Windi namanya, ia berbaju hitam. Seorangnya lagi namanya Mislina mengenakan pakaian merah putih. Mengapa seksi karena baju yang dikenakannnya terpotong pada bagian lengannya. keseluruhan pakaiannya terlihat sangat kekat yang membalut tubuh perempuan itu. Saat keduanya memperdendangkan lagu, sesekali mereka bergoyang memainkan pinggulnya yang amat aduhai itu. Sesaat itu tepuk tangan membahana dari seisi ruangan pertunjukkan.

‘’Kucari jalan yang terbaik’’ sebagai pengantar-lagu pembuka menambah kehangatan dan kemeriahan ruangan pertunjukan di kapal tersebut. Sambil mendengarkan suara halus kedua perempuan seksi itu,  saya memesan-membeli segelas kopi panas. Saya merasa ada kenikmatan lain yang bersenyawa antara kopi panas yang mengepul dan suara merdu penyanyi tadi. Ombak besar yang menghantam kapal pun tak begitu terasa lagi.

Keduanya juga pandai memainkan lagu pop dan dangdut, kesemuanya dilahap dengan mudahnya. Menyaksikan pertunjukan ini serupa saya menonton secara live konser-konser penyanyi kenamaan asal ibukota. Suara halusnya sanggup mengusir kepenatan yang saya rasakan di atas kapal. Segala rasa jenuh dan guncangan ombak serasa terbunuh akan tembang-tembang yang mereka perdendangkan. Semua orang saat itu akan menikmati hal yang sama adanya. 

Bagi penumpang yang tengah menyaksikan pertunjukkan di tantang untuk menyanyi bersama kedua perempuan seksi itu. Sejujurnya saya ingin menerima ajakan untuk berduet bersama Windi karena bagi saya, ia akan sangat cocok saat membawakan tembang kenangan begitu juga dengan lagu balada. Saya ingin menyanyi bersamanya dengan sebuah lagu "Untukmu Gadisku". Saya ingin membisikan padanya bahwa ini lagu kesukaan saya yang dipopulerkan oleh Franky S dan Jane. Mungkin ia akan tersenyum saat saya mengatakan itu. Batinnya akan mengatakan ini lagu amat bagus tentang pengharapan seseorang kepada kekasihnya. ah, lupakanlah saya hanya penikmat bukan penyanyi layaknya mbak Windi yang bersuara khas ... 

Akhir malam. penampilan dari kedua perempuan seksi tadi  disudahi dengan lirik "berita kepada kawan". "Perjalanan ini trasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk disampingku kawan. banyak cerita yang mesti kau saksikan..."

Keesokan harinya kapal telah tiba pada pelabuhan tujuan. Menikmati malam di Pantai Kamali Baubau adalah keharusan. Bisa dilakukan dengan memesan saraba hangat dan gorengan misalnya. Akan terasa syahdu dengan Angin sepoi kamali yang begitu lembut membelai wajah. Di pantai ini saya kembali bertemu ke dua perempuan seksi di atas kapal ferry yang saya tumpangi. Barangkali mereka juga ingin menikmati wisata malam pantai kamali. Dari kejauhan saya ingin menyampaikan "sampai jumpa pada pelayaran selanjutnya mbak windi, mbak mislina. Kalian bukan saja penyanyi  hebat tapi juga pengelana tangguh yang menantang diri melawan gelombang laut dari pelabuhan satu ke pelabuhan lainnya".. Selamat menyeruput sarabanya mbak. Semoga hangatlah malam kalian di kota semerbak ini..

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER BULAN INI