September 30, 2014

Istana Kecil di Tepi Pantai Adalah Hadiah Untukmu Sayangku


Mendekatlah sayangku. Akan ku ceritakan padamu tentang arogansiku pada hari-hari akan datang, yang kata orang-orang yang mengkultuskan dirinya motivator ulung adalah impian. Sungguh ini hal yang akan kuperbuat saat beberapa musim nanti telah berlalu. Dengan nada yang nyaring serta intonasi yang jelas pada pukul dua tengah malam nanti, saat dimana kota tua ini sedang terlelap dari rutinitas hariannya maka saat itu juga akan kudendangkan padamu segala ihwal mimpiku tadi. Ah, tenanglah aku tahu engkau pasti menyukainya. percayalah padaku.

Dengan senyum khasmu yang selalu membiusku, perlahan engkau menyimak nada bicaraku dengan sedikit sentuhan magic puitis yang seolah-olah hal itu telah meyakinkan jalan pikiranmu. Aku selalu menyukaimu seperti engkau yang tak pernah meragukan argumentasiku yang kadang-kadang hal itu tak ilmiah. Jujur itu murni ungkapan terdalam palung hatiku. sekali lagi kukatakan, aku menyukaimu seperti halnya keyakinan dirimu yang tak pernah berkurang seinchi tentangku. ini cinta yang agung.

Terdengar ambisius mungkin. Namun lirik masa depan ini telah kucatat rapi dengan goresan huruf tegak miring nan indah serta terstruktur pada buku perjalanan milikku. Pengharapan yang belum sempat kuceritakan kepadamu. Ini hadiah untukmu atas kesetiaan cintamu padaku. Aku telah merencanakannya. Percayalah!

Akan kubuat rumah di tepi pantai kampung halaman kita. Serupa istana mungkin, menurut kosakata dalam ruang imajiku. Istana  yang kita berdualah perancangnya. Rumah yang menjurus ke laut agar kita selalu menyaksikan parade senja tiap harinya, bukankah tanda kebesaran semesta itu kesukaanmu. Aku tahu itu sebab kau sering mendengungkannya padaku juga dalam bait-bait naskah tulisanmu.

Tak perlu mewah ataupun megah sebab kau tak begitu mempersoalkan predikat kemewahan. Itu bagian lain yang kusuka darimu. Kaulah orang yang merindukan kesederhanaan hidup ditengah orang-orang yang mempersenjatai dirinya dengan kemewahan modernitas atau segala predikat kepongahannya. Ya, Kau hebat sayang. Itu yang menumbuh semai-kan derajat cintaku padamu.

Akan kubangun istana itu serupa bangunan di taman-taman surgawi. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku disana bersamamu, tentu bersama anak kita nanti. Senantiasa berbahagialah kita tiada tara. Ah, kau kembali tersenyum mendengar hal ini. Kau tahu bukan, senyumanmu tadi adalah asupan penguat bagi rohaniku.

Pada pekarangan rumah impian kita, terdapat galangan kecil untukku membuat sebuah perahu. Dengan sentuhan jemariku serta sesekali mengadopsi rumus-formula kapal yang pernah aku pelajari pada bangku pendidikan dahulu. Setidaknya kapal itu harus tangguh dan kuat terhadap keganasan lautan. Kapal yang akan membawaku mengarungi birunya laut banda lalu menyinggahi seluruh pulau-pulau tukang besi.

Bersamaku akan ku ajak Jagat, anak kita. Alam akan mendidiknya menjadi tangguh serta perkasa. Aku ingin anak kita mencintai tanah tumpah darahnya yakni pulau tukang besi lewat perjalanan laut bersamaku. Ekspedisi ini adalah ambisi lama yang terpendam dalam diriku dimana terkadang sangat naif untuk diceritakan. Ini akan menjadi refleksi perjalanan terhadap sang pengelana yang amat aku kagumi yakni Ibn Batutah. Sebaliknya kepada penjelajah lainnya aku ingin mengutuk Columbus dari buku sejarah tentang penaklukannya terhadap dataran yang ia datangi, sungguh ia tokoh imperialis-kolonialis. Laknat!

September 28, 2014

Perbincangan Tentang Nona


Dia (teman) berkata : mengapa harus nona?
Saya menjawab : sebab nona adalah alasan terbesar saya mengembara dan berpetualang. 
Teman  lagi  : mengapa bisa.?
Saya jawab : yah, karena nona menyimpan serpihan rusuk milik saya maka nona harus bertanggungjawab.
Teman        : well, itu saja.
Saya           : yupp sesederhana itu saja.            

***

Surat Cinta Untukmu, Nona

        ***

Silahkan baca di emailmu, jangan lupa untuk membalasnya. nona.

September 27, 2014

Berolahraga (Lari) Serupa Ibadah Wajib

Ilustrasi/google


BEROLAHRAGA, bagi saya serupa ibadah wajib semisal shalat sebab keduanya adalah kebutuhan. Mau tidak mau harus saya tunaikan kewajiban itu sebagai pemenuhan asupan bagi jasmani dan rohani. Untuk bisa melahirkan tubuh yang sehat seseorang harus menggerakan serta melatih otot-ototnya agar tidak kaku. Dan saya adalah orang yang paling takut tak menunaikan hal itu. Takut karena pada titik itu sakit akan mudah menghinggapi tubuh yang tak kuasa ini, tubuh yang hanya terbungkus oleh segumpal daging dan tulang. 

Dahulu, semasa kecil dikampung bermain bola adalah hal yang paling menyenangkan. Entah itu dilakukan di halaman sekolah ketika lonceng istrahat dibunyikan ataukah sepulang sekolah tatkala sore hari dengan kembali bermain bola di pasir putih pinggiran pantai belakang rumah. Alhasil karena sejak dari kecil sudah menyukai bola maka tak mengherankan lutut dan betis saya dipenuhi  bekas luka. Tak mengherankan pula jika saya sangat menggemari olah raga terpopuler sejagat ini dan memiliki klub kebanggaan tersendiri yakni AC Milan sebagai klub sepakbola yang lahir dengan tradisi juara. Saya juga mengagumi seorang pemain bola yakni Andrea Pirlo, seorang maestro lapangan hijau. Saya masih menyimpan angan-angan kelak suatu hari bisa bertemu dengannya untuk sekedar minum kopi bersama dan menimba ilmu tekhnik mengeksekusi bola mati darinya yang terkenal nan mematikan serta akurat.

Saya saat mengikuti pertandingan tarkam
(Foto/Hazam)

Selain permainan tradisional,  Banyak jenis olahraga yang biasa saya lakukan saat berada di kampung halaman Pulau Tomia,  seperti bermain bola tiap sore bisa juga bermain takraw atau berenang di laut dekat rumah. Barangkali karena hal tersebut dan itu berlangsung sejak dulu maka sekarang pun seolah menjadi kebutuhan yang harus sesering mungkin dilakukan. Saya selalu merasa ada yang kurang jika mendadak berhenti melakukan gerakan-gerakan olahraga. Tubuh saya akan kaku dan berat badan pun bertambah.

Di kota yang saya tempati sekarang berolahraga menjadi barang yang mahal. Seseorang harus menyewa tempat misalnya ketika hendak bermain futsal atau melakukan fitness termasuk jika ingin berenang maka harus membayar biaya masuk untuk menggunakan fasilitas yang ada. Namun orang kota tak mempesoalkan masalah biaya, toh sehat itu bernilai mahal dan itu adalah kebutuhan bagi jasmaninya maka mereka akan rela merogeh koceknya lebih sering. Termasuk saya sendiri yang sekali-kali menyewa lapangan futsal.

Sejak sewindu lalu dan saat itu memutuskan menyukai aktifitas outdoor semisal naik gunung maka latihan membina jasmani harus intens. Saya selalu meyakini modal berharga untuk olahraga terkategori berat tersebut adalah dengan melatih fisik saya secara kontinu. Bagaimana mungkin saya bisa membawa kerel sebesar itu dengan melalui medan berkontur menanjak tanpa tumpuan kaki yang kuat untuk menopangnya. Seberapa lama bertahannya tubuh untuk membunuh malam-malam dingin alam liar di atas sana tanpa fisik yang prima. Saya merasa berolahraga adalah obat penangkalnya dan hingga hari ini itu sangatlah ampuh. Fisik yang baik sangat mempengaruhi dan akan mengurangi faktor resiko yang timbul dalam diri seseorang. Bagi saya perkara fisik adalah hal mutlak yang tertera dalam buku panduan mendaki yang saya punyai.

Hal yang paling rutin adalah latihan lari atau jogging dengan trek dan jarak tertentu. Lari merupakan jenis olahraga yang paling gampang dilakukan. Dengan pola latihan yang benar semuanya akan aman-aman saja bagi tubuh. Saat ini lari telah menjadi gaya hidup masyarakat kota. Kita bisa melihatnya begitu banyaknya orang yang mulai menggemari olahraga lari. Barangkali benar dengan berolah raga maka akan mengurangi atau membunuh kepenatan rutinitas orang-orang kota yang menjemukan itu.

Bagi beberapa orang yang menilainya, berolahraga  memiliki sisi negatif yah mungkin itu berdasar alasan ilmiah. Namun bagi saya pribadi berolahraga seperti lari sore adalah kebutuhan yang amat penting bagi pembinaan jasmani. Setidaknya saya sudah merasakan manfaat dari aktifitas lari sore yang masih konsisten saya lakukan hingga hari ini. Dua-tiga-empat kali dalam seminggu sangat baik bagi jantung dan otot-otot saya. Maka tak berlebihan seorang teman mengatakan kepada saya bahwa selama rutin melakukan lari ia juga jarang terserang sakit. Dengan sebuah kesimpulan rutin berolahraga akan memberi manfaat bagi seseorang, percayalah selalu ada hal hebat yang akan diterima tubuh.

Saya selalu berharap akan selalu menjalankan rutinitas aktifitas lari ini bahkan saat itu usia lanjut telah menyerang. Dari dulu, sekarang hingga nanti saya ingin selalu menjaga kebugaran tubuh agar tetap sehat dengan sebuah keyakinan dengan terbinanya jasmani pun akan menyehatkan tubuh hingga akan memperpanjang usia saya. semoga! 
Nah, bagaimana dengan anda sekalian apa demikian halnya menggemari olahraga seperti lari??

Sedang bersiap-siap lari sore di kampus unhas. Makassar, 28/09/2014

September 18, 2014

Perempuan Seksi di atas Kapal Ferry


Ilustrasi/Google

Kota Daeng sore hari. Taxi yang saya tumpangi melaju melewati jalan penghibur hingga berhenti tepat di depan pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar. Nampak bar-bar yang menghias pada sepanjang jalanan penghibur itu masih menutup rapat pintunya. Tak seperti biasa, hanya beberapa warung makan dan toko penjualan tiket perjalanan yang melakukan aktivitas pelayanan terhadap pelanggannya. 

Dahulu jalanan ini bernama jalan nusantara namun sekarang telah berganti nama menjadi jalan penghibur. Barangkali berdasar atas banyaknya bar-bar di kawasan pelabuhan tersebut yang juga menyediakan perempuan-perempuan seksi untuk meneguk kenikmatan bersama segelas anggur atau bir yang kemudian berakhir di atas ranjang tempat tidur dimana bisa dinikmati setiap inchi bagian tubuh perempuan seksi tadi atau bercinta menurut bahasa seorang kawan saya yang pernah memasuki tempat tersebut.

Sejam lebih menunggu di dalam terminal keberangkatan barulah petugas mempersilahkan calon penumpang untuk naik ke atas kapal. Seperti biasa semua orang akan berebut tempat maka dari itu saya pun harus gesit dan lincah mencari. Yah tak seperti di kapal terbang, penumpang pasti akan mendapatkan tempat sebab telah mengantongi nomor kursi untuk setiap masing-masing bukan? Tapi inilah serunya naik kapal laut selalu ada romantisme dalam pelayarannya terlebih kapal yang saya tumpangi adalah jenis ferry yang ukurannya tak sebesar kapal-kapal pelni begitu pun dengan kecepatannya yang tak sebanding.

Romantis. Ya sembilan belas jam waktu tempuh laut menuju pelabuhan bau-bau. Yang menambah romantisnya adalah ombak sedang menari-nari di lautan atau tepatnya pelayaran ini bersamaan dengan waktu keras ombak. Maka alhasil sebagian penumpang mengalami mabuk laut entah itu anak-anak atau dewasa. Barangkali alasan inipula sehingga jatah makan para penumpang diantarkan ke tempatnya masing-masing oleh anak buah kapal ferry ini. Seingat saya setahun lalu pada pelayaran di kapal yang sama, saya tak menemukan perlakukan yang sama.
  
Di luar sana boleh saja Bulbous bow (baca ; pemecah gelombang kapal) tengah beradu-padu membelah gelombang, namun saya juga butuh hiburan mengingat perjalanan ini terbilang lamban. Satu-satunya hiburan adalah menyaksikan pertunjukan musik oleh dua orang perempuan seksi yang masih muda menurut taksiran saya. Sungguh mereka nampak aduhai saat bergoyang. Suaranya pun cukup merdu untuk membuat para penumpang terhipnotis dan terkagum-kagum.

Windi namanya, ia berbaju hitam. Seorangnya lagi namanya Mislina mengenakan pakaian merah putih. Mengapa seksi karena baju yang dikenakannnya terpotong pada bagian lengannya. keseluruhan pakaiannya terlihat sangat kekat yang membalut tubuh perempuan itu. Saat keduanya memperdendangkan lagu, sesekali mereka bergoyang memainkan pinggulnya yang amat aduhai itu. Sesaat itu tepuk tangan membahana dari seisi ruangan pertunjukkan.

‘’Kucari jalan yang terbaik’’ sebagai pengantar-lagu pembuka menambah kehangatan dan kemeriahan ruangan pertunjukan di kapal tersebut. Sambil mendengarkan suara halus kedua perempuan seksi itu,  saya memesan-membeli segelas kopi panas. Saya merasa ada kenikmatan lain yang bersenyawa antara kopi panas yang mengepul dan suara merdu penyanyi tadi. Ombak besar yang menghantam kapal pun tak begitu terasa lagi.

Keduanya juga pandai memainkan lagu pop dan dangdut, kesemuanya dilahap dengan mudahnya. Menyaksikan pertunjukan ini serupa saya menonton secara live konser-konser penyanyi kenamaan asal ibukota. Suara halusnya sanggup mengusir kepenatan yang saya rasakan di atas kapal. Segala rasa jenuh dan guncangan ombak serasa terbunuh akan tembang-tembang yang mereka perdendangkan. Semua orang saat itu akan menikmati hal yang sama adanya. 

Bagi penumpang yang tengah menyaksikan pertunjukkan di tantang untuk menyanyi bersama kedua perempuan seksi itu. Sejujurnya saya ingin menerima ajakan untuk berduet bersama Windi karena bagi saya, ia akan sangat cocok saat membawakan tembang kenangan begitu juga dengan lagu balada. Saya ingin menyanyi bersamanya dengan sebuah lagu "Untukmu Gadisku". Saya ingin membisikan padanya bahwa ini lagu kesukaan saya yang dipopulerkan oleh Franky S dan Jane. Mungkin ia akan tersenyum saat saya mengatakan itu. Batinnya akan mengatakan ini lagu amat bagus tentang pengharapan seseorang kepada kekasihnya. ah, lupakanlah saya hanya penikmat bukan penyanyi layaknya mbak Windi yang bersuara khas ... 

Akhir malam. penampilan dari kedua perempuan seksi tadi  disudahi dengan lirik "berita kepada kawan". "Perjalanan ini trasa sangat menyedihkan, sayang engkau tak duduk disampingku kawan. banyak cerita yang mesti kau saksikan..."

Keesokan harinya kapal telah tiba pada pelabuhan tujuan. Menikmati malam di Pantai Kamali Baubau adalah keharusan. Bisa dilakukan dengan memesan saraba hangat dan gorengan misalnya. Akan terasa syahdu dengan Angin sepoi kamali yang begitu lembut membelai wajah. Di pantai ini saya kembali bertemu ke dua perempuan seksi di atas kapal ferry yang saya tumpangi. Barangkali mereka juga ingin menikmati wisata malam pantai kamali. Dari kejauhan saya ingin menyampaikan "sampai jumpa pada pelayaran selanjutnya mbak windi, mbak mislina. Kalian bukan saja penyanyi  hebat tapi juga pengelana tangguh yang menantang diri melawan gelombang laut dari pelabuhan satu ke pelabuhan lainnya".. Selamat menyeruput sarabanya mbak. Semoga hangatlah malam kalian di kota semerbak ini..

September 14, 2014

Sebulan Tak Pernah Menulis, Why?

Ilustrasi Google

Sebulan lamanya saya tak menggoreskan apa-apa disini. Barangkali sekedar berceloteh atau berceritra akan percumbuan dengan semesta. Ataukah kisah tentang jalan sunyi, kisah keheningan serta hal yang menjemukan telah melanda saya berapa hari ini. Pun tak ada catatan akan ikhwal yang telah merenggut tidur malam yang saya lewati.  Sialnya lagi, lirik-lirik akan masa depan tak saya perdendangkan kepada kekasihku Lidya, wanita  titipan Tuhan yang bersenyum manis itu.

Belakangan ini menulis adalah hal yang paling berat dilakukan. Yah serupa mengangkat carrier berukuran 100 liter lalu mendaki ke Himalaya dan menyusuri seluruh konturnya. Sungguh itu merupakan analogi yang sepadan untuk sebulan yang berlalu ini.

Sejujurnya ada banyak tesis yang ingin saya produksi pada halaman ini, blog yang keseluruhan isinya minim makna serta tak ada yang bernilai lebih di dalamnya. Namun jika bagi kalian ada yang menarik disini maka saya harus berterima kasih atas itu dan menyebutkan nama kalian dalam untaian doa-doa yang saya tiupkan ke langit saat ibadah jumat digelar. Sebab bagi saya apresiasi semacam itu adalah multivitamin/suplemen penguat agar tetap survive  lalu menantang diri mengembara dalam rimba imaji dan menghadirkan suatu tulisan, percayalah!

Beberapa hal menarik yang menyita perhatian sudah saya catat ke dalam buku kecil yang biasa terbawa bersamaan daypack milik saya. Namun saat menyusun dan merangkainya menjadi sebuah deskrispsi lengkap mendadak dan sekejap terhalang tembok lalu buyar tak ada yang bisa dikisahkan. Kanvas putih itu tetap suci tak ada aksara dan deretan angka di atasnya. Lagi-lagi saya menderita penyakit lama dan ini akut bersama hariku. Inkonsistensi namanya.

Ada sebab seperti yang telah saya sampaikan beberapa waktu lalu. Tetapi kali ini hal yang paling mendasari adalah tak ada tempat lagi yang nyaman untuk memproduksi semua itu  terlebih komputerjinjing milik saya itu raib entah kemana yah sedang menjalani takdirnya di tangan orang lain, duh!. Bicara tentang menulis sejatinya tak ada alasan sebab ada banyak jalan untuk memenuhi nafsu-nafsu menulis lihat saja dahulu kala orang bisa menuliskan pemikirannya pada daun-daun kurma. Apalagi sekarang banyak yang bisa dimanfaatkan seperti buku saku, gadget tablet, notes handphone atau lainnya.

Kata mereka menulis itu lahir karena ada cinta yang mendasarinya maka akan mengalir layaknya air yang selalu bermuara. Saya rasa ungkapan tersebut benar adanya. Menghadirkan tulisan disini pun karena masih ada kecintaan saya pada blog yang seluruh kandungan isinya tak bernilai apa-apa ini. Karena alasan cinta pula saya menuangkan beberapa paragraf di atas sebab seluruh catatan saya disini adalah sebagai bentuk hadiah buat anak saya kelak.


Barangkali ini celoteh atau mungkin juga curhatan tak bermakna. Tetapi ini sebenarnya untuk membunuh inkonsistensi itu sebab saya harus tetap survive dalam menulis. Ini juga sebagai jawaban atas pertanyaan seorang pengujung setia blog ini lewat pesan ia menulis “mengapa tak ada aktivitas menulis lagi di halaman blogmu” ujarnya. Dan bagi saya itu hal yang membahagiakan sebab ada apresiasi, kritikan, harapan maka akan menjadikan blog milik saya ini terus hidup.

Semoga tulisan ini sebagai pelecut untuk melahirkan tulisan-tulisan selanjutnya. Semoga pula masih dalam dekapan dan kasih pencipta langit.

- Makassar, 14/09/2014

September 13, 2014

Romantis Mungkin, Malam Minggu di Pangkuan Lidya

Ilustrasi

Andai malam minggu adalah waktu yang tepat untuk bercinta. Maka saya memilih menghabiskan semalam suntuk untuk berkasih dengan Lidya. Bercerita saling menguatkan kehidupan bersama, lalu tak sengaja tertidur dan tenggelam dalam pangkuannya. Saat itu serasa dunia berhenti berputar.

***


September 12, 2014

Ihwal Bijak

Jika dunia ini dihuni orang-orang bijak layaknya yang menulis status bijak dijejaring sosial pada setiap jumat pagi. Aku membayangkan ketentraman dan kedamaian didalamnya. Ups, sayangnya ruang maya tetaplah ruang maya, bukan?

***

TERPOPULER BULAN INI