March 26, 2013

Kabar Dari Kampung, Teman Saya Menikah Hari Ini

Mengawali baris tulisan ini perkenankan saya ucapkan selamat menempuh kehidupan baru kepada teman saya yang menikah hari ini. Semoga bahagia dalam petualangan mengarungi bahtera rumah tangga, semoga dikaruniai banyak anak yang berbakti pada tanah tumpah darah, tomia. Menjadi pelaut ulung yang terlahir dari ombak yang ganas. Kelak.

Bahagialah teman saya dalam menikmati salah satu dari puncak-puncak kebahagiaan terbesar dalam hidup. Semoga Tuhan Maha Pemberi Cinta menganugerahkan cinta yang lebih besar setiap harinya kepada kalian berdua. Sekali lagi berbahagialah!!!

Ilustrasi/Reuters
Hari ini, jauh diseberang samudera sana tepatnya dikampung halaman saya yang dikelilingi lautan yang berbatasan dengan laut banda yang begitu membiru. Telah terselenggara suatu proses ritual suci, ijab Kabul pernikahan seorang teman lama saya. Semua hadirin memanjatkan doa-doa agar bahagia selamanya. Sungguh ini hari yang Sakral. Semesta alampun turut mengamini..

Dari tanah-tanah perantauan berpijak dan menjunjung langit, kami turut bahagia atas peristiwa ini. Tapi dengan harapan-harapan semoga kami juga mendapat percikan-percikan dari doa-doa ini. Semoga kami segera menemukan tulung rusuk yang tak pernah tertukar itu. Mencinta dengan kesederhanaan yang ada pada diri kami. Semoga lekas kami atau saya menyusul. Doakan saja!!!

Tak bisa hadir mengucapkan selamat dari jarak yang paling dekat. Maafkan kami. Tapi percayalah lewat tulisan pendek ini,  kami hanya ingin mengucapkan selamat berhagia. itu saja.. 

Sejauh apapun kita mengembara, kelak kita akan bertemu di suatu karvak dengan titik koordinat bernama berjodoh. Itu kata saya,-

March 24, 2013

About This Blog | gurila405.blogspot.com

 “Tak ada yang terlampau istimewa di sini. Jika menyempatkan diri berkunjung, kalian hanya akan menjumpai beberapa catatan sepatu gunung yang tersimpan pada daypack dan nyaris sobek pada setiap perjalanan saya. Barangkali tidak akan bernilai buat kalian, tapi catatan ini akan saya hadiahkan buat anak saya kelak, jagat dan bumi. saya sudah merencanakannya"

Gurila merupakan singkatan dari gunung, rimba dan laut. Tempat dan segala kenangan tercipta tergores rapi dalam buku catatan sejarah di daypack dan carrier milik kami. Adalah dimana saya dan beberapa orang ditempa untuk dilahirkan menjadi petualang hebat lagi tangguh lalu memupuk  rasa empaty terhadap alam dan kemanusiaan.



Penjelasan yang lebih tepatnya yakni Gurila sebagai sekretariat dari organisasi berbasis kemanusiaan sar unhas makassar. atau lebih akrabnya kami menyebutnya posko gurila. Yakni berlokasi di kampus unhas. Selanjutnya, angka empat kosong lima adalah nomor keanggotaan seumur hidup. Saya menganggapnya ini angka keramat yang melambangkan perjuangan dan segala proses survive untuk mendapatkannya.



Berkoordinat di peta dengan 119˚ 29' 12" E dan 05˚ 08' 06" S. Beberapa orang kawan saya mengatakan inilah rumah kedua kita setelah memutuskan meninggalkan rumah di kampung. Tak semua orang bisa menghuni tempat ini, hanya kepada merekalah yang mengenyam  dan mengkhatam pelajaran Survive lalu diberikan kesempatan mengabdi ditempat ini.



Berangkat dari hal diatas sebagai bukti  kecintaan yang terlalu dalam, sayapun mengabadikannya menjadi nama blog ini dengan beberapa harapan dan semangat survive mampu menghasilkan beberapa tulisan untuk menghadiahi anak saya nanti seperti yang disebutkan di atas tadi. Disini saya mencoba mengabarkan beberapa catatan petualangan saya. Mencoba menyatu dengan alam dan menangkap kata lalu menghadirkannya ke dalam halaman blog ini dengan perkataan lain saya sedang belajar menulis.



Tentang penulis sendiri. Asal saya dari kepulauan tukang besi, berkawan dengan carrier dan sepatu gunung. Menyukai petualangan dan berniat akan ke Mekkah serta bercita-cita suatu saat ingin mendaki Everest. Itu saja. Selamat datang di blog saya. harap saran dan kritiknya.



gurila405 | manifestasi jiwa petualang


March 23, 2013

Mengunjungi Ramma Valley

Di pinggir sebuah danau kecil ini, menghangatkan tubuh dengan meneguk kopi buatanmu dan nikmat menghisap asap tembakau yang menyatu dengan kabut sore itu adalah salah satu puncak-puncak kebahagiaan buat saya. 
- Ramma Valley, 17 maret 2013

Danau kecil di Lembah Ramma (foto : Arifah Prasyad)
Akhir pekan lalu, tepatnya pada pertengahan bulan maret saya mendaki ke Lembah Ramma, Gunung Bawakaraeng. Makassar saat itu sedang asyik-asyiknya dibasahi hujan hampir setiap harinya. Alhasil, dan beberapa temanpun menyarankan saya untuk jangan dulu mendaki. tunggu hujan mereda dulu, begitu kata mereka. Sungguh mereka begitu mencintai dan perhatiannya pada saya. Terima kasihku pada kalian, tapi berdoa'alah agar semesta begitu mengizinkan perjalanan ini.

Barangkali semesta alam telah mengetahuinya, selain mereka orang-orang terdekat saya bahwa telah genap setahun lebih saya tidak bertemu dengan yang tinggi-tinggi. Kali ini adalah jawaban dari kerinduan-rindu saya pada gunung dan segala hal yang damai juga indah disana. Sekali lagi, ucapan terimakasihku padamu dan kalian telah mengajak saya. Tapi ini agak sedikit mendadak buat saya. Tak mengapa, tapi selamatlah kita semua hingga pulang membawa cerita-cerita untuk dikabarkan.

Masih seperti dua tahun lalu. Lembah Ramma selalu membius mata-mata yang melihatnya dari Tallung kemudian mengabadikannya dalam bentuk gambar. Sejuta kabut akan menghampiri kita, patahan longsoran Gunung Bawakaraeng adalah maha karya lukisan alam yang tak ada taranya. Hamparan awan putih akan menggulung-gulung semacam kapas halus. Suara alam, gemercik-gemercik air sungai pada malam hari adalah nyayian malam penutup tidur dalam tenda, begitu damai. Perihal-perihal tersebut selalu menjadikan tempat ini ramai dikunjungi pendaki atau penikmat alam pada setiap akhir pekannya.

Tentang pagi dan kopi (foto : Arifah Prasyad)
Terlepas dari segala hal yang indah di atas suatu permasalahan akan dijumpai saat mendaki atau sepanjang perjalanan menuju Lembah Ramma. Yakni sampah-sampah dengan mudahnya akan kita dapati pada beberapa tempat persingggahan. Tak mengenakkan mata, sungguh ironis memang. Saya tak perlu atau bahkan tidak berhak menyalahkan juga menuduh siapa-siapa di catatan saya ini.

Tentang perjalanan yang singkat juga mendadak ini.  Menyambangi Lembah Ramma. Jika boleh berkata, ini bukan bagian dari rencana saya. Teman sayalah yang membujuk untuk saya ikut. Benar saja, dia pun masih pemula untuk aktifitas seperti ini. Ya, saya sempat mengkhawatirkannya jikalau terjadi apa-apa. Namun, pada akhirnya tidak ada yang perlu di khawatirkan juga. Selamat untuknya bisa menikmati, merasakan dan mampu membunuh malam-malam yang dingin juga menusuk tulang di gunung sana. Selamat dari saya!

Bersama kawan-kawan (foto : Arifah Prasyad)
Hujan rintik-rintik mengiringi langkah tapak kaki perjalanan kita melewati setiap inchi perinchi kontur karvak ini. Mendirikan tenda di suatu pinggir danau, saling menyapa dan melemparkan senyum dengan pendaki lainnya. Menikmati perjamuan makan malam hasil masakanmu sangatlah begitu lezat. Menawarkanku secangkir kopi lalu saya menyeruput habis semuanya. Bagi saya, semua itu begitu romantis dan sekiranya kita perlu mengenangnya. Atas peristiwa seperti ini pikiran saya sering bermemori setiap mendaki gunung. Percayalah.

Terimakasih atas kopinya, saya amat begitu menyukainya. 

*) Tulisan yang kacau.

March 10, 2013

Kepada Alam dan Pencintanya

By : Ritta Rubby Hartland  

Pendaki Gunung Sahabat alam Sejati
Jaketmu penuh lambang.. lambang kegagahan
Memprolamirkan dirimu pencinta alam
Sementara maknanya belum kau miliki

Ketika aku daki dari gunung ke gunung
Di sana kutemui kejanggalan makna,
Banyak pepohonan merintih kepedihan
Dikuliti pisaumu yang tak pernah diam

Batu-batu cadas merintih kesakitan,
ditikam belatimu yang pernah terayak
Hanya untuk mengumumkan pada khalayak,
bahwa disana ada kibar benderamu,

Oh .. alam korban keangkuhan
oh... alam korban keangkuhan,
Maaf kan mereka, yang tak mau mengerti arti kehidupan

*) Lagu pendaki gunung karya Ritta Ruby Hartland, berisikan gugatan bagi para pendaki gunung dan siapa pun yang mengaku sebagai pencinta alam ataupun penikmat alam, sungguh menarik sekali untuk diresapi. Ia adalah seorang penyanyi Indonesia yang tekenal di era tahun 80-an. Suara merdunya yang banyak berkisah tentang alam, humanisme dan cinta.

Dan lagu ini saya begitu menyukainya. Semoga sehat-sehatlah kita semua, semoga selamatlah alam semesta. Avignam Jagat Samagram.


TERPOPULER BULAN INI