November 28, 2013

November Sakral, Bulan Kelahiran Para Petualang Juga Kelahiran Blog ini!

Sungguh ini nikmat bersama berbatang-batang tembakau yang mengepul memenuhi ruangan ini. Juga kopi pekat telah menjadi jamauan penutup malam yang barangkali akan menjadi sarapan pagi esok harinya. Ritual semacam ini telah menjadi akut bersamaku, kafein telah menjadi asupan energi pembangkit adrenalin. Semoga senantiasa menguatkanku bukan melemahkan seperti asumsi tanpa berdasar beberapa orang kepadaku tempo hari.

Kini november kembali menyapaku, membawa harapan dan kenangan juga semangat yang kadang mengetuk-ngetuk pintu jiwa. ya! perjalanan harus terus berlanjut untuk meniti setiap waktu gerak semesta. Namun, kembali aku harus menulis lirik masa depan lalu menyimpannya dalam otakku atau pada buku catatan kepunyaanku dengan satu harapan november dan musim yang baru saja dimulai ini selalu berdamai denganku. oh, semesta berikanlah restumu kepada hamba.

Sakral, sungguh ini bulan yang sakral dengan satu alasan akulah kaum adam yang terlahir di penaggalan ganjilnya, tepatnya di ujung tenggara sulawesi yakni pada pulau pandai besi, Binongko. Bahagialah diriku yang tiada tara, bahagialah pula perempuan mulia yang telah melahirkanku. Tak perlu ucapan dari orang terdekatku terlebih itu datangnya dari calon kekasih jiwa atau kawan lama yang telah meneguk manis kesuksesan dengan segala kesibukan rutinitasnya.

Selalu ada perayaan khas tersendiri untuk menghormatinya. Yakni naik gunung dengan  hanya berkawan kerel dan sepatu lapangan serta malam-malam dingin yang nyaris membunuhku. Bahwa berada dipuncak gunung adalah tempat yang lebih dekat dengan pemilik semesta dan penguasa jagat ini. Lirik akan masa depan terlafazkan dari tempat itu, telah kutiupkan dengan mimik penuh harap ke langit. semoga selurus isi semesta bersekutu mengamininya.

Mengenai bulan november yang identik dengan awal musim nyanyian hujan ini peristiwa penting lainnya terjadi di dalamnya yakni halaman peraduan ini, gurila405 tak bermakna yang kalian baca sekarang terlahir pula pada bulan november ini tepatnya tahun 2011 lalu. Entah semua ini disengaja atau hanya kebetulan saja tetapi dengan kitab survive yang telah terkhatam itu, semoga senantiasa blog ini mampu  bertahan dan terus menghasilkan tulisan yang akan kuhadiahkan kepada anak-anakku, kelak!

Akhirnya, aku ingin melafazkan "bahagialah kita petualang yang terlahir di bulan ini, semoga setiap langkah mendapat restu dari pemilik alam raya. panjang umurlah kita..."


Makassar, merayakan tanggal 21 november

November 22, 2013

Barang Mahal itu bernama Kesadaran

"Terkadang beberapa pendaki gunung berikrar bahwasanya dirinya mencintai alam tetapi sering pula mengingkarinya dimana sampahnya dibiarkan tertinggal diatas gunung sana"

Pencipta semesta menganugerahkan semesta alam ini amat kaya raya dengan segala isinya tanpa kesia-kesiaan belaka untuk dinikmati oleh makhluk penghuni jagat. Gunung-gunung tinggi menjulang bercerita tentang kebesaran penciptanya, bunga merekah ditepian lembah  berbicara akan keindahan, serta kabutnya adalah keabadian. Pohon-pohon serta gemercik merdu aliran sungainya yakni nafas kehidupan, maka bentuk balasan kesyukuran manusia atas hal itu adalah menjaga pemberian tersebut untuk keberadaan kelangsungan kehidupan yang seimbang.

Lalu seberapa besar kesadaran itu ada pada palung terdalam hati ataukah hanya mengendap saja disana tanpa terketuk atau tersentuh. Lihatlah kondisi kekinian gunung-gunung di bumi yang terberkahi ini, kita menemukan wajahnya mulai tak elok lagi. Sampah-sampah bermerk berserakan dimana-mana. siapa yang patut dipersalahkan akan kondisi ini, entahlah?

Sampah di Gunung Bawakaraeng (dok. pribadi)
Slogan dan ajakan atau peringatan tentang menjaga hutan dan lingkungan hanyalah kata-kata manis bernuansa puitis yang tertulis indah lalu terpajang disana sini. Sampah tetap saja menjadi sampah yang kotor dan pasti mengotori sekitarnya. Semakin gemar dan bertambahnya orang-orang yang mendaki gunung menjadi penyebab volume sampah bertambah banyak pula. Begitu pula dengan aksi vandalisme, mencoret-coreti batang pohon atau melukis nama pada batu-batuan di hutan sana dengan sangkur atau belati juga cat. Seandainya bisa mengeluarkan suara pastinya pohon dan batu itu akan menjerit kesakitan, duh!!

Beberapa hari lalu saya naik gunung. Sampah begitu mudahnya dijumpai dimana-mana diantara pos perpos persinggahan atau ditempat yang layak dijadikan camp. ya! itu pasti sampah plastik milik para pendaki yang lupa atau sengaja lupa terpacking dalam kerel, tentu dugaan ini tidak salah lagi.

Mereka yang mendaki gunung kadang hanya ingin memenuhi hasrat menikmati pemandangan keindahan semesta semata lalu mengabaikan, melalaikan  kewajibannya menjaga keindahan tersebut. Kesadaran itu bernilai mahal tak banyak yang memiliki rasa demikian. Sungguh amat langka rasa itu ada pada diri pendaki gunung. Jika tidak, mana mungkin digunung sana sampah-sampah akan bertebaran dan begitu gampangnya dijumpai.

Kepada kita yang gemar naik gunung, alangkah baiknya bungkusan-bungkusan makanan yang kita bawa keatas sana sepatutnya dibawa turun kembali. Mari menjaga keindahan semesta agar tetap lestari. Adakah kesadaran itu ada pada diri kita atau sama sekali telah hilang???

Makassar, 22 november 2013. 
Menulis setelah melihat sampah semakin mudahnya dijumpai digunung sana.

TERPOPULER BULAN INI