July 07, 2020

Selamat Datang Juli. Selamat Datang Musim Dingin

saya ketika hendak night dive
BAGI SAYA menyapa bulan juli sama dengan menyambut musim dingin. Mengapa? Sebab juli adalah sebagai penanda memasuki waktu dimana suhu dilautan berubah menjadi dingin. Seminggu terarkhir ini saya sudah merasakannya. Walau baru permulaan akan tetapi beberapa minggu atau bulan kedepan temperaturnya akan semakin menurun yang berarti akan bertambah dingin pula. Entah kalian percaya atau tidak! Saya sudah mencatat hal ini empat tahun belakangan. Ya! Saya suka mencatat apa yang terjadi sepanjang musim. Sungguh.

Benar beberapa tahun terakhir aktifitas saya adalah menghabiskan hari-hari di lautan maklum karena memang rumah dan tinggal di pinggir pantai. Saya suka laut, melihat birunya lautan, senang melihat ombak saling berkejaran, melihat migrasi sekawanan lumba-lumba yang melintasi pulau, mengagumi matahari terbenam saat hendak pulang dari melaut serta yang paling membahagiakan dari itu semua yakni bisa melihat isi lautan secara dekat-kasat mata dibawah sana. 

Saya kadang-kadang heran, mengapa banyak anak-anak pulau seperti tomia ini tak begitu tertarik dengan laut. Apa mungkin takut hitam, takut dingin, phobia pada kedalaman atau apapun itu. Saya hanya mau mengatakan kepada meraka bahwa sayang sekali orang lain lebih mengetahui isi laut kita yang menakjubkan ini. Saya tak ingin seperti itu.

Sebagai seorang yang masih beginner, saya selalu ingat bagaimana menyelam di bulan-bulan seperti sekarang ini. Rasa-rasanya waktu yang dihabiskan dibawah sana amat lama. Sejam (biasanya durasi penyelaman) benar-benar terasa lama seperti sepuluh jam saja. Terkadang saya suka malahan sering sekali mengecheck-memeriksa computer selam kalau-kalau sudah waktunya untuk naik kepermukaan tentu saja tugas utama dibawah sana tidak boleh dikesampingkan. Terlebih setelah penyelaman ke tiga lalu angin bertiup mengenai tubuh biasanya dingin akan memparipurna.

Musim dingin antara juli-september seperti ini benar-benar merepotkan terlebih kalau ada yang menyelam malam. Oh well dinginnya seperti berendam di air es atau semacam tinggal di daerah kutub. Maklumlah tubuh saya terlalu kurus untuk menangkal suhu seperti itu. Tidak hanya saya, bule-bule juga rupanya merasakan hal yang sama. Awalnya saya mengira orang barat jika dingin bukanlah masalah berarti namun saya menemukan mereka harus meminta baju selam berlapis-lapis. Saya sering mendapati hal seperti ini, malahan sering. Jadi anggapan saya tadi salah besar. Biasanya seusai dive, mereka akan langsung melepas wetsuit menyiskan bikini saja dan lekas mencari sinar matahari lalu berjemur. Demikian apa yang biasa saya alami pada musim dingin di pulau tomia.

Sejatinya mengenai musim dingin pada musim kemarau seperti ini tak hanya dialami di laut atau di pulau saja, namun pada daerah kaki pegunungan juga. Saat masih aktif-aktifnya naik gunung mengaliri nadi ini bertahun lalu saya juga menemukan bahwa orang yang tinggal di kampung/kaki gunung sana merasakan dingin yang luar biasa. Padahal diluar musim itu biasanya mereka hanya santai dan cukup mengenakan sarung saja untuk tidur. Berbeda jika sudah memasuki musim kemarau, mereka akan mengenakan jacket dan tentu saja selimut sebagai penghangat untuk menghalau dingin sepanjang perjalanan musim. 

Ngomong-ngomong soal dingin, apakah kalian merasakan hal yang sama? Atau barangkali meragukan apa yang saya ocehkan diatas. ya! Kalian bisa membuktikannya juga menanyakan pada mereka yang menghabiskan harinya dilautan sepanjang musim.

***

Satu yang pasti bahwa musim pasti lekas berlalu, entah suka atau tidak.

- Pulau Tomia, 8 Juli 2020

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER BULAN INI