August 08, 2020

Catatan Dua Minggu Menyambangi Tanah Wolio


Sebuah jurnal jalan. Pada 23 juli 2020 lalu saya bermaritim menuju bumi Wolio atau tepatnya Baubau, negeri yang terkenal karena benteng keraton butonnya nan luas. Waktu tempuh dari pulau Tomia menuju Baubau adalah kurang lebih sepuluh jam perjalanan laut. Hari itu laut amat bersahabat. Terakhir kali setahun lebih yang lalu saya menyambangi kota madya ini. Kali ini saya menghabiskan waktu dua minggu dengan beberapa agenda.

Sebenarnya jarak antara tomia dan baubau terbilang dekat namun saya jarang mengunjungi kota ini. Saat masih aktif kuliah di Makassar tentu saja baubau merupakan persinggahan sebelum menuju Makassar atau Tomia. Namun beberapa tahun terakhir ketika memutuskan kembali ke Tomia, saya sudah amat jarang ke daerah ini lagi. Entah kenapa kali ini saya ingin jalan-jalan mungkin saja karena sejauh ini saya stuck di satu pulau. Maka dari itu daypack deuter andalan saya tenteng lagi. Barangkali saja ada hal lain yang bisa saya amati dan syukur-syukur bisa saya catat pada folder jurnal jalan-jalan di laptop/komputer jinjing saya.

Selanjutnya agenda lainnya adalah menghadiri undangan kegiatan penyelaman yang diadakan oleh balai taman nasional dan pesertanya adalah dive operator di seputaran wilayah wakatobi. Hitung-hitung hal ini sebagai kesempatan untuk belajar & bertemu  beberapa penyelam lain di area wakatobi juga ajang berkenalan dengan para penyelam baubau terlebih mereka adalah yang concern pada kegiatan explorasi gua-gua di wilayah buton. Bagi saya mereka adalah orang  hebat dan keren. Siapa sangka jika suatu hari saya ingin mencoba belajar menyelam di gua layaknya mereka. Itu ambisi terbesar saya dalam dunia petualangan walau sebenarnya menyelam rekreasi sudah sangat membahagiakan saya.

Tentu saja menyenangkan mengikuti kegiatan ini sebab selain menambah teman juga ilmu soal diving. Saya berencana akan kembali lagi ke baubau untuk belajar dan menyelam lagi dengan mereka. Jika tidak ada aral melintang desember nanti saya ingin kembali menyambangi baubau. Moga semesta bersepakat dengan rencana tersebut. Amiin!!

Agenda selanjutnya berlebaran idul adha di baubau. Bersama adik saya, kami memutuskan shalat ied di masjid keraton buton. Barangkali efek dari corona, sejauh yang saya amati jamaah yang datang shalat tidak begitu banyak memenuhi halaman atau lapangan sekitar masjid. Shaf-shaf pun di gelar saling berjauhan dan berjarak. Kebanyakan yang datang shalat tetap mengenakan masker walaupun ada juga beberapa orang yang tidak memakainya atau mengabaikan protocol kesehatan yang telah ditetapkan.

Sebenarnya ini kali pertama saya datang shalat di masjid keraton buton walau tiap kali ke baubau sering melewati wilayah benteng keraton. Setelah shalat selesai lalu pulang ke rumah dan kondisi berjalan layaknya masih kost-kostan di Makassar dulu. Tentu saja atmosfirnya berbeda jika shalat atau berlebaran di kampung sendiri. Namun sebagai seorang yang sudah biasa merantau hal itu bukanlah masalah. Sekali lagi itu hal biasa yang sudah sering saya alami. Bahkan jika menelisik kebelakang saya malah sering berlebaran idul adha di gunung. Mungkin di catatan lain akan saya ulas lagi.

Agenda saya yang terakhir adalah menemui kakak dan melihat keponakan saya yang sudah mulai beranjak besar. Dari baubau menuju desa sampuabalo membutuhkan waktu tempuh dua jam lebih dengan berkendara sepeda motor. Hal yang paling menyenangkan dari perjalanan singkat saya kali ini adalah bertemu dan bermain dengan keponakan. Mengajaknya bermain bola, siapa tahu kelak ia menyukai bola seperti saya. Juga mengajarinya menulis siapa tahu pula ia pandai menulis dan memiliki tulisan tangan indah seperti saya. Serta banyak hal permainan yang menjadikannya riang gembira.

Dua hari rasa-rasanya tidak cukup untuk bermain bersamanya. Setidaknya ia cukup senang walau pada akhirnya ia harus menangis sejadi-jadinya saat kami meninggalkannya karena harus kembali ke baubau. Sungguh kami tak dapat menunggu untuk melihatnya tumbuh besar secepatnya. Suatu hari nanti saya akan mengajarinya berenang dan menyelam lalu menunjukannya bagaimana laut tomia, kampung leluhurnya begitu menakjubkan hingga membuat orang-orang ingin menyambanginya. Sehat-sehatlah ia.

***

Demikian sedikit celoteh atau jurnal jalan saya di baubau tanah wolio selama dua minggu. Percayalah bahwa perjalanan akan membuat seseorang melihat dan menemukan hal baru. Setidaknya menemukan kawan baru atau teman ngopi. Akhirnya saya harus kembali ke kampung tapi desember nanti saya ingin kembali dan belajar hal baru utamanya mengenai diving dan  meningkatkan skill menyelam saya. Semoga!

*)Panjang umur penyuka laut

-          Pulau Tomia, 09 agustus 2020

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER BULAN INI