Aku sedang dihujat dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjajah. Seperti bumi sedang dihantam berpuluh-puluh meteor dari luar angkasa. Pada bangunan pemecah ombak breakwater yang terus-terusan dihantam oleh ombak gelombang dan arus laut. Demikian kira-kira aku menganalogikannya. Entahlah gaya-gaya yang diterimanya apakah sama dalam satuan kilogram, ton, newton atau pascal. Mungkin harus dikonversi terlebih dahulu untuk mengetahui besar nilai hantamannya.
Kalian mereka sama saja tidak juga kau, wanita berwajah sayu yang meninggalkanku pada dua belas purnama tahun lalu. Kau yang selalu berkeluh kesah pada malam-malam yang kita lewati bersama. Yang kuingat saat itu aku tidak pernah membuang air mataku karenamu itu terlalu manja dan lebay, pantangan buatku. Sudahlah aku tidak ingin membicarkanmu disini.
Tidak sedikit pula yang menertawakan serta mencerca hidupku yang menakutkan ini, miris kedengarannya. Sukses dan masa depan siapa yang tau jodoh lebih-lebih, itukan hal yang ghaib. Aku menghargai niat baik kalian tanpa terkecuali, ini bentuk lain dari cinta pikirku. Rutinitas sehari-hari seperti ini biarlah aku sedang menikmatinya.
Berjalan menyusuri kontur-kontur garis tangan yang terjal dan berubah-ubah, berbatu terkadang sesekali harus melawan badai. Dikejar bayang-bayang waktu. Aku akan jalan terus sambil sesekali berlari menghindar tergilas. Percayalah aku sedang mundur selangkah untuk awalan lalu melompat untuk sejauh-jauhnya...