February 04, 2014

Yang Saya Rindukan dari Pulau Tomia (1)

Ilustrasi : Foto Hajam

Pulau Tomia, Wakatobi adalah tempat dimana saya berani membangun pondasi harapan dan impian juga menyimpan berjuta serpihan kenangan indah nan manis. Tomia merupakan pulau mungil di ujung tenggara Sulawesi yang sebagian besar wilayahnya adalah lautan dan juga berbatasan lansung dengan laut banda sebagai laut terdalam di Indonesia. Di sanalah saya ditempa menjadi petualang, belajar cara berenang lalu bermain bersama ombak, mendayung, memanah ikan, memasang bubu dan segala hal tentang survival di laut. Semesta telah melatih saya atau anak pulau lainnya agar tangguh. Beruntunglah mereka yang melewati masa kecil seperti ini.

Para pelaut-pelaut ulung itu dilahirkan pula disini. Mereka bertemu ombak-ombak ganas di palung terdalam lautan sana saat mengemudikan perahu layar mereka dengan hanya mengandalkan bantuan angin dan benda-benda langit semata hingga mampu menjangkau dan melintasi wilayah-wilayah di nusantara. Jejak mereka bisa diketemukan di segala seantro pelosok-pelosok Indonesia, bahasa daerah tomia tetap lestari di daerah yang mereka diami tersebut. Di sini juga adalah tempat bermukimnya suku bajo, hantu-hantu laut yang bersahabat erat dengan laut dan mereka menjadikan laut sebagai nadi bagi kehidupan mereka dan masyarakat pulau umumnya. Oh iya, Saya memiliki beberapa teman orang bajo yang selalu mengundang saya untuk menyantap ikan-ikan segar di rumahnya yang dibangun di atas laut.

Kehidupan keseharian di kampung halaman amatlah damai serta bisa merasakan ketenangan, sungguh kondisi  ini jauh beda dari kota tua ini yang telah sewindu berlalu saya tempati. Di kota ini juga saya merasakan hiruk pikuk kendaraan, kemacetan jalanannya atau segala macam bau amis limbah industrinya yang akan menciptakan polusi sebagai racun bagi penduduknya. Sedang di pulau sana, nyanyian angin laut saat malam hari serta deburan ombak adalah lagu pengantar tidur. sungguh amatlah merdu. Tentu saja di kampung jauh dari hirup pikuk kota.

Di kampung nilai-nilai kearifan lokal Tomia masih dipegang teguh hingga sampai hari ini. Filosofi dari Poasa-asa pohamba-hamba serta masih banyak lagi kearifan lainnya telah mengakar dalam-dalam pada kehidupan bermasyarakat Tomia. Bahwa saling membantu akan mengurangi beban antar sesama. Satu orang yang membutuhkan maka yang lain segera menolong, kita bisa melihat hal ini dalam acara pernikahan dan kematian. Ajaran leluhur ini akan dibawa kemanapun oleh anak cucuk masyarakat Tomia walaupun telah melintasi batas-batas geografis Pulau Tomia. Tentu ini adalah bentuk penghormatan terhadap pengamalan nilai kearifan lokal. Semoga tetap lestari ditengah gempuran gelombang arus modernisasi yang telah menjangkau wilayah pesisir termasuk pulau tomia.

Selain perihal di atas. Ada hal lain yang amat saya rindukan dari Tomia yakni Soami dan 'bakasa. Soami telah menjadi identitas Tomia atau makanan khas masyarakat Wakatobi pada umumnya. Soami begitulah orang tomia menyebutnya tetapi orang-orang luar pulau biasa pula menyebutnya kasoami. Modelnya berbentuk kerucut. Diolah dari ubikayu yang telah di parut lalu dikeringkan. Setelah itu barulah di kukus dengan cetakan dari anyaman daun kelapa berbentuk kerucut. Soami akan disajikan bersama-sama makanan hasil laut seperti ikan dan segala jenis kerang laut yang masih segar tentunya. Soami bisa awet hingga beberapa hari hingga biasa menjadi bekal para nelayan saat mereka menghabiskan berhari-hari melaut untuk menangkap ikan.


Ilustrasi : Foto Google.com

Sedangkan 'bakasa adalah kumpulan hati dan usus ikan pilihan yang telah dikeringkan lalu disimpan atau di awetkan dalam botol. Tempat pengeringannya dilakukan di atas huma nelayan. Huma adalah rumah-rumah sementara nelayan di atas laut dan banyak dijumpai di karang/pasi Tomia. Pengolahannya cukup di goreng saja. Dan biasa disantap bersama kasoami dan daun-daun pepaya pahit yang terlebih dahulu dikukus. Menyantap kasoami dan 'bakasa akan mendapatkan citarasa yang tiada tara. Ini adalah kuliner khas tomia yang biasa juga disajikan saat gotong royong membantu menyiapkan acara pernikahan. Sungguh, saya amat menyukai makanan ini dan kalian harus mencicipinya.

Segala makanan di kampung memang sangatlah mudah di dapatkan. Ikan-ikan segar yang dijual dengan harga murah atau kita bisa sendiri mendapatkan dengan memancingnya. Tak seperti di kota ini harganya yang mahal tetapi juga telah disimpan dalam kulkas selama berhari-hari. Makanan hasil-laut yang masih segar ini akan mengalahkan menu masakan di warung-warung makan yang menghias di jalan perintis kota yang saya tempati sekarang ini. Tomia adalah tanah terberkahi, puji syukur atas segala limpahan kekayaan semesta.

Tulisan singkat ini adalah bentuk kerinduan saya terhadap Tomia akan segala kekhasanya. Entah itu kulinernya, panoramanya, kenangan masa kecil saya ataukah hal lainnya. Tetapi saya akan menuliskannya lagi di halaman-halaman selanjutnya.  Karena 'ara noassamo na ha'da mou tekambumbu no 'dete.


- Makassar, 04/02/2014
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER BULAN INI