Gunung
Lompobattang dan Bawakaraaeng berada di Kabupaten Gowa, Sulawesi
Selatan. Gunung yang masing-masing memiliki ketinggian 2878 dan 2829
mdpl (meter dari permukaan laut). Kedua gunung ini memiliki cerita
mistik dan merupakan tempat favorit para pendaki di Sulawesi Selatan.
Untuk
mendakinya sekaligus (lintas alam dua gunung) diperlukan stamina yang
cukup, mengingat lama pendakian sekitar empat hingga lima hari serta
medan yang curam dan kondisi cuaca yang kadang tidak bersahabat. Maka
dari itu kebanyakan orang hanya mendaki salah satunya saja dibanding
melintasi keduanya. Kami berenam : saya sendiri, Tope, Murham, Jasman
dan dua orang wanita tangguh (Hartil dan Jannah) akan melintas kedua
gunung tersebut sekaligus melakukan pendataan.
BASE CAMP GUNUNG LOMPOBATTANG
Base Camp Parambintolo terletak di dusun Lembang Bu’ne, kelurahan Cikoro’ kecamatan Tompobulu, kab. Gowa. Daerah ini
merupakan dusun terakhir yang terletak di kaki gunung Lompobattang dan
biasanya dilalui para pendaki gunung sebagai jalur pendakian menuju
gunung Lompobattang.
BaseCamp
Parambintolo adalah rumah kepala dusun (Tata Juma’) sekaligus orangtua
kami. Sudah lumayan lama rumahnya kami jadikan sebagai basecamp dikaki
gunung lompobattang (Base camp Sar Unhas Makassar). Disarankan jika ada
yang ingin mendaki lompobattang sebaiknya meminta izin terlebih dahulu
kepada kepala dusun.
CAMP PERTAMA (Pos 9)
Setelah
bermalam di basecamp, esok paginya berpamitan kepada Tata lalu berdo’a
dan melanjutkan perjalanan dengan tujuan camp di teras pos Sembilan.
Dari rumah pak dusun menuju pos 1 kita masih melewati jalan pengerasan
lalu belok kiri sekitar duaratus meteran sebelum tiba di sungai pos
pertama (1520 mdpl).
Kemudian perjalanan di lanjutkan ke pos 2 (1873 mdpl). Vegetasi yang dominan berupa lumut, tanaman paku-pakuan dan belukar. Pos dua berupa sumber air dan sungai terakhir sebelum pos Sembilan. Disini, kami putuskan untuk istrahat sejenak dan makan siang.
Sebelum
melanjutkan perjalanan disarankan untuk mengisi botol-botol yang kosong
dan membawa air yang cukup sebelum mendapati sumber air terakhir atau
sebagai persiapan jika tidak sampai bermalam di pos Sembilan. Jarak
tempuh menuju Pos 3 sekitar 460 meter dengan waktu tempuh sekitar 29 menit. Keadaan alam pos tiga (2063 mdpl) cukup tertutup karena semak belukar yang rimbun.
Dari pos 3 melewati pos empat, lima, enam hingga pos 7, jalur yang kita lewati masih menanjak dan trekking. Untuk mencapai
pos tujuh (2696 mdpl) membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam lebih. Bisa
dijadikan area camp karena lokasi agak luas dan datar, namun dipos ini
tidak terdapat sumber air, kondisi medan berupa tanah dan bebatuan.
Di
pos tujuh kami rehat sejenak sambil melengkapi data-data yang diperoleh
sepanjang pos-pos yang dilewati sebelumnya serta melakukan orientasi
peta. Selanjutnya Menuju pos delapan sekitar 20 menit. Elevasi pos 8
(2702 mdpl) kondisinya sangat terbuka, kita pun bisa menikmati
pemandangan alam dan kontur-kontur hutan pegunungan Lompobattang.
Sekitar
jam 03.40 waktu lompobattang akhirnya kami sampai di pos 9 (2759 mdpl)
berupa teras yang bisa menampung hingga empat tenda. Segera mendirikan
tenda lalu menikmati seduhan kopi hangat hasil racikan dua orang gadis
yang ikut dalam perjalanan lintas ini.
Semua
rasa capek seharian terbalas dengan pemandangan matahari terbenam
berwarna jingga dan awan bergelombang dan tampak pula gunung-gunung
berjejeran membentuk lukisan alam yang sangat indah,
sungguh pemandangan yang luar biasa. Dari Lokasi camp kita sudah bisa
melihat puncak (Pos X) dari balik tebing-tebing batu di pos 9 ini. Maka
dari itu jika ada yang melakukan pendakian ke Gunung Lompobattang ini
pasti memilih lokasi camp di pos sembilan ini.
Pada
malam hari kita bisa menikmati kelap kelip lampu perkotaan seperti
Kabupaten Bantaeng dari kejauhan. Angin semakin kencang dan suhu pada
Thermometer menunjuk angka 9 derajat Celsius seakan mengisyaratkan bahwa
kami harus masuk ke dalam tenda untuk segera beristirahat dan
mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan esok harinya.