May 14, 2012

Seduhan dan Cerita Secangkir Kopi-ku

Ilustrasi : dok pribadi

Secangkir kopi hitam hangat baru saja kuseduh, ini tegukan ketiga untuk gelas ketiga pula pada hari ini.  Kuletakkan disamping laptop merk Campac sambil memutar lagu rock lawas. Membuka word lalu jari jemariku beradu padu diatas tools keyboard ingin menulis cerita tentang secangkir kopi yang kenikmatan rasanya masih mengendap pada ingatan-ingatanku. Seperti ampas kopi yang selalu tertinggal didasar gelas.

Kopi telah menjadi candu buatku melampaui batas kenikmatan ekstasi. Empat hingga lima gelas perhari lalu jantungku berpacu lebih kencang atau bagai senyum manis gadis berjilbab orange bulan lalu (semacam doping) yang mampu meracuni pikiranku hingga tidak bisa tidur semalaman. Pernah ada yang menegurku, jangan terlalu mengkonsumsi kopi nanti cepat tua. Entahlah, mungkin aku telah menjadi seorang kaffeinis..

Awal perkenalan dengan secangkir kopi, akupun sendiri lupa mencatatnya. Seingatku jaman sekolah dulu tidak ada yang mengesankan dari masa kuliah sekarang. Hari-hari akrab dengan secangkir partikel atau zat hitam bernama kopi. Ada sebuah pengalaman menyeruput kopi yang rasa nikmatnya masih membekas dalam memoriku. Saat mendaki puncak sulawesi, gunung rantemario. Nyaris terhempas badai dan cuaca ekstrim latimojong sepanjang perjalanan adalah kenangan yang terkubur dalam pendakianku untuk menginjakkan kaki di atap sulawesi kala itu.

Namun hal yang paling mengesankan ketika sampai di kaki gunung, Dusun Karangan yaitu menyeduh kopi hitam hasil racikan anak gadis Pak Mellu yang rumahnya kami jadikan sebagai basecamp. Segala rasa capek terasa hilang semuanya. Sekejap tubuh menghangat mengalahkan rasa dingin. Kenikmatan rasa  kopi asli Karangan ini menurut hematku, rasanya belum pernah dijumpai pada warung-warung kopi di sudut-sudut kota Makassar. Sungguh nikmat, aromanya memikat, luar biasa dan segala bentuk ungkapan rasa kekaguman yang terwakili saat itu.

Bisa jadi racikannya pas dan sesuai formula matematis pada batas angka terkoreksi. Atau mungkin karena tempatnya yang berhawa dingin. Aku lupa menanyakan rahasianya. Jika ada waktu kesana lagi akan kupesan kopi asli Karangan itu, lalu menyeduhnya di atas awan puncak sulawesi tentunya akan menghasilkan sensasi yang berbeda, kabut akan datang menghampiriku. Yang pasti menyeruput kopi diatas gunung sana sensasi dan kenikmatannya berbeda jauh dari pada diwarung kopi meskipun nongkrong sambil online.

Tentang secangkir kopi. Para filosof-filosof barat sering bertemu di warung-warung kopi dalam suatu forum dan berdiskusi hingga menghasilkan suatu karya besar untuk peradaban dunia. Dikamar kostan dulu, secangkir kopi bersama kita kamu dan kalian bisa menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang menumpuk. Secangkir kopi adalah kenangan, kebersamaan dan kopi juga sebagai lahirnya ide-ide sebuah karya. Tegukan terakhir kopiku telah menyudahi tulisan ini.

Untuk kawan-kawan, selamat menyeduh kopinya,-

Kamar Kostan, menulis sambil menyeruput kopi hitam paling pekat sejagat
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER BULAN INI