April 25, 2015

Perempuan Tangguh, Perempuan Pendaki Gunung

http://pixshark.com/vertical-limit.htm
Mereka adalah perempuan yang berjalan jauh meninggalkan rumah lalu menyusuri keheningan hutan-rimba. Mereka juga berkarib dingin dan angin malam yang menusuk tulang. Merekalah perempuan dengan ransel dipunggung, melangkah melewati setapak demi setapak untuk menggapai tanah suci gunung gandang dewata. Sungguh, mereka perempuan tangguh yang berkawan sunyi, kelelangan dan dewa kematian di atas gunung sana. 


***
Perihal Gunung Gandang Dewata merupakan satu gunung tersulit di pulau sulawesi. Secara administratif terletak di wilayah Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Untuk menggapai Tanete (puncak) gunung Gandang Dewata menuntut fisik yang amat prima. Medan yang sulit dan kontur yang menanjak serta menurun antar pos sangatlah berjauhan. Tantangan lain akan faktor eksternal gunung ini adalah hujan abadi sepanjang waktu. Serta seringnya menyebrangi aliran sungai akan menjadikan kaki senantiasa dalam kondisi basah maka bisa berpotensi terserang kutu air atau rawan cedera. 

Demikian deskripsi singkat mengenai pendakian ke gunung tersulit di sulawesi selatan maupun sulawesi barat tersebut. Maka tak jarang dalam setahun terkadang hanya tiga kelompok atau tim yang melakukan pendakian ke gunung yang sarat dengan nuansa mistisnya ini.

Berapa waktu lalu, saya mendaki ke gunung yang berelevasi 3037 mdpl itu. Namun yang menaruh kekagumanku adalah para perempuan yang bersama tim ini. Mereka kuat berjalan serta tak pernah mengeluh, tak juga ada ketakutan sedikit pun  yang memancar di wajah mereka. Barangkali tak berlebihan saya menyebutnya sebagai perempuan tangguh seperti diawal-awal saya kisahkan tadi.

Puncak Gandang Dewata/Ormed Sar-Unhas

Dalam beberapa kesempatan mendaki gunung di wilayah sulawesi selatan semisal Bawakaraeng yang menjadi primadona bagi para pendaki, saya sering menemukan dan melihat pendaki perempuan yang selalu kesulitan melewati tracknya, mereka juga sering dibawakan kerelnya serta banyak pula yang mengalami trouble-cedera. Berapa waktu lalu juga saya menemukan seorang perempuan muda yang saya tahu berasal dari satu kampus di wilayah makassar. Ia, saya jumpai bersama kelompoknya mengalami hipothermia dan harus ditandu dari atas gunung Mulut Tuhan, sebutan lain Bawakaraeng.

Hal kontras atau berbeda dengan perempuan yang bersama saya tatkala mendaki gandang dewata tersebut. Mereka terlihat pantang menyerah selama seminggu lebih menyusuri rapatnya hutan pegunungan Mamasa. Hari-hari di guyur hujan lebat, banyaknya pacet yang menempel pada kaki dan betis, serta memaksa mereka harus melalui tanjakan tajam atau jalur menurun yang terjal adalah hidangan dalam pendakian ke gunung yang terkenal akan cerita mistis suara gendang dewa dari puncak gunungnya itu.

Mulanya saya mengkhawatirkan kemampuan fisik mereka jikakalau akan mengalami hal-hal yang tak diinginkan semisal trouble atau cedera. Awalnya, saya juga meragukan perempuan ini bahwa tak akan kuat membawa kerelnya sepanjang perjalanan hingga pulang. Rupanya semua asumsi dan anggapan saya itu salah besar. Mereka adalah petualang yang mampu merengkuh tanah tertinggi sulawesi barat yakni Tanete Gandang Dewata. Mereka telah melukiskan nama mereka dalam sejarah perjalanan hidup bahwa perempuan juga mampu dan bisa mendaki sekalipun itu gunung tersulit.

Saya begitu percaya bahwa tak akan banyak dari kaum hawa yang memilih mendaki ke tanah tertinggi sulawesi barat itu. Yang mana harus berhari-hari lamanya mendekam keheningan hutan dan rimba gandang dewata. Namun tidak dengan para perempuan itu yang harus membelah belantara untuk melakukan pendataan serta segala hal mengenai kondisi gunung tersebut. Ya, para perempuan itu telah melewati jalur atau trek panjang, tanjakan terjal nan licin, serta durasi yang lama untuk menyelesaikan misi mendaki gandang dewata sebagai salah satu pendakian tersulit.

***

Melihat perempuan yang bersama saya dalam perjalanan mendaki gunung gandang dewata, menyiratkan pesan bahwa perempuan juga tak kalah dengan kaum lelaki dalam aktifitas pendakian gunung yang tergolong sebagai olahraga berat. Mereka juga menegur saya bahwa perempuan juga bisa berkarya dan mampu mengibarkan bendera di tiang-tiang langit negeri ini. Mendadak saya teringat ucapan Junko Tabei, pendaki wanita yang pertama kali menginjakan kaki di atap dunia.
 “lihatlah keluarlah, maka gunung akan mengajarimu”
Maka semoga semakin banyak lagi para perempuan yang mencintai naik gunung dan menjadikannya wadah pembelajaran bagi setiap pribadi ke arah yang positif semisal sebagai sarana melatih diri dan memupuk kebersamaan dan banyak hal lainnya. Semoga pula semakin mendekatkan kecintaan kepada sang pencipta semesta alam.

- Sebuah jurnal jalan tentang kisah pendakian Gunung Gandang Dewata, Sulawesi Barat


BACA JUGA : 




8 comments:

  1. Sungguh para perempuan yang tangguh. Salut akan kemampuan mereka yang pantang menyerah dalam menyusuri medan terjal beserta tantangan alamnya lain. Jadi merasa iri kepada mereka yang mampu melewati tantangan alam dalam hal ini mendaki gunung.

    ReplyDelete
  2. ternyata, yang kita ragukan kemampuannya, ia bisa melebihi laki-laki. hebat.

    ReplyDelete
  3. lagi bayangin,diajak daki sama perempuan,uh setiap langkah bakal jadi momen indah dan bahagia.
    salute sama perempuan tsb,bukti jangan pernah remehkan perempuan :D
    salam kenal mas.

    ReplyDelete
  4. Ijin share kak dayat ^_^

    ReplyDelete
  5. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    ReplyDelete

TERPOPULER BULAN INI