April 05, 2015

Membaca Heinrich Harrer. Kisah Seorang Nazi, Penulis & Pendaki Tersohor

Foto/Wikipedia

HEINRICH HARRER. Seorang nazi, penulis sekaligus pendaki gunung. Mengenalnya adalah ketika menonton film sarat petualangan Seven Years In Tibet, diadopsi sebagai buah dari karya bukunya. Film tersebut merupakan favorit saya bahkan sudah berulang kali saya tonton dengan tak pernah menanggalkan rasa bosan atau menjemukan sedikit pun dihati. Kisah-kisah yang disuguhkan sangat menginspirasi juga gambar tentang keindahan Himalaya dan Tibet amatlah menakjubkan. Saya rasa setiap orang punya keinginan bahwa suatu waktu ingin mengunjungi atap dunia itu dan melihat lebih dekat keunikan kota suci Lhasa lalu bertemu dengan Dalai Lama, seorang pemimpin spritualis masyarakat Tibet.

Film Seven Years In Tibet diangkat dari kisah nyata seorang pendaki asal Austria yaitu Heinrich Harrer yang mana diperankan oleh Bradpitt, seorang aktor kawakan Hollywood. Heinrich Harrer memimpin ekspedisi pendakian ke Nanga Parbat Himalaya, namun gagal karena satu faktor eksternal cuaca yang buruk. Misi dan impian serta ambisi menggapai puncak Naga Parbat terhenti. Kuasa alam tak mampu dilalui. Sialnya lagi bagi Heinrich adalah ia harus ditangkap oleh tentara sekutu kala itu perang dunia ke dua tengah berkecamuk . Ia lalu dipenjara di India namun berhasil melarikan diri ke Tibet selama kurun waktu tujuh tahun lamanya. Barulah setelah perang berakhir ia kembali ke negaranya melanjutkan pengembaraanya.

Pengalaman hidup akan nilai-nilai budaya ketimuran di Tibet dan kedekatannya dengan Dalai Lama merupakan kisah yang luar biasa. Ia menuangkannya menjadi buah-buah tulisan dengan judul Seven Years In Tibet dan Lost Lhasa. Karya seorang Heinrich Harrer ini telah diterjemahkan ke dalam 48 bahasa dan telah terjual sebanyak tiga juta copy (Wikipedia). Sungguh sebuah kisah perjalanan yang menarik dan mengagumkan tentunya, semoga saya bisa membaca catatan beliau tersebut.

Membaca kisah heinrich harrer berarti membuka lalu membaca lembaran dan karvak sejarah seorang yang memiliki karya abadi. Ia tak hanya menjadi seorang pendaki gunung yang tersohor namun juga memilih melewati jalan menjadi penulis. Seorang Heinrich Harrer merupakan orang pertama yang mampu mendaki Gunung Eiger di Swiss melalui jalur sisi utara pada 24 juli 1938. Sungguh, hal tersebut sebagai prestasi yang membanggakan bagi diri pribadi juga mengharumkan nama negaranya. Dia layak disematkan sebagai pahlawan sebab kala itu setiap negara berlomba menggapai puncak dan tebing es Eiger.

Harrer adalah seorang nazi berpangkat sersan yang juga konsent mempelajari olahraga dan geografi. Dia terlibat melakukan ekspedisi-ekspedisi etonografis serta pendakian gunung di Alaska, Andes, Ruwenzori. Harrer merupakan pendaki pertama Gunung Deborah dan Gunung Hunter di Alaska pada tahun 1954. Pada 1962 ia adalah pemimpin sebuah kelompok berjumlah empat orang yang merupakan pendaki pertama Puncak Jaya di Papua, sumber Wikipedia.

Seorang Heinrich Harrer yang tersohor memberikan isyarat kepada para pendaki gunung agar selalu menuangkan pemikiran dan jejak-jejak pengalaman yang dialaminya kedalam catatan-catatan terlebih itu menjadi sebuah karya bernama buku. Ia juga menginspirasi bahwa kesaksian-kesaksian pikiran yang dilalui oleh seorang pendaki atau petualang melalui sungai kata-kata adalah keabadian dan akan diingat oleh zaman.

Membaca kisah singkat seorang Heinrich Harrer menjadikan saya membatin bahwa saya hari ini bukanlah apa-apa jika disandingkan dengan ekspedisi besar yang telah dilakukan olehnya lalu melukiskannya keatas kanvas tulisan yang bisa menginspirasi banyak orang. Heinrich Harrer adalah pendaki gunung yang hebat nan termasyhur, tak hanya itu saja ia juga terlahir menjadi seorang petualang yang berani mengarungi samudera kata-kata lewat karya tulisannya.

Membaca semangat dan torehan pengalaman yang dialami Heinrich Harrer menegur keangkuhan setiap jiwa yang menganggap dirinya pendaki gunung bahwa yang hebat adalah mereka yang tak hanya mencumbui keheningan dan kelelangan alam semata namun harus bisa menulis kisah-kisah yang dirasakannya serta mampu memaknai segala gerak semesta.

Mendadak saya teringat suatu perkataan seorang teman, terlepas anda sepakat atau tidak bahwa :

 "...  mati kafir seorang pendaki yang tak menggoreskan kesaksian-kesaksian pikiran dan jejak kaki perjalanannya menjadi sebuah catatan atau tulisan".
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER BULAN INI