March 03, 2015

Diri ini & Obsesi Petualangannya

‘’Satu hal yang amat membahagiakan dalam hidup adalah ketika mampu memenuhi nafsu-nafsu berpetualang…’’ @LaOde
Ilustrasi/Dok. Pribadi
Jauh hari sebelum sepenuhnya menggilai aktifitas-aktifitas alam bebas sejak 2007 bergabung di Sar Unhas Makassar.  Sejatinya, saya kecil sudah terbiasa dan ditempa dengan kehidupan sarat petualangan itu sendiri. Tumbuh dan melukiskan kanvas cerita masa kecil pada Pulau Tomia, Wakatobi adalah suatu berkat. Tiap hari bermain di laut misalnya seolah-olah saya tidak perlu belajar berenang lagi sebab dengan otomatisnya sudah mengetahui cara berenang itu sendiri. Di pulau sana, para orang tua tak pernah melarang anaknya untuk bermain  dan bersentuhan dengan laut.


Saya juga selalu merasa beruntung terlampau berlebihan bahagia dengan melalui kebiasaan-kebiasaan masa kecil yang unik nan menyenangkan ini.
Mengetahui beragam cara memancing, memanah atau menembak ikan, menjaring, ikan, memasang perangkap ikan dengan bubu, dan masih banyak pengalaman lainnya yang tak pernah dilewati bagi anak-anak perkotaan.Yah, aktifitas semacam itu merupakan modal dan dasar seseorang dalam menggeluti dunia alam terbuka. Layaknya bisa berenang, bagi saya hal ini mestinya dikuasai oleh mereka para penggiat alam bebas sebab sebagai cara dalam survive. Ini juga modal saya bergabung di Sar Unhas dimana kegiatannya (operasi sar) selalu bersentuhan dengan air.

Bicara petualangan adalah bicara tentang obsesi-obsesi diri. Begitupun dengan saya pribadi tentu saja ada obsesi tersendiri yang terkadang terlalu naif untuk diceritakan. Namun keinginan tersebut selalu saya dengungkan ke atas mega-mega sana. Semoga kelak terkabulkan. Tentunya dengan berkat penguasa langit. Maka tak ada salahnya melukiskannnya ke atas kanvas harapan.

Obsesi pertama, Ingin mendaki Solo. Bagi saya mendaki gunung adalah candu. Seseorang yang sering atau pernah naik gunung pasti akan merindukan saat-saat dimana ia berada di puncak. Pikirannya juga akan seringkali bermemori tentang percumbuannya dengan kelelangan alam liar di tengah hutan sana. Ia juga akan merindukan tentang kabut romantis, tentang dingin yang kadang nyaris membekukan sel-sel darah. Dan satu hal lagi yakni berada di atas gunung adalah berada di salah satu tempat di belahan bumi dengan kondisi damai nan tentram, setidaknya jiwa seseorang merasakan hal demikian.

Walau saya bukanlah penakluk banyak gunung layaknya orang lain namun setidaknya pernah juga mencumbui gunung dan menerjangi kabut romantisnya. Maka obsesi yang ingin saya lakukan adalah mendaki solo, melintasi gunung lompobattang-gunung bawakaraeng. Terkesan keramat menurut beberapa pendaki namun disitulah sejatinya tantangannya. Mendaki solo adalah tentang penaklukan dan menantang diri sendiri dari keangkuhan. Menjelajahi hutan seorang diri merupakan pencapaian namun apakah mampu melampaui push limit, vertical limit situasi yang dihadapi atau tidak. Nah, disanalah menariknya.

Obsesi kedua, melayari seluruh pulau-pulau wakatobi dengan perahu tradisional yakni dengan perahu lepa-lepa. Ini juga menjadi obsesi terbesar saya denga terlahir sebagai anak pulau, barangkali tak ada yang berpikiran segila ini. Namun itulah wajah petualangan penuh dengan tantangan yang selalu sepadan dengan akibat-akibat yang ditimbulkannya semisal kematian bagi pelakunya.

Ilustrasi/Google

Berjibaku dengan ombak ganas laut banda yang membatasi geografis wakatobi tentu akan menimbulkan tantangan tersendiri. Terlebih kapal yang akan digunakan adalah lepa-lepa, jenis kapal tradisional para pelaut dahulu. Dari sisi stabilitas terbilang cukup tinggi dan aman. Akan saya singgahi seluruh daratan pulau tukang besi tersebut. Akan saya catat seluruh pelayaran dan pengalaman yang didapat. Kelak kisah itu akan saya hadiahkan kepada anak saya. Dengan sebuah harapan bahwa mencintai lebih dekat tanah leluhurnya lewat perjalanan adalah satu cara langka yang tak pernah diinginkan orang lain.

Sebuah alasan lain mengapa memendam obsesi ini adalah karena saya amat mengagumi Ibn Batutah, sang pengembara yang telah berjalan cukup jauh dengan banyak pengalaman. Ia pun selalu mencatat perjalanannya, entah itu saat berlayar membelah lautan, melewati badai di gurun dan sebagainya. Ibn Batutah adalah panutan dan teladan dalam mengembara.

Obsesi lainnya jauh lebih hebat yakni mengunjungi gua hira. Tempat yang  bernilai historis tinggi dari kisah orang suci. Di tanah arab itu juga saya ingin menunaikan haji, ibadah yang paling dirindukan ummat manusia di jagat raya ini. Disinilah petualangan paling di inginkan oleh manusia, tempat yang mesti kunjungi jika ia mampu. Tak ada hal lain yang paling istimewa selain tempat itu dalam ruang-ruang obsesi yang saya ciptakan.
Lantas, bagaimana dengan anda apakah memiliki obsesi-obsesi lain. Jika ya, maka mari melukiskannya(*).

-  Sedang merindukan naik gunung

12 comments:

  1. Wakatobi itu terkenal dengan surga bawah laut yang mengagumkan. Suatu saat pengen kesana. Salam

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin. semoga bisa kesana. salam kembali

      Delete
  2. aih, memang mantap ya kalau jadi petualang seperti itu.
    saya rasa saya butuh refreshing, saya masih harus disibukan dengan berbagai urusan yang bikin stress :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. ei bro, followback blog dong :)
      hehehe

      Delete
    2. setiap orang butuh refreshing dari kesibukan rutinitas. dan alam selalu jadi tmpt yg mendamaikan jiwa. baik nanti d followback.. salam blogger.

      Delete
  3. Wah, jiwa petualang dengan alamnya tinggi. Kalo saya lebih suka jalan-jalan yang fun dan menyenangkan.. biar cepet fresh hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. itu jg lebih menyenangkan mbak... yg penting fun

      Delete
  4. Pengen rasanya menjelajah indonesia... Kyaknya butuh bertahun-tahun buat ngabisinnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. dimulai dari mengenal dan mencintai daerah kita sendiri dl mas. baru dalam lingkup luas bernama indonesia.... hehe. salam

      Delete
  5. Kembali teringat masa kecil waktu masih tinggal di rumah yang gak jauh dari pantai.

    ReplyDelete

TERPOPULER BULAN INI