February 27, 2015

Dukun Yang Tak Akademis

KISAH ini saya rangkum dari kepingan-kepingan cerita yang dialami oleh seorang teman, kejadiannya setahun lalu.  Bagi saya ini unik sekaligus amat menarik. Sungguh! Ini tentang dukun yang tak akademis atau tak ilmiah. Yah, menurut saya demikian kira-kira. Maka dari itu saya mencoba menuangkannya ke halaman blog ini dengan satu harapan dapat menjadi pelajaran bagi saya pribadi dan pembaca setia halaman ini.

Tentang kehilangan dan praktik perdukun-an!

Suatu hari seorang teman saya mengalami musibah berupa kehilangan laptop. Peristiwa itu terjadi tepatnya saat ia berada di rumah temannya. Bahkan bukan hanya komputer jinjingnya saja yang raib waktu itu namun berapa temannya pun mengalami nasib yang sama yakni ketiban sial. Mereka mencurigai bahwa waktu perginya barang-barang tersebut adalah shubuh hari sebab pada waktu itu mereka tengah lengah (tertidur) sehabis mengerjakan tugas kampus hingga larut malam.

Sebenarnya membicarakan tentang kehilangan komputer jinjing, saya sendiri pernah mengalami hal serupa. Kisahnya ada disini Akan tetapi bedanya saya tak melaporkannya kepada tuan dukun sebab saya sendiri meyakini hal itu tak akan menyelesaikan masalah namun justru menyelesaikan masalah dengan masalah seperti hanya akan menuduh orang lain tanpa bukti valid. Pada waktu saya mengalami musibah kehilangan itu seorang teman menyarankan agar saya melapor ke pak polisi, namun saya menolak dengan anggapan toh sepeda motor teman saya yang lain itu belum ditemukan lalu bagaimana dengan laptop yang bentuknya kecil dan nominalnya pun tak sama dengan sebuah laptop. Akhirnya, saya memilih berbesar hati saja dan mencoba bersikap ikhlas.

Baiklah saya kembali ke pengalaman teman saya yang kehilangan tadi. 

Zaman boleh saja telah modern namun praktik-prakatik perdukunan juga masih ada. Barangkali karena ekspresi kepanikan atau apa namanya, teman saya juga teman-temannya yang kehilangan lalu memutuskan melapor ke seorang dukun yang konon bisa menerawang dan mengetahui pelakunya. Teman saya tadi tak sendirian namun bersama teman sependeritaannya itu. Nah, pada tempat praktik perdukunan yang di datangi rupanya memaksa mereka untuk bersabar dan terlebih dahulu mengisi administrasi pendaftaran lalu antri menunggu giliran. Ada banyak pasien yang ingin berkonsultasi waktu itu, katanya. Oh, iya setelah berobat pasien-pasien itu memberikan sesuatu menurut keikhlasannya. Saya bertanya kepada teman yang mengunjungi dukun tersebut tentang apa yang kalian berikan setelah berkonsultasi. Sebungkus rokok, itulah bentuk keikhlasan yang ia lakukan terhadap dukun yang memiliki banyak pasien itu. Saya hanya membatin dan cukup terheran mendengar hal ini. 

Lantas apa yang kalian lakukan di tempat dukun yang kalian datangi tersebut, demikian pertanyaan bernada menyelidik saya layangkan kepada  teman yang kehilangan komputer jinjingnya itu. Mula-mula mereka mengutarakan kepada dukun bahwa mereka telah kehilangan beberapa laptop saat mereka tengah ketiduran. Serta perlahan-lahan menjawab seluruh pertanyaan yang di ajukan oleh dukun, tanpa satu terlewati. Seperti itulah bentuk identifikasi yang dilakukan oleh dukun, ungkap teman saya.

Teman saya ini lanjut bercerita kepada saya bahwa dukun-paranormal tersebut menyelesaikan masalah dengan cara yang unik dan cukup mudah saja. Dukun itu cukup membaca mantra atau jampi-jampi lalu menanyakan sesuatu hal kepada seseorang disampingnya dimana orang tersebut berfungsi sebagai perantara. Menurut teman saya mengungkapkan bahwa seorang perantara tersebut  telah dirasuki oleh seorang jin suruhan dukun itu yang bisa mengetahui apa saja termasuk siapa orang yang telah mengambil komputer jinjing teman saya tadi.

Perantara yang katanya telah dirasuki oleh jin (makhluk halus) itu memberitahukan segala ciri-ciri, gestur dan motif pelaku yang mengambil barang-barang elektronik  milik teman saya dan semua temannya yang kehilangan tadi. Dan rupanya segala ucapannya itu diamini oleh teman saya dan teman-temannya. Ciri-ciri orang (pelaku) yang disebutkan tersebut mengarah atau menjurus ke teman lain dari para korban yang kehilangan tersebut walaupun tidak didasari bukti apapun semisal rekaman cctv mungkin atau contohnya bisa melihat rekaman kejadian tersebut melalui air dalam wadah guci ajaib sang dukun, layaknya dalam film itu misalnya. 

Maka akhir dan klimaks dari perasaan kehilangan tersebut adalah para korban memberikan pelajaran kepada orang (pelaku) yang dituduhkan oleh dukun itu. Walau telah memaksa namun tak ada hasil juga dan laptop tersebut tak pernah kembali. Setelah kejadian itu orang yang dituduh mencuri ini tak menerima hal tersebut karena mengaggap tuduhan tersebut tanpa bukti. Namun, setelah diselesaikan secara baik-baik maka hanya didiskusikan secara musyawarah lalu saling memaafkan. Setelah kejadian, teman saya pun mengaku kapok-tobat berurusan dengan dukun lagi.

***
Lantas dimana letak tak akademis sang dukun tersebut. Tak akademisnya menurut saya adalah dukun tersebut hanya menerka-nerka sesuatu yang lalu disesuaikan-disamakan dengan ciri-ciri atau gestur seseorang diluar dari teman saya yang kehilangan laptop itu. Sialnya hal itu tak dilandasi bukti valid yang kuat apakah orang yang dituduhkan ini benar-benar mengambilnya. Kemudian tak ilmiah lainnya yaitu dukun yang katanya melalui perantara makhluk halusnya tak menyebut langsung nama orang yang mengambil barang si korban. Dengan demikian menguatkan kesimpulan saya bahwa sang paranormal hanyalah meraba-raba saja dalam artian tak mengetahuinya sama sekali. Tak akademis lainnya yaitu tak melalui bentuk investigasi dari suatu masalah yang kemudian bisa dipertanggung jawabkan hasilnya.


Pelajaran yang bisa dipetik dari peristiwa ini adalah jangan mudah panik atau terprovokasi sesuatu terlebih terlalu gampang meyakini perkataan seorang dukun yang tak berdasar bukti-bukti akurat nan menguatkan. Karena hal itu justru akan menimbulkan masalah baru misalnya tuduhan pencemaran nama baik, dan sebagainya. Tetap berbesar hati jika mengalami nasib kehilangan dan menjadi bahan introspeksi diri sebab barangkali barang-barang tersebut sedang menjalani takdirnya berpindah tangan ke orang lain. Barangkali seseorang mesti lebih waspada lagi. Dan jika yakin maka bisa melaporkan hal itu ke pihak yang berwajib agar diselidiki sebab itu sudah tugas mereka. Nah, bagaimana dengan anda apakah memiliki cerita yang sama atau barangkali pengalaman dari teman anda?

- Belajar menulis dengan teknik bercerita

4 comments:

  1. Setuju, lebih baik dikembalikan ke pribadi dan mengintropeksi diri. Bisa jadi kita sendiri yang lalai, baik dalam menyimpan barang-barang atau tidak menutup pintu rumah/kost saat tertidur pulas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepakat skali. menjadi bahan renungan dan sebaiknya mengadu kepada Langit..

      Delete
  2. Baru mampir udah suka sama tulisannya :)

    www.fikrimaulanaa.com

    ReplyDelete

TERPOPULER BULAN INI