January 29, 2014

Soppeng : Dari Warung Kopi, Vespa dan Kalong

Di Danau Ompo, Soppeng

Kabupaten Soppeng merupakan daerah selanjutnya yang menghiasi daftar catatan dalam perjalanan yang tak direncanakan dan datang begitu tiba-tiba. Karvak ini masih berada dalam peta administrasi propinsi sulawesi selatan tentunya. Ada beberapa ihwal sehingga begitu menginspirasi saya ketika menyambangi serta melihat keunikan daerah ini dimana hari itu adalah pertama kalinya saya menginjakkan kaki disini. Saya memercayai setiap daerah memiliki kekhasannya sendiri-sendiri, berikut catatan yang terselip di ingatan saat mengunjungi soppeng.

Pertama adalah Vespa.  Berapa komunitas melestarikan keberadaan vespa di kabupaten soppeng. Saya banyak melihat vespa  melintasi jalanan ibu kota Watan Soppeng. Suaranya amat khas dibanding kendaraan roda dua lainnya beberapa diantaranya sudah dimodifikasi dengan warna dan model tertentu sehingga akan banyak dijumpai disini.  Vespa adalah kuda besi terkuat yang pernah diproduksi bangsa barat dari Itali dan sudah terbukti tangguh hingga saat ini. Pada perjalanannya vespa kini telah mengalami beberapa revolusi bentuk. Ada keuntungan tersendiri  jika mengendarai vespa konon salah satunya yakni bebas tilang, apakah betul begitu tuan polisi??
 
Saya lalu diam-diam tergoda dan ingin memiliki barang antik bernama vespa, ya! barangkali itu suatu waktu. Di kampung saya di pulau mungil bernama Tomia, dahulu banyak orang mengendarai vespa klasik. Vespa-vespa ini di datangkan dari pulau jawa melalui jalur laut yang memakan waktu berhari-hari lamanya menggunakan perahu layar saat itu belumlah menggunakan mesin. Namun nyatanya perlahan hingga hari ini sudah ditinggalkan sehingga tak akan dijumpai lagi vespa mengaung di badan jalan. Orang-orang telah beralih ke sepeda motor yang katanya pabrikan bangsa asia yakni jenis matic yang pengoperasianya sangatlah simpel dibandingkan dengan vespa tadi. Ketika pulang kampung nanti, saya berencana akan membeli vespa dan sepeda ontel tempo dulu yang barangkali masih ada disana. Karena sesuatu yang unik dan klasik selalu terselip sejarah dan menyimpan nilai yang  tiada tara harganya dalam  menghiasi zaman. Menunggangi vespa adalah kesederhanaan itu kataku.

Kedua. Kota Watan Soppeng begitu asri, setidaknya itulah apa yang saya lihat dan rasakan. Di jalan-jalannya banyak berdiri  kokoh pohon-pohon asam sehingga membuatnya begitu rindang nan hijau. Pemandangan seperti ini tak pernah diketemukan di kota lain yang pernah saya sambangi. Kota yang hijau dengan banyaknya pohon akan memproduksi oksigen kesegaran bagi masyarakatnya ketika mereka membuka jendela rumah di pagi harinya. Beruntunglah disini, tidak seperti halnya di kota-kota besar yang lebih berlomba-lomba dan mementingkan membangun rimba-rimba beton dengan mengesampingkan daerah-daerah hijau dan menghilangkan daerah resapan air. Maka heran banjir adalah langganan dan pemandangan tiap tahun musim penghujan berlalu.

Ketiga. Dikenal juga dengan sebutan kota kalong. Menariknya, di tengah kota soppeng ini bermukim koloni kelelawar yang tak begitu terganggu dengan segala hiruk pikuk aktifitas manusia disekitarnya. Kala sore akan banyak dilihat kelewar-kelewar itu berterbangan di langit  kota Watansoppeng. Banyaknya pohon di tengah kota menjadi tempat berdiam favorit kelelawar ini. Tak mungkin melakukan migrasi jika manusia disekitarnya tak pula mengusiknya atau rumah-rumah mereka telah ditebang untuk dijadikan beton gedung-gedung atau ruko pertokoan.   Ini mencerminkan contoh kehidupan harmonis antar makhluk hidup dan lingkungannya. Sehingga tak heran menjadikan soppeng dikenal juga dengan nama kota kalong. Atau coba beritahu saya adakah tempat lain yang di dalam kotanya tinggal bertahun-tahun lamanya koloni-koloni kelelawar?

Hal yang menarik lainnya adalah keberadaan warung kopi yang menghias sudut kotanya bahkan beberapa diantaranya membuka pintunya untuk mereka para penikmat kopi hingga dua puluh empat jam. Saat malam hari akan banyak dijumpai sebagian orang menongkrongin warung kopi tadi. Mereka sekedar menghabiskan malam atau menbincangkan hal-hal remeh temeh. Dari perbincangan di warung kopi pula biasa akan melahirkan ide-ide yang cemerlang dari perenungan imajinatif liar seseorang. Jangan heran sekarang warung kopi bak jamur tumbuh mekar di musim penghujan dan telah menjamur di sudut-sudut kota manapun termasuk di kota watansoppeng ini. Malam itu saya memilih memesan kopi susu sebagai racikan andalan dari salah satu warung itu, namun saya mendapati rasanya tak jauh beda dari warung-warung kopi di jalan perintis kemerdakaan kota makassar. Satu hal yang menarik perhatian saya saat itu adalah tulisan diposter yang tertempel pada dinding warung kopi tersebut adalah KOPI : Ketika Otak Perlu Inspirasi. Sekali lagi, ini menarik bagi saya. Kepada kita sekalian, silahkan menyeruput kopinya lalu lahirkan pula benih-benih inspirasi buat orang lain.

***
Empat hari adalah waktu yang amat singkat untuk menyelami keseharian dengan mengunjungi desa-desanya, sungguh itu tidaklah cukup untuk bercerita banyak tentang segala ihwal Soppeng.

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER BULAN INI