November 22, 2013

Barang Mahal itu bernama Kesadaran

"Terkadang beberapa pendaki gunung berikrar bahwasanya dirinya mencintai alam tetapi sering pula mengingkarinya dimana sampahnya dibiarkan tertinggal diatas gunung sana"

Pencipta semesta menganugerahkan semesta alam ini amat kaya raya dengan segala isinya tanpa kesia-kesiaan belaka untuk dinikmati oleh makhluk penghuni jagat. Gunung-gunung tinggi menjulang bercerita tentang kebesaran penciptanya, bunga merekah ditepian lembah  berbicara akan keindahan, serta kabutnya adalah keabadian. Pohon-pohon serta gemercik merdu aliran sungainya yakni nafas kehidupan, maka bentuk balasan kesyukuran manusia atas hal itu adalah menjaga pemberian tersebut untuk keberadaan kelangsungan kehidupan yang seimbang.

Lalu seberapa besar kesadaran itu ada pada palung terdalam hati ataukah hanya mengendap saja disana tanpa terketuk atau tersentuh. Lihatlah kondisi kekinian gunung-gunung di bumi yang terberkahi ini, kita menemukan wajahnya mulai tak elok lagi. Sampah-sampah bermerk berserakan dimana-mana. siapa yang patut dipersalahkan akan kondisi ini, entahlah?

Sampah di Gunung Bawakaraeng (dok. pribadi)
Slogan dan ajakan atau peringatan tentang menjaga hutan dan lingkungan hanyalah kata-kata manis bernuansa puitis yang tertulis indah lalu terpajang disana sini. Sampah tetap saja menjadi sampah yang kotor dan pasti mengotori sekitarnya. Semakin gemar dan bertambahnya orang-orang yang mendaki gunung menjadi penyebab volume sampah bertambah banyak pula. Begitu pula dengan aksi vandalisme, mencoret-coreti batang pohon atau melukis nama pada batu-batuan di hutan sana dengan sangkur atau belati juga cat. Seandainya bisa mengeluarkan suara pastinya pohon dan batu itu akan menjerit kesakitan, duh!!

Beberapa hari lalu saya naik gunung. Sampah begitu mudahnya dijumpai dimana-mana diantara pos perpos persinggahan atau ditempat yang layak dijadikan camp. ya! itu pasti sampah plastik milik para pendaki yang lupa atau sengaja lupa terpacking dalam kerel, tentu dugaan ini tidak salah lagi.

Mereka yang mendaki gunung kadang hanya ingin memenuhi hasrat menikmati pemandangan keindahan semesta semata lalu mengabaikan, melalaikan  kewajibannya menjaga keindahan tersebut. Kesadaran itu bernilai mahal tak banyak yang memiliki rasa demikian. Sungguh amat langka rasa itu ada pada diri pendaki gunung. Jika tidak, mana mungkin digunung sana sampah-sampah akan bertebaran dan begitu gampangnya dijumpai.

Kepada kita yang gemar naik gunung, alangkah baiknya bungkusan-bungkusan makanan yang kita bawa keatas sana sepatutnya dibawa turun kembali. Mari menjaga keindahan semesta agar tetap lestari. Adakah kesadaran itu ada pada diri kita atau sama sekali telah hilang???

Makassar, 22 november 2013. 
Menulis setelah melihat sampah semakin mudahnya dijumpai digunung sana.

6 comments:

  1. wah benar sekali..
    orang2 sekarang cuma hobi liat pemandangan bagus namun tidak mau peduli sama kebersihannya..
    makanya untuk traveling ke alam saya jadi pilih2 teman deh.. saya harus tahu track recordnya dulu..

    ReplyDelete
  2. benar skali. sekarng byk yg acuh tak acuh...

    ReplyDelete
  3. Kalau ingin menikmati naik gunung, makanannya juga harusnya khas gunung aja yaa.. jadi gak perlu bawa makanan yg di bungkus plastik hehe *ekstreem*
    ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. heheee.. iya mbak dmnpun yg namax sampah hars dibuang ditmptx.
      trimkasih sdh komen dan berkunjung. salam blogger

      Delete
  4. mantap ulasannya dan pemberi komen... ^_^

    ReplyDelete

TERPOPULER BULAN INI