Hari itu saya tak sendirian melainkan beserta empat kawan ngopi sekaligus kawan menyelam saya. Jujur saja sudah lama saya tak ke tempat ini. Berdasarkan info dari seorang teman yang mengatakan jika ada hal yang baru di tempat tersebut. Sudah banyak lapak-lapak tempat menyeduh kopi sekarang ini ‘’ungkap teman tadi”. Nah, jadilah kami berlima penasaran dan ingin membuktikanya.
Sebelum memesan kopi kami memutuskan berkeliling melihat-lihat kondisi puncak tomia, nama tempat wisata tersebut. Saya sempat memotret tulisan raksasa “tomia”, sebagai ikonnya. Namun kesan saya sebagai pengunjung atau katakanlah sebagai seorang penikmat tempat-tempat wisata adalah sangat menyayangkan tak terawatnya lokasi ini. Rumput tumbuh liar meninggi mengganggu fasilitas yang ada.
Sepengamatan
saya hal yang sama terjadi pada beberapa tempat wisata di pulau tomia ini yakni
proyek-proyek dibuat pemerintah namun selalu kurang pada perawatan hingga akhirnya rusak
juga. Bahkan lampu penerang yang dipasang pada lokasi tersebut dari tenaga
surya di curi orang tak bertanggung jawab. Miris.
Setelah usai
mengambil beberapa gambar barulah kami mencari lapak atau warung kopi. Benar kata
kawan saya tadi bahwa ada banyak warung kopi yang berjejeran di sekitar area wisata
puncak tomia tersebut. Kami mencoba memesan kopi telur. Katanya ini menu yang
tak mainstream dari warung kopi lainnya. Sembari menyeruput kopi telur yang
konon bisa menambah vitalitas, matahari sore perlahan berarak-arak menuju
peraduanya. Angin sepoi-sepoi yang sejuk semakin menambah hangat perbincangan
kami berlima. Banyak hal yang didiskusikan. Kopi selalu saja melahirkan banyak
ide-ide. Hehe! Terlebih jika diseduh di tengah-tengah pemandangan alam semenakjubkan
ini. Rasa-rasanya seperti sedang camping saja.
Hal yang
patut diapresiasi dengan lahirnya banyak lapak dan warung kopi di area wisata
puncak tomia. Warga disekitar desa tersebut punya kegiatan yang bisa menambah
nilai ekonomi bagi mereka. Barangkali pagi bisa diisi dengan berkebun atau
aktifitas lainnya lalu sore harinya membuka lapaknya. Berdasar pengakuan dari
seorang teman yang kebetulan juga membuka lapak disitu mengatakan bahwa total omzet
dalam semalam untuk keseluruhan warung adalah kisaran enam hingga angka sepuluh
juta terlebih jika diwaktu yang ramai seperti malam minggu. Lumayanlah hasil untuk tiap malam "lanjutnya".
Sejauh pengamatan saya ada beberapa tempat yang baru dibuka untuk kedai-kedai kopi seperti ini di beberapa desa pulau tomia. Tentu menunya tak hanya kopi saja ada juga gorengan, makanan, dan sebagainya. Kita berharap menjamurnya usaha seperti demikian dapat menambah nilai ekonomi-pendapatan bagi para pelaku usaha tersebut ditengah kondisi perekonomian nasional yang agak sulit khususnya Tomia sendiri.
Mengakhiri ocehan singkat ini, saran saya pada tiap area publik tempat dimana lapak maupun warung kopi diatas seyognya dapat memperhatikan keberadaan fasilitas umum seperti toilet dan ruang ibadah entah mushala maupun langgar. Rasa-rasanya hal demikian sebaiknya ada. Moga dapat di akomodasi. Sukses selalu.
oh, iya lain hari saya akan ke sana lagi menyeduh kopi telur yang katanya sebagai penambah vitalitas dan kebugaran pria tersebut. Entahlah!
- Pulau Tomia, 25 Maret 2021
ngopi di alam raya. mantapppp... eh, sebenarnya nama aslinya "Puncak Waruu"
ReplyDeletehahaa iyo dih, saya lupa namanya padahal ada tulisan itu disana
ReplyDelete