April 02, 2015

Memetakan Potensi Wisata Serta Menjadi Volunteer Ketika Musibah Menimpa Wisatawan

Evakuasi Pendaki Gunung Bawakaraeng/Dok. SAR Unhas
Bangsa Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang amat melimpah ruah. Bentang alam nan luas tersebut adalah berupa garis pantai dengan pasir putih, panorama bawah lautnya, gunung-gunung yang menjulang, kaya akan gua karst. Selain itu juga majemuknya suku-suku bangsa dengan bahasa yang berbeda-beda,  adat istiadatnya, kebudayaan dan peradabannya menjadi magnet andalan dalam sektor pariwisata. Sungguh sejuta pesona alam Indonesia selalu menaruh decak kagum bagi siapa saja yang menikmatinya entah wisatawan domestik maupun mancanegara.


Lantas, apa peran aktif warga Indonesia untuk menjaga kelestariannya? Terlebih lagi pertanyaan tersebut harus ditujukan kepada para traveller agar tak sekedar menjadi pejalan biasa saja dengan hanya menikmati kekayaan alam semata tanpa ada aksi nyata atau bentuk kepedulian yang bisa dilakukan dalam mendukung kemajuan pariwisata nasional yang sedang giat-giatnya digalakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Menjaga nilai-nilai keaslian alam Indonesia merupakan tanggung jawab setiap warga negara Indonesia. Ada banyak cara untuk serta mendukung upaya pelestarian kealamian kekayaan itu serta segala faktor yang bisa dilakukan demi memajukan pariwisata bangsa tercinta ini. Sebagai anak negeri seyogyanya ada partisipasi untuk mewujudkan cita-cita mulia tersebut dimana hal ini merupakan bagian dari cinta negeri sendiri. Yah, tentu saja bentuk perwujudannya akan berbeda-beda datangnya dari setiap orang.

Sebagai seorang yang menggemari petualangan dan mengagumi keindahan alam Indonesia, hal yang masih aktif saya lakukan hingga hari ini adalah melakukan pendataan potensi-potensi wisata atau kekayaan suatu daerah. Entah itu mengeksplorasi gunung, pulau dan pantai, sungai, maupun susur gua-gua karst. Hasil akhir Orientasi Medan tersebut berupa laporan lengkap yang telah diolah berdasar data-data lapangan.

Adapun maksud dari pendataan yang saya lakukan adalah untuk menggali seluruh potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah yang belum banyak diketahui oleh khalayak ramai. Nantinya data-data tersebut akan menjadi sumber referensi baik itu untuk penelitian, pengembangan wisata atau untuk mereka yang hendak menikmati keindahan alam saja.
Misalkan saja pada beberapa bulan lalu, saya bersama tim orientasi medan dari Search And Rescue (SAR) Unhas melakukan pendataan jalur pendakian Lintas Gunung Lompobattang (2878 Mdpl) menuju Gunung (Bulu) Baria (2658 Mdpl) yang berada di kawasan kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Potensi wisata ini masih jarang dijamah oleh banyak orang. Hal-hal yang di data antara lain adalah membuat jalur pendakian di peta, vegetasi yang dimiliki, flora-fauna, ketinggian-kemiringan medan, titik mana saja yang bisa dijadikan camp, juga mendata gambaran sosial penduduk serta yang paling penting adalah memetakan jalur rawan yang dikhawatirkan akan terjadi kecelakan saat menjelajahinya. 

Saya bisa menjamin keindahan alam di puncak gunung ini terbilang amat memesona namun sayang sekali belum banyak diketahui oleh para penikmat keindahan. Jika mencarinya pada mesin pencari semisal google maka tak banyak referensi yang akan diperoleh. Dari beberapa catatan perjalanan yang saya posting di blog pribadi beberapa orang mengirimkan pesan dan meminta data serta ada juga yang ingin ditemani menjejakkan kaki pada gunung yang belum mereka datangi tersebut.

Tak hanya itu saja.  Jalur pendakian pegunungan Lompobattang menembus Gunung Bawakaraeng (2829 Mdpl) juga dipetakan. Oh, iya kedua gunung yang sangat kental dengan cerita nuansa mistisnya tersebut merupakan tempat wisata petualangan paling sering di datangi oleh para penikmat alam di wilayah Sulawesi Selatan maupun berasal dari daerah lainnya. Saking populernya kedua gunung ini berakibat sering pula terjadi kecelakan/musibah menimpa para pendaki entah itu hilang ataupun meninggal. Berdasarkan data dan pantauan kami hampir setiap tahun terjadi musibah pada kegiatan pendakiannya. Maka dari itu mendata potensi rawan kecelakan pada tiap lokasi wisata sangat perlu dilakukan. Hal itu bisa menjadi pedoman jika nantinya dalam aktivitas menikmati tempat wisata terjadi sesuatu yang tidak diinginkan semisal kecelakaan maka akan cepat diantisipasi untuk proses pencarian atau evakuasi.

Upacara Harkitnas/Dok. Sar Unhas

Begitu pun dengan potensi wisata gunung-gunung lainnya semisal atap sulawesi yakni Latimojong, Gunung Ganda Dewata di Sulawesi Barat, Gunung Kambuna, Balease, dsb. Bukan hanya pesona pegunungan namun pulau-pulau, gua karst menjadi perhatian kami untuk mendata dan menggali kekayaan akan keindahan yang dimilikinya. Sekali lagi, hasil memetakan potensi wisata alam ini bisa menjadi bahan referensi bagi siapa saja yang hendak menggunakannya. Saya ingin mengatakan bahwa point penting bagi kami dengan menjelajahi daerah-daerah tersebut adalah untuk mengenali medan dan segala potensi yang dimilikinya termasuk didalamnya titik-titik mana saja yang paling berpotensi rawan kecelakaan ketika ada aktifitas untuk menikmatinya.

Seiring berjalannya waktu,  peminat dan pengagum alam Indonesia meningkat pula. Sungguh Ini baik bagi  iklim pariwisata nasional sebagai penanda semakin menggeliat. Namun  ada hal yang tak bisa dipungkiri dan mesti kita perhatikan semisal sering terjadinya kecelakaan atau musibah di tempat-tempat wisata seperti pantai dan gunung. Nah, disini menjadi konsent atau perhatian bagi kami. Dari pengalaman saya yang dilakukan di Sar Unhas, beberapa kali harus mencari dan mengevakuasi korban yang hilang dalam aktivitas menikmati wisata petualangan di gunung. Namun adakalanya juga harus mengawal kegiatan pendakian massal pada pengibaran bendera 17 agustus, pergantian tahun baru atau hari libur nasional lainnya dimana saat itu banyak sekali dijumpai pendaki mengalami trouble hingga harus ditandu.

Sama halnya juga dengan wisata pantai contohnya saja di Makassar, Sulawesi Selatan. Pantai Tanjung Bayang, Pantai Akkarena atau Pantai Losari merupakan tempat wisata yang amat populer bagi masyarakatnya dimana pada waktu libur tertentu sangat banyak disesaki para pengunjung. Insiden atau kecelakaan hingga memakan korban terseret arus sudah sering terjadi pada tempat yang saya sebutkan diatas tadi. Bagamimana kami menangani hal ini, tentu saja harus melakukan proses pencarian baik menggunakan perahu karet atau juga menggunakan cara menyelam memakai peralatan scuba.

Itulah beberapa aksi voluntourism yang saya lakukan dalam mendukung kegiatan pariwisata Indonesia khususnya di wilayah Sulawesi Selatan. Semoga tak sekedar menyalurkan kegemaran berpetualang semata tapi juga bisa menjadi ajang berbuat sukarela bagi kepentingan orang lain.  Saya percaya untuk niat yang tulus tak ada yang sia-sia sebab kelak akan ada ganjarannya dari apa yang telah diperbuat.

                                                                     ***
Dari beberapa hal yang saya uraikan diatas maka muncul ide untuk perkembangan pariwisata agar lebih baik lagi dalam pengelolaannya. Nah, berhubung sering terjadinya musibah yang dialami pengunjung/wisatawan khususnya di Sulawesi Selatan maka perlunya pihak  pengelola tempat wisata entah itu wisata pantai, wisata air terjun atau jenis wisata petualangan lain agar dapat membentuk tim rescue/penyelamat dengan membekali dirinya keahlian khusus misalnya kemampuan water rescue, menyelam, vertical rescue, serta pengetahuan mumpuni lainnya. Saya yakin jika hal ini dipenuhi maka musibah yang biasa dialami para pengunjung wisata akan cepat ditanggulangi. Semoga ide sederhana tersebut bisa menjadi masukan bagi pengelolaan pariwisata di Indonesia agar lebih baik lagi.

- Tulisan ini pernah diikutkan dalam kompetisi menulis tentang Voluntourm di Kompasiana
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER BULAN INI