February 21, 2022

Membibit Karang, Merawat Taman Bawah Laut Wakatobi

WAKATOBI merupakan daerah dengan tingkat keanekaragaman (biodiversity) bawah laut tertinggi di dunia. Maka dari itu menjadikannya destinasi tujuan pariwisata nasional maupun internasional. Ada banyak orang yang mengagumi kekayaan warisan bawah laut wakatobi tersebut. Secara umum terumbu karang di Wakatobi terkhusus yang berada di Pulau Tomia memiliki  kondisi yang baik dan sehat utamanya yang terpetakan pada dive map atau sites penyelaman.

Namun bukan berarti tidak ada kerusakan terlebih setiap hari terumbu karang rentan mengalami banyaknya tekanan disebabkan oleh aktifitas atau metode penangkapan yang tidak ramah lingkungan (sustainable) dan merusak serta beberapa faktor lain. Hal-hal itu tidak bisa kita nafikan. Saya sedikit tahu karena pernah melakukan penyelaman di beberapa wilayah terumbu karang di Pulau Tomia.

Beberapa perilaku yang kurang ramah lingkungan misalkan metode penangkapan dengan menggunakan jaring, pembiusan serta ada titik-titik yang masih rusak akibat hasil pemboman di masa lalu, untuk hal ini beberapa masyarakat mengamini hal tersebut. Tentu saja kita bisa melihat dan membuktikan kerusakan itu dengan memotret langsung lewat mata ketika menyelam atau saat melakukan reef clean up. Namun jika masih belum percaya silahkan menyelam mulai dari daerah Kulati hingga Patua.

Oh, iya akhir-akhir ini juga hal yang menyedihkan kita, dengan kabar masifnya pemboman ikan di karang/atol (orang lokal menyebutnya pasi) di wakatobi, sebuah kabar yang sudah menjadi rahasia umum tanpa kita mendengar ada yang ditangkap dari ulah oknum-oknum tersebut. Terkadang ada masyarakat yang berkata apakah pemboman telah di legalkan di kawasan taman nasional wakatobi. Entahlah! Namun semoga hal ini dilihat sebagai hal serius yang dapat merusak keberadaan wilayah laut Taman  Nasional Wakatobi yang kita banggakan ini.

Lantas upaya-upaya apa yang bisa dilakukan untuk memulihkan atau minimal bisa memperbaiki kerusakan terumbu karang walau kita semua ketahui bahwa proses pertumbuhan terumbu karang sangatlah lama tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu juga dana serta yang paling penting dan utama adalah ada person-person yang memiliki niat dan komitmen untuk melakukannya terlebih di Wakatobi masih minim putra daerah atau anak pulau yang tertarik pada dunia bawah laut/menyelam.

Wakatobi khususnya dalam konteks Pulau Tomia, terumbu karang adalah hidup dan kehidupan bagi masyarakatnya. Ikan dan hasil laut berlimpah karena sebaran terumbu karang masih baik dan sehat. Dan jika kita kaitkan dengan pariwisata yang menjadi kebanggaan (branding) Kabupaten Wakatobi adalah karena kondisi terumbu karangnya masih terjaga. Bayangkan umpama karang-karang telah rusak, turis-turis tidak akan datang dan nelayan akan susah mendapatkan ikan. Sekali lagi, jangan menunggu semua itu rusak atau hancur dahulu baru memperbaikinya karena semua itu merupakan kekayaan kita yang mesti dijaga keberadaannya.

Sebagai anak pulau, yang suka pada laut tentu ada peran-peran yang bisa kita ambil untuk mendukung aksi bagi pelestarian terumbu karang. Pastinya apapun pilihan tersebut harus sesuai kemampuan masing-masing. Saya beserta berapa teman yang kebetulan semuanya adalah certified diver mulai dari level open water hingga dive master tergabung dalam komunitas yang bernama Fila-Fila Journey yakni kumpulan beberapa anak muda Pulau Tomia yang suka pada aktifitas luar ruangan (outdoor) seperti mendaki gunung, camping, bushcraft dan menyelam. Kegemaran tersebut sudah dilakoni semenjak di Makassar bertahun lalu jadi bukan baru hari ini.

Kegiatan-kegiatannya sejauh ini barangkali bisa dikatakan sejalan atau prokonservasi misalkan gemar pada aksi bersih-bersih laut (reef clean up) baik itu lewat free dive atau dengan scuba diving dan menjadi concern hari ini adalah mencoba membibit terumbu karang. Metode yang digunakan belumlah mainstream diterapkan pada model-model transplantasi di Indonesia selama ini yakni menggunakan pohon-pohon karang dari pipa paralon atau biasa disebut dengan nama Coral Trees. Program ini sedang berjalan memasuki bulan kedua dengan media pembibit karang baru berjumlah empat.

Jadi, media tanam pipa paralon dibuat dengan jarak antar ranting saling menyilang dan berjumlah sepuluh lalu pohon karang tersebut akan di install melayang di dasar pasir dengan kedalaman antara 8-10 meter. Pada setiap ranting pohon akan di pasang delapan kawat monel anti karat yang berfungsi untuk menggantung bibit karang. Jika dikalkulasi pada satu pohon terdapat delapan puluh bibit karang.


Kenapa memilih model seperti demikian? Yeah benar, dengan mempertimbangkan beberapa faktor tentunya. Sejatinya metode ini kami adopsi dari apa yang telah sukses dilakukan oleh Coral Reef Foundation di Florida dan juga telah berhasil di praktekkan di Baranglompo Makassar. Maka tidak ada salahnya mencobanya di Pulau Tomia bukan! Satu hal yang menambah keyakinan kami karena di dukung oleh visibility perairan Tomia yang baik dan jernih begitupun juga dengan arus yang stabil serta cahaya matahari yang cukup baik akan menjadi faktor pendukung utama keberhasilan program tersebut.

Pembibitan karang dengan model coral trees kami nilai sangat cocok untuk diterapkan di Pulau Tomia dengan pertimbangan biaya pembuatan media tanamnya sangat murah terlebih anggaran yang kami gunakan untuk aksi ini adalah murni dari swadaya/patungan seadanya dari anggota komunitas. Terkadang kami harus menunggu dulu ada tamu yang kami service/antar untuk menyelam, nah barulah kami sisihkan sedikit pendapatan untuk biaya membeli bahan dan keperluan pembuatan media tanam coral trees ini. Maka dari itu pula yang melatari kenapa baru berjumlah empat media tanam untuk pembibitannya. Maklumlah semuanya masih terbilang serba terbatas dan apa adanya. Yang terpenting memulai saja dulu, never try never know bukan!

Selain biaya yang murah untuk pembuatan media tanamnya juga sangat mudah saat melakukan monitoring serta membersihan alga yang menempel pada pipa paralon yang akan mengganggu pertumbuhan bibit karang yaitu cukup dengan memanfaatkan sikat gigi bekas. Dari hasil monitoring kami untuk bulan pertama rata-rata pertumbuhan tiap bibit adalah 4 mm atau secara umum mengalami progres pertumbuhan yang baik. Nanti ketika bibit karang pada coral trees telah tujuh hingga sembilan bulan atau berukuran sebesar bola basket barulah akan dipindahkan ke media tanam besi spider lalu ditempatkan di area yang akan dipulihkan kondisi karangnya yang tentu tidak jauh dari lokasi pembibitan agar mengalami perlakukan lingkungan yang sama.

Beberapa kendala dalam pembibitan metode coral trees yang komunitas fila-fila journey alami sejauh ini barangkali adalah dalam pelaksanaan monitoring karena akses untuk mencapai spot pembibitan harus menggunakan transportasi kapal yang berarti ada cost untuk hal tersebut. oh, iya monitoring adalah faktor utama dalam keberhasilan pembibitan terumbu karang coral trees ini karena harus dilakukan tiap 2 minggu sekali untuk mengechek serta membersihkan alga yang dapat mengganggu pertumbuhan karang. Kami juga bersyukur dan berterimakasih sejauh ini semua peralatan diving di support oleh Tomia Ocean Dive demi  kelancaran pembibitan terumbu karang yang kami lakukan.

Harapan kami kedepan adalah ingin menambah jumlah media pembibitannya agar semakin banyak bibit karang yang dapat kami budidayakan di pohon karang (coral trees) karena semakin banyak karang yang berhasil di bibit berarti semakin besar pula peluang untuk memulihkan serta mengganti area-area yang mengalami kerusakan termasuk pada dive sites yang pada beberapa sisi atau bagian ada yang mengalami kondisi yang kurang sehat dan hal itu bisa dipulihkan dengan program coral trees tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut kami berencana membuka donasi jika ada tamu yang menyelam akan kami tawarkan/libatkan untuk ikut andil membibit karang. Artinya secara langsung mereka telah mendukung upaya pelestarian terumbu karang di Pulau Tomia. Umpama ada yang mau berdonasi, syukur-syukur kalau ada tentu akan kami gunakan untuk menambah/memperbanyak media pembibitan. Sekali lagi itu baru rencana yang dimaksudkan agar orang lain pun dapat ikut berkontribusi pada program transplantasi karang “coral trees” yang kami kerjakan.

Dan harapan lainnya semoga lebih banyak lagi anak-anak pulau tertarik melakukan hal yang sama atau mengambil bagian untuk menjaga laut kepulauan tukang besi ini.

Semua orang bisa berkontribusi untuk lingkungan dan sekitarnya dengan caranya masing-masing yang barangkali bisa memberi dampak positif. Toh, tidak ada kata terlambat untuk berbuat seperti kami yang baru memulai dan itu lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa sama sekali karea laut adalah hidup dan kehidupan bagi masyarakat pesisir. Tanpa terumbu karang tidak ada kehidupan, nelayan akan susah mendapat ikan begitupun juga karang rusak turis tidak akan datang ke wakatobi. So, mari jaga laut kita dari kerusakan sebelum semua itu terlambat.

Mengakhiri catatan ini, saya tiba-tiba teringat pernyataan begitu istimewanya Wakatobi dari Josques Cousteau – renowned explorer, oceanographer and father of modern scuba diving called WAKATOBI probably the finest diving site in the world and an underwater nirvana.

-          Pulau Tomia, 22 Februari 2022

   

 

Untuk video lengkap mengenai kegiatan pembibitan karang coral trees bisa dilihat pada :

Membibit Karang dengan Coral Tress 

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER BULAN INI