Ilustrasi/google |
Belakangan ini kegiatan spearfishing menjadi begitu popular dan bahkan hampir tiap daerah memiliki komunitas. Hanya dilengkapi dengan peralatan yang cukup memadai seseorang bisa mudahnya mendapatkan ikan dengan beragam ukuran dan jenisnya. Juga dengan berbekal perlengkapan skin dive seorang spearo (sebutan bagi seorang spearfishing) akan leluasa menjelajahi laut dan menaklukkan targetnya.
Jika menelisik lebih jauh kebelakang, sejatinya aktifitas spearfishing merupakan satu metode penangkapan ikan yang menggunakan tombak. Namun cara ini tak hanya ditujukan untuk ikan saja namun juga untuk penangkapan hewan air lain seperti mollusca, cephalopoda dan invertebrata lainnya yang bisa dimakan. Penombakan ikan adalah metode kuno penangkapan ikan dengan menggunakan tombak atau varian lainnya seperti harpoon, trident dan panah. Beberapa varian alat telah maju menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan tombak, seperti penggunaan pegas dan bubuk mesiu (lihat Wikipedia).
Di daerah-daerah pesisir, tehnik menangkap ikan dengan menombak (senjata panah) telah lama di praktekkan. Walau hanya dibekali perlengkapan yang seadanya dan serba tradisional namun kemampuan mereka tak perlu diragukan. Lihat saja, suku bajo yang biasa menyelam sangat dalam lalu leluasa berjalan di dasar laut untuk mengejar buruannya. Dan tentu saja masih banyak contoh lain pada orang-orang yang tinggal di pinggir pantai dengan kemampuan free diving (menyelam bebas) yang amat mengagumkan. Sungguh mereka adalah free diver sejati.
Foto spearfishing&Freediving word |
***
Sebenarnya spearfishing merupakan hoby lama. Saat masa kecil dulu, saya biasa bersama teman-teman tingkat sekolah dasar akan pergi kelaut untuk memanah ikan-kecil dengan menggunakan karet gelang dan besi ruas payung yang tak terpakai lagi. Hingga sekarang cara ini masih digunakan oleh anak-anak pantai di Pulau Tomia, Wakatobi. Saat smp dan sma saya masih gemar juga memanah namun sudah menggunakan panah tradisional yang berukuran panjang dan telah dipasangi karet ban dalam sepeda motor sebagai pegasnya. Ketika itu tentu belumlah menggunakan peralatan snorkeling seperti saat ini. Itu sekilas kehidupan anak pesisir semoga tetap lestari dari maraknya permainan produk modernitas yang kian hari menggempur daerah wisata wakatobi.
Dalam beberapa bulan terakhir ini saya kembali bernostalgia dengan hobby lama tersebut. Bersama berapa orang teman sepenikmat spearfishing kami akan mengeksplorasi tempat atau spot yang ada di Pulau Tomia. Kepada pemanah yang sudah professional saya juga pernah atau sering belajar dari mereka. Sebab dalam dunia spearfishing seorang spearo sepatutnya mengetahui beberapa hal. Misalkan saja, pengetahuan membaca musim atau saat kapan ikan banyak mendatangi suatu spot yakni lewat melihat bulan di langit. Pengetahuan tentang medan sebab ada tempat yang terkadang berarus kuat, juga perlu mengetahui bahaya dari hewan berbisa yang selalu membayangi seorang pemanah serta bagaimana menaklukan ikan-ikan dengan ukuran raksasa yang hanya menggunakan panah (speargun) mungil berukuran tak lebih semeteran tersebut. Dan masih banyak lagi hal-hal yang wajib diketahui tentunya. Barangkali diwaktu lain saya ingin menuliskannya.
Spearfishing sendiri tergolong dalam olaharaga free diving atau menyelam bebas tanpa menggunakan peralatan scuba tank. Maka dari itu kemampuan menyelam seorang spearo sangat dibutuhkan ketika melakukan spearfishing. Tehnik entry, equalizing, nafas yang panjang serta daya tahan tubuh amatlah berpengaruh. Seorang pemanah profesional pernah berujar kepada saya “jika ingin mendapatkan ikan banyak, kamu harus bisa menyelam lebih dalam”. Barangkali tak berlebihan perkataan tersebut karena ikan tak selamanya bermain di daerah yang dangkal tetapi berada pada kedalaman yang sudah bertekanan atau mengalami hukum fisika. Namun hal tersebut perlu penyesuaian dan latihan yang lebih sering.
Ber-Spearfishing itu legal dan tentu saja cara tersebut sangat ramah lingkungan jika dilakukan dengan benar dan hati-hati. Spearfishing juga sejalan dengan prinsip-prinsip bushcraft yakni cara bertahan hidup yang memperhatikan faktor keseimbangan alam. Di Wakatobi, spearfishing begitu membumi dan sangat banyak orang yang menyukainya sebab sudah dilakukan secara turun temurun. Entah itu masih menggunakan perlengkapan yang seadanya atau berbekal alat snorkling serta speargun yang mahal. Bahkan banyak nelayan yang menjadikannya sebagai mata pencaharian mereka. Seperti beberapa pemanah yang saya kenal, biasanya mereka akan menghabiskan semalam atau dua malam dilautan (gugusan daerah karang wakatobi) dan bisa ditebak berpuluh-puluh ekor ikan akan dibawanya pulang.
Bagi para spearo, ada kenikmatan tersendiri ketika melakukan aktifitas panah malam hari begipula di siang hari. Saya bisa menyaksikan secara kasat mata warna warni keindahan terumbu karang dan kehidupan hewan-hewan air dimalam hari. Saya bisa beradaptasi dan melihat secara dekat beragam ukuran penyu atau hewan mematikan seperti ikan pari. Sungguh mereka jinak serta terlihat gemulai nan anggun. Hal lainnya, saya merasakan petualangan yang seru terlebih harus berkonsestrasi tinggi terhadap target buruan.
Dan yang paling nikmat dari berspearfishing adalah ketika berjibaku dengan ikan-ikan berukuran besar, pertarungannya terjadi langsung. Sensasinya sungguh luar biasa yang tak pernah saya dapatkan dari tehnik menangkap ikan lainnya. Disisi lain terkadang saya juga harus berhadapan dengan gelombang juga arus yang kadang menyulitkan namun sepanjang bisa survive hal itu dapat terlewati. Bonusnya adalah saya bisa mencicipi beragam ikan dengan kelezatan yang tiada tara. Bagi masyarakat kota ikan-ikan tersebut amatlah mahal dimana hanya disajikan dirumah makan mewah saja. Namun cukup bermodalkan speargun dan perlengkapan skin dive saya dengan gratis bisa mendapatkannya terlebih diperairan wakatobi hasil laut cukup melimpah.
***
Yah, walau spearfishing atau freediving merupakan aktifitas ekstrim yang mendebarkan adrenalin. Dimana tak ubahnya dengan kegemaran mendaki gunung yang penuh akan bahaya-bahaya mengintai pelakonnya. Tetapi saya menyukai hal itu. Percayalah spearfishing dan freediving itu nikmat. Sekali mencoba engkau pasti akan ketagihan. Maka mari menjelajahi dan menikmati laut dengan cara yang berbeda. Selamat hari penyu sedunia*)
∼ Wakatobi, 25 mei 2016