January 31, 2021

Spearfishing! Antara Nikmat & Bahaya

"... mengapa saya menyukai spearfishing. sebab dapat memastikan ikan segar yang akan saya konsumsi. hal lainnya adalah dapat memastikan & meminimalisir potensi kerusakan karang dari cara penangkapan ikan yang tak ramah lingkungan"
 
Di akhir desember lalu, masyarakat Pulau Tomia-Wakatobi dikagetkan dengan berita akan adanya seorang nelayan yang hilang ketika melakukan aktifitas night spearfishing atau panah malam. Secara swadaya atau sukarela masyarakat dan para nelayan mencoba melakukan SAR (search and rescue) selama tujuh hari sesuai standar pencarian. Upaya lain, saya dan beberapa penyelam melakukan pencarian dibawah laut disekitar datum dimana korban melakukan aktifitas spearfishing. 
 
Sayangnya usaha yang tidak mengenal lelah selama seminggu itu tidak membuahkan hasil. Secara pribadi saya turut berduka cita, almarhum adalah teman kami yang selalu antusias jika berkenaan dengan hal berbau panah-panah. Tentu saja kami ikut merasa kehilangan. Oh, Penguasa Laut dekap ia dalam damai dan tenang disana.

Tak lama seminggu setelah itu di pulau seberang Wanci ada juga nelayan yang hilang karena melakukan aktifitas spearfishing bedanya kali ini siang hari. Dari kabar yang saya himpun, panah (gun) beserta seekor ikan yang menancap di shaft si korban diketemukan di kedalaman tiga puluh meter. Kebetulan yang melakukan penyelaman dan pencarian adalah teman saya, guide diving di wanci.

Dua kasus kecelakan dalam spearfishing ini terkhusus di wilayah wakatobi menyiratkan bahwa aktifitas spearfishing atau istilah kerennya yakni panah-panah ikan adalah aktifitas yang cukup beresiko terlebih dilakukan saat malam hari. Yang lebih beresiko lagi dilakukan tanpa buddy atau teman. Oh, iya jika tidak salah mengingat setahun lalu juga di pulau Runduma terjadi kecelakan panah malam yang berakhir getir juga.

Dalam catatan dan pengamatan saya dalam dua tahun terakhir ini, jumlah peminat akan panah malam cukup meningkat. Di pulau Tomia sendiri kita bisa melihat hal ini. Di tiap kampung ada anak-anak muda yang membuat panah serta membeli senter selam lalu pergi melaut. Contoh real adalah teman-teman saya cukup banyak yang tertarik dengan panah-panah ini. Sayangnya, beberapa diantara mereka masih mengenakan perlengkapan yang seadanya. Misal tanpa wetsuit, fins, snorkel dan hanya mengandalkan sepatu bola yang berbahan karet. Serta beberapa prosedur wajib-penting yang menurut saya masih dianggap diabaikan. Saya bukan bermaksud menggurui atau sok tahu. Namun seiring banyak dan meningkatnya intensitas kegiatan ini berarti berjalan lurus dengan resiko yang akan terjadi. Tentu saja kita tidak mengharapkan hal getir seperti diatas terjadi lagi, pada kalian lebih-lebih pada saya. semoga tidak!

Saya sendiri bukannya tidak punya cerita mendebarkan. Tidak keseluruhannya akan saya kisahkan pada halaman ini. Beberapa pengalaman yang membuat saya nyaris saja berakhir naas ketika melakukan panah ikan. Berapa detik saja hidup saya akan finish saat itu umpama tidak berpikir tenang. Kejadiannya empat tahun lalu, saat memanah sore hari bersama teman saya, hazam pemilik channel youtube bau amis spearfishing. Ia menembak se-ekor grouper berukuran raksasa dalam sebuah gua kecil pada kedalaman lebih dari sepuluh meter. Layaknya seorang buddy, sayapun turun melepaskan atau meraih shaft yang berisi ikan tersebut. Sialnya, ikan kerapu besar itu melakukan perlawanan/meronta alhasil tali senter yang menggantung di leher saya terlilit pada tali/line yang menghubungkan shaft (besi ruas panah) dan body speargun.

Ketika saya keluar dari gua kecil itu dan hendak naik kepermukaan sesuatu terasa mengganjal. Tali senter saya tersangkut pada rope rupanya. Tentu saja saya terjebak pada kedalaman lebih dari sepuluh meter. Napas saya sudah hampir habis. Hal yang saya lakukan adalah berpikir tenang dan memanage sisa napas. Lalu saya perlahan-lahan melepaskan lilitan tali senter. Saya berhasil keluar dari situasi kritis tersebut. Umpama saja panic dan memaksa naik hal itu akan menjadikan lilitan tali akan semakin kencang dan sukar untuk dibuka serta bisa saja waktu saya akan habis lalu saya selesai. Setelah hari itu, saya selalu membawa pisau untuk keperluan survive. Ini penting sekali dalam keadaan genting.

Diawal-awal menggeluti dan belajar panah malam enam tahun lalu, saya beberapa kali terjebak di kedalaman gara-gara tali antara pelampung  (jeriken sebagai tempat ikan) yang di ikat di badan. Tentu ini tidak salah namun bisa fatal. Malam itu tali lebih dari sepuluh meter itu terlilit atau tersangkut di karang. Mengapa bisa karena saya biasa turun lebih dalam untuk mengecek celah-celah karang. Untungnya saya turun kembali lalu menelusuri tali tersebut sambil membuka tiap inchi lilitannya pada karang atau batu agar bisa naik kepermukaan. Sekali lagi umpama, panic! Oh,well segalanya akan berakhir. Jadi saran saya jika ada yang masih melakukan cara yang sama ketika panah malam, sebaiknya jangan diikat pada pinggang sebab untuk berjaga-jaga umpama terjadi keadaan darurat akan bisa-mudah dilepas. Sebab setiap detik di kedalaman adalah berharga dan napas kita dipertaruhkan disana.

Belum lagi ada pengalaman saya sendirian di seret arus dan dibawa keluar jauh dari karang. Cukup lama saya bisa keluar dari situasi tersebut. Untungnya saya sudah mengetahui keadaan medan-topografi karang tempat saya melakukan spearfishing hingga mudah melakukan navigasi alami. Serta perlengkapan yang saya gunakan sangat-sangat membantu melewati keadaan yang lebih sulit. Panah malam hari apalagi sendirian seperti ini cukup beresiko, sebab ketika mendapat satu masalah misal saja terseret arus ke laut lepas pastinya harus bisa survive dan mampu menolong diri sendiri. Tidak ada kata tidak bisa jika tidak mau ada lain cerita.

Tak dapat dinafikan memang benar, aktifitas spearfishing sangat menyenangkan terlebih yang bernama panah malam. Bagaimana tidak, iming-imingnya adalah ikan amat mudah di dapat dengan beragam ukuran dan jenis. Dari sekian cara penangkapan, barangkali spearfishing-lah merupakan yang paling seru dan gampang mendapatkan hasil. Dari sisi tantangan atau petualangannya lebih terasa terjadi langsung di depan mata dan nyata. Mulai lobster, cumi hingga ikan sunu (kerapu) serta ikan-ikan karang yang bernilai mahal akan cukup mudah ditangkap saat melakukan spearfishing. Terlebih seperti diperairan Pulau Tomia yang kaya raya ini akan gampang diperoleh.

Akan tetapi dari nikmat panah-panah tersebut bukan tidak memiliki resiko. Seperti pada apa yang saya ceritakan diatas bahwa spearfishing adalah kegiatan yang paling berbahaya jika tidak dilakukan dengan hati-hati. Terlebih tidak mengenakan perlengkapan standar. Sebaiknya jangan mengabaikan untuk tidak mengenakan wetsuit, snorkel hingga tidak memakai fin. Bagaimana jika terpisah dari teman kita lalu terbawa arus hingga kelaut lepas selama berjam-jam atau berhari-hari. Perhitungkan juga kemungkinan terburuk jangan hanya hasil semata.

Kita semua tahu bahwa keadaan alam atau keadaan laut sewaktu-waktu dapat berubah hingga sebenar-benarnya menjadi masalah buat sang pemanah (baca : spearo). Dalam kondisi demikian perlengkapan stardar skin dive itu akan sangat membantu. Sekali lagi kemampuan bertahan hidup/survive akan menentukan apakah seseorang bisa selamat atau menjadi pembeda. Dalam ihwal ini saya sangat mensyaratkan kemampuan berenang sangat penting dikuasai serta mentalitas dengan tidak mudah panikan. Oh, iya jangan sepelekan untuk banyak belajar juga pada mereka yang sudah berpengalaman bertahun-tahun, lebih-lebih yang menjadikan spearfishing adalah mata pencariannya. Mereka sudah menguasai medan-lokasi serta bagaimana membaca bulan di langit kapan ikan akan naik. Sekali lagi belajarlah kepada mereka.

Gegara menulis  bahaya dari kegiatan spearfising/panah ini. Tiba-tiba saya teringat dengan teman saya namanya La Iki. Saya hampir masuk penjara gegara ia nyaris saja celaka alias tenggelam. Malam itu dia memaksa ikut dengan dalih kalau sudah bisa dan telah lancar menggunakan fins. Teman-teman saya mengizinkan. Saya pun tidak dapat melarang lagi. Maka ikut sertalah ia melakukan panah malam bersama kami berlima. Baru tiga ekor ikan yang nyangkut pada mata panah saya, tiba-tiba samar-samar terdengar ada teriakan tolong-tolong. Saat itu jarak saya cukup jauh.

Semakin lama teriakan panic itu mengecil. Saya bergegas mengayuh fins sekuat tenaga demi mencapai titik tersebut. Apa yang saya dapati La Iki dalam kondisi sangat panic dengan satu fin terlepas dari kaki serta jeriken tempat ikan yang ia gunakan full berisi air sehingga tidak bisa lagi bergerak dan pasrah arus membawanya. Ia nyaris saja tenggelam. Seorang teman ada di dekatnya namun tak mampu menolong. Jika saja terlambat saya tidak meraih dan menariknya atau mengevakuasi ke sisi karang entah waktu itu apa yang akan terjadi. Sebab kita tahu kepanikan dilaut selalu bertahan sedetik saja setelah itu finish atau selesai-tenggelam.

***

Akhir kata, pengalaman dan cerita mendebarkan yang nyaris naas saya alami diatas biarlah menjadi pembelajaran buat diri ini agar lebih menguatkan. Dan kepada kita sekalian penikmat spearfishing, yang bergelut dengan dingin, dengan kedalaman dan keheningan malam semoga senantiasa selalu dijauhkan dari marabahaya. Tentunya bahaya dan resiko dapat dihindari atau diminimalisir dengan melakukan kegiatan spearfishing sesuai limit kita masing-masing. Tuhan bersama orang-orang pemberani. Salam satu napas!

 

-          Pulau Tomia, 31 Januari 2021

 

 Baca juga :

Nikmat Spearfishing

 

 

2 comments:

  1. Kerren...dah mulai menulis lagee. Don't be panic and never dive alone Saya pikir itu kata kunci yang ingin disampaikan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasih banyak atas sarannya bang.
      dan moga2 juga lebih banyak lagi memproduksi catatan

      Delete

TERPOPULER BULAN INI