Tak lama seminggu setelah itu di pulau seberang Wanci ada juga nelayan yang hilang karena melakukan aktifitas spearfishing bedanya kali ini siang hari. Dari kabar yang saya himpun, panah (gun) beserta seekor ikan yang menancap di shaft si korban diketemukan di kedalaman tiga puluh meter. Kebetulan yang melakukan penyelaman dan pencarian adalah teman saya, guide diving di wanci.
Dua kasus kecelakan dalam spearfishing ini terkhusus di wilayah wakatobi menyiratkan bahwa aktifitas spearfishing atau istilah kerennya yakni panah-panah ikan adalah aktifitas yang cukup beresiko terlebih dilakukan saat malam hari. Yang lebih beresiko lagi dilakukan tanpa buddy atau teman. Oh, iya jika tidak salah mengingat setahun lalu juga di pulau Runduma terjadi kecelakan panah malam yang berakhir getir juga.
Dalam
catatan dan pengamatan saya dalam dua tahun terakhir ini, jumlah peminat akan
panah malam cukup meningkat. Di pulau Tomia sendiri kita bisa melihat hal ini. Di
tiap kampung ada anak-anak muda yang membuat panah serta membeli senter selam
lalu pergi melaut. Contoh real adalah teman-teman saya cukup banyak yang
tertarik dengan panah-panah ini. Sayangnya, beberapa diantara mereka masih
mengenakan perlengkapan yang seadanya. Misal tanpa wetsuit, fins, snorkel dan
hanya mengandalkan sepatu bola yang berbahan karet. Serta beberapa prosedur
wajib-penting yang menurut saya masih dianggap diabaikan. Saya bukan bermaksud
menggurui atau sok tahu. Namun seiring banyak dan meningkatnya intensitas
kegiatan ini berarti berjalan lurus dengan resiko yang akan terjadi. Tentu saja
kita tidak mengharapkan hal getir seperti diatas terjadi lagi, pada kalian lebih-lebih pada saya. semoga tidak!
Ketika saya keluar dari gua kecil itu dan hendak naik kepermukaan sesuatu terasa mengganjal. Tali senter saya tersangkut pada rope rupanya. Tentu saja saya terjebak pada kedalaman lebih dari sepuluh meter. Napas saya sudah hampir habis. Hal yang saya lakukan adalah berpikir tenang dan memanage sisa napas. Lalu saya perlahan-lahan melepaskan lilitan tali senter. Saya berhasil keluar dari situasi kritis tersebut. Umpama saja panic dan memaksa naik hal itu akan menjadikan lilitan tali akan semakin kencang dan sukar untuk dibuka serta bisa saja waktu saya akan habis lalu saya selesai. Setelah hari itu, saya selalu membawa pisau untuk keperluan survive. Ini penting sekali dalam keadaan genting.
Diawal-awal menggeluti dan belajar panah malam enam tahun lalu, saya beberapa kali terjebak di kedalaman gara-gara tali antara pelampung (jeriken sebagai tempat ikan) yang di ikat di badan. Tentu ini tidak salah namun bisa fatal. Malam itu tali lebih dari sepuluh meter itu terlilit atau tersangkut di karang. Mengapa bisa karena saya biasa turun lebih dalam untuk mengecek celah-celah karang. Untungnya saya turun kembali lalu menelusuri tali tersebut sambil membuka tiap inchi lilitannya pada karang atau batu agar bisa naik kepermukaan. Sekali lagi umpama, panic! Oh,well segalanya akan berakhir. Jadi saran saya jika ada yang masih melakukan cara yang sama ketika panah malam, sebaiknya jangan diikat pada pinggang sebab untuk berjaga-jaga umpama terjadi keadaan darurat akan bisa-mudah dilepas. Sebab setiap detik di kedalaman adalah berharga dan napas kita dipertaruhkan disana.
Belum lagi ada pengalaman saya sendirian di seret arus dan dibawa keluar jauh dari karang. Cukup lama saya bisa keluar dari situasi tersebut. Untungnya saya sudah mengetahui keadaan medan-topografi karang tempat saya melakukan spearfishing hingga mudah melakukan navigasi alami. Serta perlengkapan yang saya gunakan sangat-sangat membantu melewati keadaan yang lebih sulit. Panah malam hari apalagi sendirian seperti ini cukup beresiko, sebab ketika mendapat satu masalah misal saja terseret arus ke laut lepas pastinya harus bisa survive dan mampu menolong diri sendiri. Tidak ada kata tidak bisa jika tidak mau ada lain cerita.
Tak dapat dinafikan memang benar, aktifitas spearfishing sangat menyenangkan terlebih yang bernama panah malam. Bagaimana tidak, iming-imingnya adalah ikan amat mudah di dapat dengan beragam ukuran dan jenis. Dari sekian cara penangkapan, barangkali spearfishing-lah merupakan yang paling seru dan gampang mendapatkan hasil. Dari sisi tantangan atau petualangannya lebih terasa terjadi langsung di depan mata dan nyata. Mulai lobster, cumi hingga ikan sunu (kerapu) serta ikan-ikan karang yang bernilai mahal akan cukup mudah ditangkap saat melakukan spearfishing. Terlebih seperti diperairan Pulau Tomia yang kaya raya ini akan gampang diperoleh.
Akan tetapi
dari nikmat panah-panah tersebut bukan tidak memiliki resiko. Seperti pada apa
yang saya ceritakan diatas bahwa spearfishing adalah kegiatan yang paling berbahaya jika tidak dilakukan dengan hati-hati.
Terlebih tidak mengenakan perlengkapan standar. Sebaiknya jangan mengabaikan
untuk tidak mengenakan wetsuit, snorkel hingga tidak memakai fin. Bagaimana jika
terpisah dari teman kita lalu terbawa arus hingga kelaut lepas selama
berjam-jam atau berhari-hari. Perhitungkan juga kemungkinan terburuk jangan hanya hasil semata.
Kita semua tahu bahwa keadaan alam atau keadaan laut sewaktu-waktu dapat berubah hingga sebenar-benarnya menjadi masalah buat sang pemanah (baca : spearo). Dalam kondisi demikian perlengkapan stardar skin dive itu akan sangat membantu. Sekali lagi kemampuan bertahan hidup/survive akan menentukan apakah seseorang bisa selamat atau menjadi pembeda. Dalam ihwal ini saya sangat mensyaratkan kemampuan berenang sangat penting dikuasai serta mentalitas dengan tidak mudah panikan. Oh, iya jangan sepelekan untuk banyak belajar juga pada mereka yang sudah berpengalaman bertahun-tahun, lebih-lebih yang menjadikan spearfishing adalah mata pencariannya. Mereka sudah menguasai medan-lokasi serta bagaimana membaca bulan di langit kapan ikan akan naik. Sekali lagi belajarlah kepada mereka.
Gegara menulis bahaya dari kegiatan spearfising/panah ini. Tiba-tiba saya teringat dengan teman saya namanya La Iki. Saya hampir masuk penjara gegara ia nyaris saja celaka alias tenggelam. Malam itu dia memaksa ikut dengan dalih kalau sudah bisa dan telah lancar menggunakan fins. Teman-teman saya mengizinkan. Saya pun tidak dapat melarang lagi. Maka ikut sertalah ia melakukan panah malam bersama kami berlima. Baru tiga ekor ikan yang nyangkut pada mata panah saya, tiba-tiba samar-samar terdengar ada teriakan tolong-tolong. Saat itu jarak saya cukup jauh.
Semakin lama
teriakan panic itu mengecil. Saya bergegas mengayuh fins sekuat tenaga demi mencapai
titik tersebut. Apa yang saya dapati La Iki dalam kondisi sangat panic dengan
satu fin terlepas dari kaki serta jeriken tempat ikan yang ia gunakan full
berisi air sehingga tidak bisa lagi bergerak dan pasrah arus membawanya. Ia nyaris
saja tenggelam. Seorang teman ada di dekatnya namun tak mampu menolong. Jika
saja terlambat saya tidak meraih dan menariknya atau mengevakuasi ke sisi karang entah waktu itu apa yang akan
terjadi. Sebab kita tahu kepanikan dilaut selalu bertahan sedetik saja setelah
itu finish atau selesai-tenggelam.
***
Akhir kata, pengalaman dan cerita mendebarkan yang nyaris naas saya alami diatas biarlah menjadi pembelajaran buat diri ini agar lebih menguatkan. Dan kepada kita sekalian penikmat spearfishing, yang bergelut dengan dingin, dengan kedalaman dan keheningan malam semoga senantiasa selalu dijauhkan dari marabahaya. Tentunya bahaya dan resiko dapat dihindari atau diminimalisir dengan melakukan kegiatan spearfishing sesuai limit kita masing-masing. Tuhan bersama orang-orang pemberani. Salam satu napas!
- Pulau Tomia, 31 Januari 2021
Baca juga :
Kerren...dah mulai menulis lagee. Don't be panic and never dive alone Saya pikir itu kata kunci yang ingin disampaikan.
ReplyDeletemakasih banyak atas sarannya bang.
Deletedan moga2 juga lebih banyak lagi memproduksi catatan