February 04, 2021

Nasi Goreng Amel & Kampoeng Inggris, Pare!



Sebuah cerita, sebuah kenangan tentang kampoeng inggris.

Di pare, kampoeng Inggris, saya dan teman sekamar (my room mate) serta beberapa teman secamp memiliki satu warung makan langganan. Nama pastinya saya sudah lupa, tapi tepat berada di jalan Brawijaya, letaknya tak jauh dari ATM Bri. Selama tiga bulan disana dan seringnya saya memesan makanan atau have dinner di warung ini membuat saya akrab dengan sang pemilik warung. Bagaimana tidak, pasangan suami istri pemilik warung langsung mengenali saya dari logat yang bukan jawa lalu penasaran asal saya dari mana. Maka diingatlah bahwa saya dari Sulawesi tepatnya Wakatobi.

 

Pengunjungnya juga selalu ramai. Oh iya hampir lupa bahwa warung tersebut special menyajikan nasi goreng dan mie goreng toh.

Suatu malam seperti biasa kami berombongan bersepeda melaju menuju warung makan nasi goreng ini. Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa kendaraan yang biasa di gunakan di kampoeng inggris adalah sepeda. Kemana-mana orang-orang akan bersepeda. Hal ini juga yang menjadikan kampoeng ini menjadi unik. Biaya rental sepeda sebulan bervariasi mulai dari 50 ribu hingga lebih dari itu. Kalau saya menyewa yang 50 ribu saja dengan model ada keranjang di depan. Biar kalau pergi kursus bisa menaruh tas atau buku di keranjangnya, pertimbangan lainnya biar lebih klasik dan terlihat keren.hehe

Lanjut cerita..

Sesampai di warung andalan ini, tanpa berlama-lama kami mulai memesan sesuai selera masing-masing yakni ada yang nasi goreng pun mie goreng. Entah mengapa saat itu saya hanya ingin makan nasi goreng + telur mata sapi, tentunya. Malam itu pengunjung belum terlalu ramai seperti biasanya. Jadilah kami leluasa mengambil-menempati satu meja. Oh iya di warung ini menggunakan meja panjang artinya dapat memuat atau di gunakan sampai kapasitas delapan orang saling berhadapan.

Di satu meja yang kami pilih telah ada seseorang yang lebih dulu menempati. Kami meminta izin apakah bisa bergabung dengannya. Gadis cantik itu tersenyum lalu mempersilahkan kami. Barangkali ia akan sedikit tak nyaman atau semacam akan diborongi oleh kehadiran kami ber-enam. Eh, tak lama seorang temannya pun datang bergabung dengannya. Pastinya gadis juga . Maka jadilah kami ber-delapan dalam meja tersebut.

Di kampoeng inggris seseorang bebas berbicara dalam bahasa inggris. Tak perlu sungkan atau malu untuk diketawakan. Disini merupakan tempat yang baik untuk belajar practice ngomong inggris entah sudah lancar atau masih kesulitan. Jangan pedulikan ocehan orang-ocang, persetan dengan mereka jadi berbicara saja. Di café, di jalanan atau di warung-warung makan kamu bisa memulai percakapan. Bahkan beberapa kesempatan mencoba praktek dijalan ternyata yang diajak berbicara merupakan tutor atau pengajar bahasa inggris. Namun mereka memaklumi dan menyemangati kita.

Nah, di warung tersebut sambil menunggu pesanan datang. Kami akan bercakap-cakap menggunakan bahasa inggris yeah a little-little bit lah. Seorang teman, namanya Mr. Angga sembari bisik-bisik memberi tantangan untuk bisa merayu dan mendapatkan nomor gadis disebelah kami. Seorang teman dengan gagah berani mengacungkan tangan tanda dia bersedia. Imbalannya sepiring nasi goreng yang ia pesan akan dibayar oleh teman saya yang memberi tantangan.

Dan dari sinilah cerita awal  pemberian nama warung nasi goreng ini hingga menjadi “nasi goreng amel”.

Baik saya menyeruput kopi dulu lalu lanjut bercerita…

Seperti biasa pemula selalu percaya diri dan terlihat sok-sokan apalagi baru dua minggu mengikuti kursus. haha

Hi miss.. bisakah saya berkenalan denganmu (teman saya memulai percakapan dalam bahasa inggris)

Ya tentu saja bisa. ‘’sahut gadis manis tersebut”

Lalu percakapan dilanjutkan.

What is your name? “tanya teman saya lagi”

My name is Amel “jawab gadis itu, sambil cuek” and you?

I'm Ashar ‘’balas teman saya”

Lalu lanjut dengan pertanyaan-pertanyaan lain

Where are you from?

Where do you stay here?

How long have you been here?

Dan pertanyaan lain sebagainya layaknya seseorang baru berkenalan dengan orang baru. Di sela-sela itu iya menitipkan gombalan-gombalan maut.

Dan kamu tahu teman saya ini selalu menggunakan bahasa inggris yang sok-sokan namun penuh confident (percaya diri). Oh iya percaya diri merupakan modal besar jika ingin belajar bahasa mendunia tersebut. Rasa malu buang dulu ke dasar lautan. Satu cara terbaik untuk meningkatkan kepercayaan diri itu bisa dipraktekan dengan bercakap-cakap dengan orang baru entah di warung makan, café atau sebagainya dan kamu juga bisa mendapatkan teman baru hingga mendapatkan nomor hapenya terlebih banyak gadis-gadis disana.

Tapi gadis manis tersebut kebanyakan hanya menjawab dengan speak bahasa maksudnya gadis ini cukup menggunakan bahasa Indonesia dengan santainya.

Ketika ditanya sudah berapa lama berada di pare, dia cuek saja sambil mengatakan sudah enam bulan dan akan tinggal Sembilan bulan di kampoeng inggris. Oh, well tiba-tiba teman saya kaget dan berpikir selama itu pasti sudah fluensi atau lancar ngomong layaknya bule.

Kemudian dia juga berkata kalau mengikuti kursus di bec (lembaga kursus terkemuka di kampoeng inggris). Dan kami semua mulai senyum dan katawa melihat teman kami yang terlihat kikuk. Sambil menikmati nasi goreng dihadapan kami percakapan terlihat semakin cair terlebih satu teman sekamar saya adalah sama-sama dari bekasi, artinya sama dengan gadis manis tersebut yang katanya ingin mengambil kuliah hubungan internasional makanya dia datang ke pare untuk belajar bahasa inggris.

Benar, tujuan tiap orang datang belajar di kampoeng inggris berbeda-beda. Ada yang hanya belajar speaking seperti saya, ada juga yang belajar grammar serta lain-lain sebagainya tergantung motivasi setiap orang.

Di akhir saat berpisah di warung makan, miss amel nama gadis tersebut akhirnya takluk dan merelakan nomor teleponnya diberikan kepada teman saya. Seperti sudah diduga bahwa chit chat akan berlanjut ke hape. Pertemuan-pertemuan selanjutnya pun diadakan semisal berbocengan sepeda berkeliling kampoeng inggris. Mengapa saya tahu : iya karena dia adalah teman sekamar saya.

Sejak hari itu nama warung ini kami menamakannya dengan nama “nasi goreng amel”. Dengan maksud mengabadikan nama miss amel. Jadi umpama kami akan pergi makan di warung ini, kami akan berkata ‘’ayo pergi makan di nasi goreng amel”. Dimana sebelumnya hanya berkata ayo pergi makan nasi goreng di sampingnya atm bri.  Namun sejak malam itu kami akan menyebut nama warung tersebut dengan “warung nasi goreng amel”. Pastinya sebutan itu hanya dari saya dan teman-teman saya saja.

Hingga hari ini saya masih mengingat nasi goreng amel yang selalu menjadi menu favorit selama di pare disamping karena porsinya yang banyak ditambah lagi dengan pemiliknya yang punya hospitality yang baik utamanya kepada saya. Oh iya terakhir, malam sebelum saya balik kanan ke wakatobi saya masih menyempatkan makan di nasi goreng amel dan berpamitan dengan pasangan pemilik warung nasi goreng tersebut. Semacam salam perpisahan mungkin sebelum saya kembali ke kampung.

Jadi jika saya mengingat dan merangkai kenangan tentang pare, tidak saja tentang sepedanya, tidak saja tentang bahasa inggrisnya atau kursusannya yang banyak pun tidak juga tentang para missnya yang cantik-cantik. Namun juga mengingat tentang nasi goreng amel.

Cerita ini untuk mendedikasikan kenangan tentang pare atau tepatnya merayakan empat tahun lalu mengunjungi kampoeng inggris. Terlalu banyak manfaat setelah belajar dikampong yang mendunia dan unik tersebut. Tak hanya ilmu & pengalaman namun juga bertemu banyak teman dari sudut-sudut pelosok Indonesia. 

Jika ada yang berencana belajar atau ingin tahu tentang informasi pare, kampoeng inggris bisa berkomentar dibawah atau bisa mengirim email. Pun bisa juga membaca cerita atau catatan saya dibawah ini.

 

-          Pulau Tomia, 4 februari 2021

 

Baca juga :

Sebuah Catatan Kecil Tentang Pare, Kampoeng Inggris 

Merayakan se-Tahun Mengunjungi Kampoeng Inggris. Sebuah Refleksi!

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER BULAN INI