Foto Google |
BAGI SAYA, menyaksikan film bernuansa
petualangan adalah satu cara memupuk manifestasi jiwa petualang agar tetap
berkobar dan mengalir di nadi. Lewat film tersebut juga saya bisa belajar
banyak tentang segala perihal yang berhubungan erat dengan dunia petualangan
dan segala konsekuensinya misalkan saja pelajaran survival untuk bisa keluar
dari situasi tak normal, ini materi paling penting tentang alam bebas. Serta
menurut saya, menonton film sarat pengembaraan adalah serupa asupan gizi yang
selalu membasahi dahaga kerinduan akan percumbuan dengan alam liar nan lengang
dan segala kedamaian didalamnya pun bahaya-bahaya yang mengintai tentunya.
***
THE WAY BACK merupakan film yang berkisah
tentang petualangan serta menyuguhkan hikmah tersirat dan tersurat bagi para penggiat alam bebas. Walau telah lama beredar yakni tahun 2011 namun
bagi saya pribadi film tersebut selalu menarik untuk ditonton secara
berulang-ulang, tak pernah menjemukan sebab ada endapan pesan yang bisa
dicermati atau dipetik. Dari beberapa review yang saya ketemukan di beberapa
blog, namun tak banyak yang mengulas secara khusus dari sisi petualangan itu
sendiri ataupun cara bertahan hidup dalam hal ini survive para
penjelajahnya (survivor).
Film ini terilhami berdasar sebuah kisah
nyata dimana diangkat dalam catatan perjalanan seorang dari tujuh survivornya
yang berhasil melarikan diri dari penjara Rusia, tepatnya di Siberia. Mereka
berjalan kaki sejauh 4000 mil menuju tanah impian-kebebasan yakni India dengan
terlebih dahulu harus melewati keganasan alam Rusia lalu melintasi gurun di
Mongolia yang kering kerontang juga harus mampu mengakrabi cuaca ekstrim
gletser dan tebing-tebing Himalaya hingga sampai di Lhaksa, negeri Dalai Lama.
Dari apa yang digambarkan, hanya beberapa oranglah yang bisa bertahan dan
diantaranya meninggal dunia dalam perjalanan. Pada akhirnya tiga orang saja
yang berhasil menginjakkan kaki di tanah India yang sebelumnya harus melewati
rute nan jauh dengan beragam tantangan-kondisi medan dan cuaca ekstrim.
Foto Google |
Seperti yang kita sekalian ketahui bahwa
Rusia merupakan daerah di eropa yang paling ekstrim dengan cuacanya. Nampak
dari yang disuguhkan dalam The Way Back, Januz (tokoh utama) dan
ketujuh kawannya harus mampu melawan badai salju hingga berhari-hari lamanya.
Januz dan lainnya cukup cerdik dengan memanfaatkan kulit kayu sebagai pelindung wajah dari
terpaan badai karena jika tidak maka hal itu akan membekukan mereka atau pada
suhu seperti demikian mata bisa mengalami kebutaan sebab temperatur yang mereka
lalui adalah dibawah nol derajat celcius.
The way back juga memperlihatkan bagaimana
cara mereka dalam memanej ransum/bahan makanan yang ada (teori manajemen perjalanan). Nah, disinilah Januz
sebagai ketua tim mampu mengatur pembagian yang baik kepada anggotanya. Dalam
melakukan perjalanan alam bebas suatu tim haruslah memiliki pimpinan yang
keseluruhan anggotanya sepantasnya patuh dan percaya pada keputusan pimpinan
tim tadi. Saat kondisi tak normal atau menuntut survival maka nalar kadang tak
berkerja normal lagi, emosi bisa meluap-luap atau kepanikan bisa merugikan yang
lain. Lagi-lagi kemampuan ketua timlah sangat diperlukan peranannya dalam
menenangkan dan menyemangati anggotanya. Seperti yang dilakukan Januz tatkala melintasi Gurun Gobi di Mongolia yang kering tersebut ia selalu meniupkan semangat kepada rekan-rekannya. Ia juga selalu menjaga serta membantu anggotanya yang tertinggal dibelakang karena amat keletihan. Menariknya saat di tengah gurun ini, cara mereka menghemat air adalah dengan hanya mencelupkan/membasahi sepotong kain lalu dihisap.
Pelajaran lainnya adalah tehnik survival.
dalam the way back di tunjukan bahwa di tengah alam bebas perapian sangatlah
penting untuk mehangatkan tubuh dari pengaruh cuaca terlebih tak ada tenda sebagai pelindung. Maka tehnik membuat api juga
amat perlu dikuasai sebab selain dapat menjaga menghangatkan tubuh diperlukan juga
dalam memasak misalnya. Seorang penjelajah mesti memahami tehnik tersebut yang menurut hemat dan pengalaman saya, pengetahuan tehnik membuat api dengan memanfaatkan apa yang tersedia di alam sangatlah krusial dalam dunia aktifitas alam bebas. Tentu juga ilmu membuat bivak alam sama pentingnya.
Serta bagaimana pentingnya alat survival seperti pisau dan alat pancing. Sebilah pisau milik Valka (teman Januz) dan alat pancing Mr. Smith sangatlah membantu selama perjalanan para survivor ini misalkan saja digunakan saat menangkap hewan buruan sebagai bahan makanan. Yah, perlengkapan survival layaknya pisau, tombak, alat pancing, korek api, serta lainnya merupakan barang wajib bagi seorang pendaki atau penempuh rimba.
Pada kondisi survival (pada titik kritis) dimana bahan makanan dan persediaan air sangat tipis atau sudah tidak ada sama sekali maka nalar haruslah tetap bekerja normal dan tak panik. Saat survive maka hasrat, keyakinan dan semangat untuk tetap hidup harus selalu tertanam di kepala. Sebab disanalah kunci segalanya. Pada kondisi sulit dan untuk memperpanjang hidup maka apa saja bisa dimanfaatkan atau diberdayagunakan. Contoh dalam the way back para survivornya dituntut harus berburu ular, cacing, rusa dan lainnya yang bisa mereka makan atau dijadikan bekal selama perjalanan rute panjang itu. Hal lainnya yang saya tangkap adalah pentingnya bersosialisasi dengan penduduk setempat (sosped) seperti ditunjukan pada film ini yakni saat mereka bertanya cara terhindar dari serangan nyamuk yang ganas.
Satu pelajaran lainnya yang bisa diambil adalah dalam mengenal tanda-tanda medan. Para survivor tersebut selalu mencatat atau menandai medan yang telah mereka lalui dengan selembar kertas. Uniknya juga adalah bagaimana cara Januz ketika menentukan arah dengan hanya mengandalkan bantuan sinar matahari dan beberapa bongkah batu. Berdasar hal tersebut menyiratkan pesan bahwasanya dalam melakukan kegiatan di alam, membawa peta dan kemampuan bernavigasi juga merupakan bagian yang tak boleh dianggap sepele.
Demikianlah pesan yang bisa saya petik setelah menonton ulang The Way Back. Selamat berpetualang dan semoga selalu siap dalam kondisi apapun terlebih saat menuntut survive.
Satu pelajaran lainnya yang bisa diambil adalah dalam mengenal tanda-tanda medan. Para survivor tersebut selalu mencatat atau menandai medan yang telah mereka lalui dengan selembar kertas. Uniknya juga adalah bagaimana cara Januz ketika menentukan arah dengan hanya mengandalkan bantuan sinar matahari dan beberapa bongkah batu. Berdasar hal tersebut menyiratkan pesan bahwasanya dalam melakukan kegiatan di alam, membawa peta dan kemampuan bernavigasi juga merupakan bagian yang tak boleh dianggap sepele.
Demikianlah pesan yang bisa saya petik setelah menonton ulang The Way Back. Selamat berpetualang dan semoga selalu siap dalam kondisi apapun terlebih saat menuntut survive.
*)Kamis, 19 Februari 2015
nice posting..
ReplyDeletesiippp...
Delete