KISAH ini saya rangkum dari kepingan-kepingan cerita yang dialami oleh seorang
teman, kejadiannya setahun lalu. Bagi
saya ini unik sekaligus amat menarik. Sungguh! Ini tentang dukun yang tak
akademis atau tak ilmiah. Yah, menurut saya demikian kira-kira. Maka dari itu
saya mencoba menuangkannya ke halaman blog ini dengan satu harapan dapat
menjadi pelajaran bagi saya pribadi dan pembaca setia halaman ini.
Tentang
kehilangan dan praktik perdukun-an!
Suatu
hari seorang teman saya mengalami musibah berupa kehilangan laptop. Peristiwa
itu terjadi tepatnya saat ia berada di rumah temannya. Bahkan bukan hanya
komputer jinjingnya saja yang raib waktu itu namun berapa temannya pun
mengalami nasib yang sama yakni ketiban sial. Mereka mencurigai bahwa waktu
perginya barang-barang tersebut adalah shubuh hari sebab pada waktu itu mereka
tengah lengah (tertidur) sehabis mengerjakan tugas kampus hingga larut malam.
Sebenarnya
membicarakan tentang kehilangan komputer jinjing, saya sendiri pernah mengalami
hal serupa. Kisahnya ada disini Akan tetapi bedanya saya tak melaporkannya
kepada tuan dukun sebab saya sendiri meyakini hal itu tak akan menyelesaikan
masalah namun justru menyelesaikan masalah dengan masalah seperti hanya akan
menuduh orang lain tanpa bukti valid. Pada waktu saya mengalami musibah
kehilangan itu seorang teman menyarankan agar saya melapor ke pak polisi, namun
saya menolak dengan anggapan toh sepeda motor teman saya yang lain itu belum
ditemukan lalu bagaimana dengan laptop yang bentuknya kecil dan nominalnya pun
tak sama dengan sebuah laptop. Akhirnya, saya memilih berbesar hati saja dan mencoba bersikap ikhlas.
Baiklah
saya kembali ke pengalaman teman saya yang kehilangan tadi.
Zaman boleh saja telah modern namun praktik-prakatik perdukunan juga masih ada. Barangkali karena ekspresi kepanikan atau apa namanya, teman saya juga teman-temannya yang kehilangan lalu memutuskan melapor ke seorang dukun yang konon bisa menerawang dan mengetahui pelakunya. Teman saya tadi tak sendirian namun bersama teman sependeritaannya itu. Nah, pada tempat praktik perdukunan yang di datangi rupanya memaksa mereka untuk bersabar dan terlebih dahulu mengisi administrasi pendaftaran lalu antri menunggu giliran. Ada banyak pasien yang ingin berkonsultasi waktu itu, katanya. Oh, iya setelah berobat pasien-pasien itu memberikan sesuatu menurut keikhlasannya. Saya bertanya kepada teman yang mengunjungi dukun tersebut tentang apa yang kalian berikan setelah berkonsultasi. Sebungkus rokok, itulah bentuk keikhlasan yang ia lakukan terhadap dukun yang memiliki banyak pasien itu. Saya hanya membatin dan cukup terheran mendengar hal ini.
Zaman boleh saja telah modern namun praktik-prakatik perdukunan juga masih ada. Barangkali karena ekspresi kepanikan atau apa namanya, teman saya juga teman-temannya yang kehilangan lalu memutuskan melapor ke seorang dukun yang konon bisa menerawang dan mengetahui pelakunya. Teman saya tadi tak sendirian namun bersama teman sependeritaannya itu. Nah, pada tempat praktik perdukunan yang di datangi rupanya memaksa mereka untuk bersabar dan terlebih dahulu mengisi administrasi pendaftaran lalu antri menunggu giliran. Ada banyak pasien yang ingin berkonsultasi waktu itu, katanya. Oh, iya setelah berobat pasien-pasien itu memberikan sesuatu menurut keikhlasannya. Saya bertanya kepada teman yang mengunjungi dukun tersebut tentang apa yang kalian berikan setelah berkonsultasi. Sebungkus rokok, itulah bentuk keikhlasan yang ia lakukan terhadap dukun yang memiliki banyak pasien itu. Saya hanya membatin dan cukup terheran mendengar hal ini.
Lantas
apa yang kalian lakukan di tempat dukun yang kalian datangi tersebut, demikian
pertanyaan bernada menyelidik saya layangkan kepada teman yang kehilangan komputer jinjingnya itu.
Mula-mula mereka mengutarakan kepada dukun bahwa mereka telah kehilangan
beberapa laptop saat mereka tengah ketiduran. Serta perlahan-lahan menjawab
seluruh pertanyaan yang di ajukan oleh dukun, tanpa satu terlewati. Seperti
itulah bentuk identifikasi yang dilakukan oleh dukun, ungkap teman saya.
Teman
saya ini lanjut bercerita kepada saya bahwa dukun-paranormal tersebut
menyelesaikan masalah dengan cara yang unik dan cukup mudah saja. Dukun itu cukup membaca
mantra atau jampi-jampi lalu menanyakan sesuatu hal kepada seseorang disampingnya
dimana orang tersebut berfungsi sebagai perantara. Menurut teman saya
mengungkapkan bahwa seorang perantara tersebut telah dirasuki oleh seorang jin suruhan dukun itu yang bisa
mengetahui apa saja termasuk siapa orang yang telah mengambil komputer jinjing
teman saya tadi.
Perantara
yang katanya telah dirasuki oleh jin (makhluk halus) itu memberitahukan segala
ciri-ciri, gestur dan motif pelaku yang mengambil barang-barang elektronik milik teman saya dan semua temannya yang
kehilangan tadi. Dan rupanya segala ucapannya itu diamini oleh teman saya dan
teman-temannya. Ciri-ciri orang (pelaku) yang disebutkan tersebut mengarah atau
menjurus ke teman lain dari para korban yang kehilangan tersebut walaupun tidak
didasari bukti apapun semisal rekaman cctv mungkin atau contohnya bisa melihat rekaman kejadian tersebut melalui air dalam wadah guci ajaib sang dukun, layaknya dalam film itu misalnya.
Maka akhir dan klimaks dari perasaan kehilangan tersebut adalah para korban memberikan pelajaran kepada orang (pelaku) yang dituduhkan oleh dukun itu. Walau telah memaksa namun tak ada hasil juga dan laptop tersebut tak pernah kembali. Setelah kejadian itu orang yang dituduh mencuri ini tak menerima hal tersebut karena mengaggap tuduhan tersebut tanpa bukti. Namun, setelah diselesaikan secara baik-baik maka hanya didiskusikan secara musyawarah lalu saling memaafkan. Setelah kejadian, teman saya pun mengaku kapok-tobat berurusan dengan dukun lagi.
Maka akhir dan klimaks dari perasaan kehilangan tersebut adalah para korban memberikan pelajaran kepada orang (pelaku) yang dituduhkan oleh dukun itu. Walau telah memaksa namun tak ada hasil juga dan laptop tersebut tak pernah kembali. Setelah kejadian itu orang yang dituduh mencuri ini tak menerima hal tersebut karena mengaggap tuduhan tersebut tanpa bukti. Namun, setelah diselesaikan secara baik-baik maka hanya didiskusikan secara musyawarah lalu saling memaafkan. Setelah kejadian, teman saya pun mengaku kapok-tobat berurusan dengan dukun lagi.
***
Lantas
dimana letak tak akademis sang dukun tersebut. Tak akademisnya menurut saya
adalah dukun tersebut hanya menerka-nerka sesuatu yang lalu disesuaikan-disamakan dengan
ciri-ciri atau gestur seseorang diluar dari teman saya yang kehilangan laptop itu. Sialnya hal itu tak
dilandasi bukti valid yang kuat apakah orang yang dituduhkan ini benar-benar
mengambilnya. Kemudian tak ilmiah lainnya yaitu dukun yang katanya melalui
perantara makhluk halusnya tak menyebut langsung nama orang yang mengambil
barang si korban. Dengan demikian menguatkan kesimpulan saya bahwa sang
paranormal hanyalah meraba-raba saja dalam artian tak mengetahuinya sama sekali. Tak akademis lainnya yaitu tak melalui bentuk investigasi dari suatu masalah yang kemudian bisa dipertanggung jawabkan hasilnya.
Pelajaran
yang bisa dipetik dari peristiwa ini adalah jangan mudah panik atau terprovokasi
sesuatu terlebih terlalu gampang meyakini perkataan seorang dukun yang tak
berdasar bukti-bukti akurat nan menguatkan. Karena hal itu justru akan menimbulkan
masalah baru misalnya tuduhan pencemaran nama baik, dan sebagainya. Tetap
berbesar hati jika mengalami nasib kehilangan dan menjadi bahan introspeksi diri
sebab barangkali barang-barang tersebut sedang menjalani takdirnya berpindah
tangan ke orang lain. Barangkali seseorang mesti lebih waspada lagi. Dan jika yakin maka bisa melaporkan hal itu ke pihak yang
berwajib agar diselidiki sebab itu sudah tugas mereka. Nah, bagaimana dengan anda apakah memiliki cerita yang sama atau barangkali pengalaman dari teman anda?
- Belajar menulis dengan teknik bercerita
Setuju, lebih baik dikembalikan ke pribadi dan mengintropeksi diri. Bisa jadi kita sendiri yang lalai, baik dalam menyimpan barang-barang atau tidak menutup pintu rumah/kost saat tertidur pulas.
ReplyDeletesepakat skali. menjadi bahan renungan dan sebaiknya mengadu kepada Langit..
DeleteBaru mampir udah suka sama tulisannya :)
ReplyDeletewww.fikrimaulanaa.com
thanks..
Delete