Sanctum (foto google) |
Sanctum
berkisah mengenai perjalanan yang dilakukan pasangan Carl Hurley (Ioan
Gruffudd) dan Victoria (Alice Parkinson) ke Papua Nugini untuk menjelajahi
situs gua bawah laut bersama Frank McGuire (Richard Roxburgh), seorang penyelam
profesional, dan anaknya, Josh (Rhys Wakefield). Frank telah terlebih dahulu
mempersiapkan gua bawah laut tersebut untuk dijelajahi oleh Carl dan Victoria. Frank akan membawa mereka masuk dalam
sebuah petualangan yang tidak akan mereka lupakan seumur hidup mereka.
Sebagai seorang yang menyukai petualangan, pastinya film ini sangat menarik dan layak ditonton. Menyuguhkan kisah yang mendebarkan serta penuh konflik antar para cavernya. Lewat film ini juga mengabarkan begitu indahnya pemandangan dalam gua. Endingnya, musibah besar menimpa expedisi ini, mendadak cuaca memburuk hingga gua tersebut seketika mengalami longsor dan menutup akses jalan menuju permukaan. Dari sekian cavernya hanya satu oranglah yang bisa selamat setelah menemukan jalan yang menembus lautan.
Namun bagi saya, beberapa catatan yang menarik dipetik dan menginspirasi bagi para pecinta petualangan yakni faktor ketenangan sebagai hal berharga yang akan menyelamatkan dalam kondisi menuntut survival. Ketergesah-gesahan hanya akan membawa diri pada situasi yang tidak menguntungkan diri sendiri hingga merugikan seluruh tim, impacknya membahayakan jiwa atau hilangnya nyawa.
Setelah menonton film ini secara berulang-ulang, saya kemudian melihat hal lain yaitu menemukan gua berair sebagai kekayaan terpendam Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi. ya ! Tomia adalah kampung halaman saya tepatnya berada di ujung tenggara pulau sulawesi. Oleh wisatawan atau para backpacker selama ini hanya mengenalnya dengan surga bawah lautnya, pasir putihnya, kulinernya atau kearifan lokalnya saja. Namun lewat film ini mengisyaratkan bahwa gua berair merupakan tempat yang menarik dan menantang untuk dijelajahi sebab menuntut keahlian khusus bagi siapa saja yang ingin menikmatinya.
Di Pulau Tomia terdapat banyak gua-gua berair yang masih belum di eksplorasi dan di petakan hingga hari ini. Misalkan saja Henda'opa, Te'e 'Dondo, Te'e Moai, Te'e Wali, serta masih banyak lainnya yang belum di data. Saat masa kecil dulu, saya sering mengunjungi gua-gua tersebut untuk sekedar mandi-mandi walau saat itu hanya dengan bermodalkan penerangan seadanya. Gua berair ini memiliki mulut yang cukup lebar dengan airnya yang jernih namun terasa hambar. Jaraknya berdekatan dengan laut hingga saya meyakini gua-gua berair ini akan bermuara ke lautan seperti gua Espiritu Esa Ala pada film sanctum yang barangkali kedalamannya tak akan sama.
Indonesia merupakan negara dengan bentangan karst yang luas 15,4 juta ha yang hampir tersebar menyeluruh di wilayah Indonesia (data Bappenas : 2003). Wakatobi termasuk dalam salah satunya, berikut datanya dikutip dari http://alamendah.org/2012/05/10/kawasan-karst-indonesia-potensi-dan-ancaman/
Jika gua berair merupakan kekayaan terpendam yang juga dimiliki oleh pulau tomia. Namun, hingga hari ini pemerintah daerah belum menjadikan penyelaman gua berair sebagai hal yang menarik untuk dijadikan spot wisata yang kelak akan menguji adrenalin para petualang untuk merasakan sensasi liar di kegelapan gua-gua berair pulau Tomia. Pihak terkait belumlah menganggap gua berair sebagai sesuatu yang akan mendatangkan pendapatan bagi ekonomi daerah. Penguasa setempat juga belum melakukan pendataan atau eksplorasi terhadap kekayaan daerahnya sendiri seperti yang telah dilakukan oleh daerah lainnya hingga terkenal akan karstnya/guanya. Padahal karst memiliki manfaat dan potensi sebagai wisata alam, budaya dan ilmiah. Potensi lainnya sebagai daerah tangkapan dan resapan air.
Pulau Tomia atau daerah lain di gugusan kepulauan wakatobi bukan hanya diberkahi kekayaan akan bawah laut semata tetapi juga dipenuhi gua-gua berair yang perlu di eksplorasi/di petakan dan dijaga kelestariannya. yah, surga itu bisa diketemukan di kegelapan gua-gua berair tak mesti di bawah laut Pulau Tomia. Ah, saya bangga akan kekayaan alam tanah leluhur ini. Tuhan Maha Baik.
Sebagai seorang yang menyukai petualangan, pastinya film ini sangat menarik dan layak ditonton. Menyuguhkan kisah yang mendebarkan serta penuh konflik antar para cavernya. Lewat film ini juga mengabarkan begitu indahnya pemandangan dalam gua. Endingnya, musibah besar menimpa expedisi ini, mendadak cuaca memburuk hingga gua tersebut seketika mengalami longsor dan menutup akses jalan menuju permukaan. Dari sekian cavernya hanya satu oranglah yang bisa selamat setelah menemukan jalan yang menembus lautan.
Sanctum (foto google) |
Setelah menonton film ini secara berulang-ulang, saya kemudian melihat hal lain yaitu menemukan gua berair sebagai kekayaan terpendam Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi. ya ! Tomia adalah kampung halaman saya tepatnya berada di ujung tenggara pulau sulawesi. Oleh wisatawan atau para backpacker selama ini hanya mengenalnya dengan surga bawah lautnya, pasir putihnya, kulinernya atau kearifan lokalnya saja. Namun lewat film ini mengisyaratkan bahwa gua berair merupakan tempat yang menarik dan menantang untuk dijelajahi sebab menuntut keahlian khusus bagi siapa saja yang ingin menikmatinya.
Di Pulau Tomia terdapat banyak gua-gua berair yang masih belum di eksplorasi dan di petakan hingga hari ini. Misalkan saja Henda'opa, Te'e 'Dondo, Te'e Moai, Te'e Wali, serta masih banyak lainnya yang belum di data. Saat masa kecil dulu, saya sering mengunjungi gua-gua tersebut untuk sekedar mandi-mandi walau saat itu hanya dengan bermodalkan penerangan seadanya. Gua berair ini memiliki mulut yang cukup lebar dengan airnya yang jernih namun terasa hambar. Jaraknya berdekatan dengan laut hingga saya meyakini gua-gua berair ini akan bermuara ke lautan seperti gua Espiritu Esa Ala pada film sanctum yang barangkali kedalamannya tak akan sama.
Indonesia merupakan negara dengan bentangan karst yang luas 15,4 juta ha yang hampir tersebar menyeluruh di wilayah Indonesia (data Bappenas : 2003). Wakatobi termasuk dalam salah satunya, berikut datanya dikutip dari http://alamendah.org/2012/05/10/kawasan-karst-indonesia-potensi-dan-ancaman/
-
Naga Umbang Lhok Nga (Aceh)
-
Bahorok (Sumatera Utara)
-
Payakumbuh (Sumatera Barat)
-
Baturaja, Bukit Barisan (Sumatera Selatan)
-
Sengayau (Merangin, Jambi)
-
Sawarna (Lebak, Banten)
-
Sukabumi Selatan (Jawa Barat)
-
Karst Citatah-Rajamandala (Bandung Barat, Jabar)
-
Pangkalan (Karawang, Jawa Barat)
-
Cibinong-Ciampea-Cigudeg (Bogor, Jabar)
-
Pangandaran-Green Canyon (Ciamis, Jabar)
-
Gombong (Kebumen, Jateng)
-
Pegunungan Kapur Utara (Pati, Jateng – Lamongan, Jatim)
-
Pegunungan Kendeng (Grobogan, Jateng – Jombang, Jatim)
-
Pegunungan Sewu (Yogyakarta dan Wonogiri, Jateng – Tulungagung, Jatim)
-
Sampang (Madura)
-
Pegunungan Schwaner (Kalimantan Barat)
-
Sangkulirang-Mangkalihat (Kalimantan Timur)
-
Pegunungan Muller (Kalimantan Tengah)
-
Pegunungan Meratus (Kalimantan Selatan)
-
Tenggarong (Kalimantan Timur)
-
Taman Nasional Manupeu Tanah Daru (Sumba, NTT)
-
Maros-Pangkep (Sulawesi Selatan)
-
Wowaselea (Sulawesi Tenggara)
-
Pulau Muna (Sulawesi Tenggara)
-
Kepulauan Tukang Besi (Wakatobi, Sulawesi Tenggara)
-
Pulau Seram (Maluku)
-
Pulau Halmahera (Maluku Utara)
-
Fakfak (Papua Barat)
-
Pegunungan Lengguru (Kaimana, Papua Barat)
-
Biak dan Lorentz (Papua)
Te'e Wali di Pulau Tomia (foto wego.co.id) |
Jika gua berair merupakan kekayaan terpendam yang juga dimiliki oleh pulau tomia. Namun, hingga hari ini pemerintah daerah belum menjadikan penyelaman gua berair sebagai hal yang menarik untuk dijadikan spot wisata yang kelak akan menguji adrenalin para petualang untuk merasakan sensasi liar di kegelapan gua-gua berair pulau Tomia. Pihak terkait belumlah menganggap gua berair sebagai sesuatu yang akan mendatangkan pendapatan bagi ekonomi daerah. Penguasa setempat juga belum melakukan pendataan atau eksplorasi terhadap kekayaan daerahnya sendiri seperti yang telah dilakukan oleh daerah lainnya hingga terkenal akan karstnya/guanya. Padahal karst memiliki manfaat dan potensi sebagai wisata alam, budaya dan ilmiah. Potensi lainnya sebagai daerah tangkapan dan resapan air.
jelajah gua memang belum menarik minat pemerintah untuk mengekplorasinya sebagai salah satu potensi pendapatan daerah.....semoga saja kelak pemikiran itu bisa berubah....saya berharap bisa berkunjung ke wakatobi dalam waktu dekat ini....dan memang TUHAN MAHA BAIK telah memberikan INDONESIA anugrah kekayaan alam yang tak terhingga....keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)
ReplyDeletesemoga sj...
Deleteterimakasih bang sdh berkunjung dan koment... salam kembali