"Mestinya pendaki gunung selalu memegang teguh ungkapan : dilarang membunuh apapun selain waktu, dilarang mengambil apapun selain gambar, dilarang meninggalkan apapun selain jejak kaki"
Bumi Indonesia adalah surga keindahan. Pemilik Alam Semesta menganugerahkan hamparan belantara nan hijau, sungai bergemercik merdu, lautan biru dengan pasir putih dan eksotika bawah lautnya, amat kaya akan gua-gua karst serta dipenuhi dengan gunung-gunung yang menjulang. Kesemuanya itu untuk dinikmati dan dimanfaatkan namun yang lebih penting harus dijaga kelestariannya untuk kehidupan yang lebih seimbang. Sebab bentuk kewajiban manusia sebagai penghuni jagat adalah menjaga anugerah titipan Tuhan tersebut.
Bumi Indonesia adalah surga keindahan. Pemilik Alam Semesta menganugerahkan hamparan belantara nan hijau, sungai bergemercik merdu, lautan biru dengan pasir putih dan eksotika bawah lautnya, amat kaya akan gua-gua karst serta dipenuhi dengan gunung-gunung yang menjulang. Kesemuanya itu untuk dinikmati dan dimanfaatkan namun yang lebih penting harus dijaga kelestariannya untuk kehidupan yang lebih seimbang. Sebab bentuk kewajiban manusia sebagai penghuni jagat adalah menjaga anugerah titipan Tuhan tersebut.
Beberapa tahun terakhir ini, dunia petualangan
di tanah air amat di gandrungi oleh khalayak ramai. Hal ini juga didukung dengan
menjamurnya toko outdoor yang menjajakan berbagai macam perlengkapan petualangan.
Begitupun dengan film-film yang mengangkat keindahan alam dan lingkungan nusantara yang kaya raya. Lalu mereka ingin
menikmati dan melihat surga keindahan yang dimiliki oleh bumi pertiwi ini. Ada
yang menyimpan obsesi-obsesi di dadanya serta hasrat yang menggebu-gebu akan
hal itu. Barangkali juga benar ungkapan dengan mengunjungi semua tempat dan
melihatnya secara dekat maka akan menumbuhkan kecintaan seseorang akan
Indonesia. Maka nasionalisme akan terus tumbuh dan tersemai di jiwa orang
tersebut.
Namun seiring dengan hal itu, permasalahan pun
muncul dimana lingkungan mulanya asri kini
menjadi terganggu termasuk terusiknya kehidupan makhluk hidup yang mendiami
wilayah-wilayah yang di datangi. Hamparan gunung di Indonesia adalah tempat
yang paling di sukai oleh banyak orang sebab di puncak sana seseorang akan
menemukan kekaguman yang luar biasa akan maha karya agung sang pencipta
semesta. Puncak gunung menyuguhkan keindahan juga seseorang akan menjumpai
kabut keabadian dan tiupan anginnya adalah nyayian kebebasan.
Hal yang patut disayangkan sebagai akibat dari
aktifitas pendakian gunung yakni semakin gampangnya sampah dijumpai di atas
gunung sana. Pada bagian jalur pendakian dan tempat yang biasa dijadikan
camp tenda-tenda para pendaki maka disitu pula dengan mudah akan
diketemukan sampah-sampah yang menumpuk dan bertebaran. Sungguh pemandangan
yang tak elok dan tak mengenakkan bagi pasangan mata yang memandangnya.
Pos 9 G. Bawakaraeng, Sulsel (dok. pribadi) |
Hari ini sahabat blogger
bisa melihat apa yang terjadi dengan kondisi kekinian wajah gunung di
Indonesia, misal Gunung Bawakaraeng sebagai tempat favorit para penikmat alam
di wilayah Sulawesi Selatan. Gunung yang juga dikeramatkan oleh penduduk
setempat, kini wajahnya tak elok lagi sebab sampah dengan gampang bisa didapati
pada sepanjang jalur pendakian terlebih pada lokasi tempat persinggahan atau
biasa para pendaki menamakannya pos. Mulai dari beragam warna
sampah plastik, puntung rokok, bungkusan mie instant dan kopi, berbagai macam
kaleng atau botol hingga sisa tali yang masih menggantung di pohon. Berbagai
merek produk yang di bawa para pendaki akan di jumpai di gunung sana. Yah,
tentunya itu merupakan sampah yang lupa dibawa turun oleh pemiliknya.
Barangkali tak hanya gunung di bagian Sulawesi
Selatan saja. Di daerah lain Indonesia juga sampah telah menjadi masalah yang
utama bagi lingkungan dan perlu mendapatkan
perhatian serta penanganan serius bagi siapa saja terlebih hal ini harus di
sematkan kepada para pendaki gunung. Karena hanya merekalah yang melakukan
aktifitas petualangan di atas gunung. Contoh lain yang bisa dilihat adalah
sampah juga menjadi permasalahan serius di gunung Semeru, Jawa Timur. Gunung
Semeru merupakan atap tertinggi Pulau Jawa yang menyuguhkan pemandangan amat
indah sehingga wajar saja menjadi destinasi wajib bagi setiap orang untuk
berbondong-bondong menjejakkan kaki disana. Termasuk sebagian jumlah gunung
yang sering dijamah oleh manusia/pendaki maka sampah akan bertebaran disana.
Tumpukan sampah di Ranukumbolo G. Semeru (wisatagunug.com) |
Tak bisa dinafikan bahwa sampah telah menjadi
masalah yang mengotori keindahan kawasan pegunungan di Indonesia. Semakin
banyak orang yang mendaki gunung maka volume sampah akan bertambah pula. Selain
menyebabkan lingkungan menjadi kotor, dampak
lain dari sampah adalah akan merusak struktur tanah karena susah hancur secara
alami. Sampah akan sulit terurai oleh mikroorganisme dalam tanah hingga
memerlukan waktu 240 tahun lamanya. Merupakan jenjang waktu yang amat lama,
bukan?
Bukan hanya itu saja ada hal lain yang mengotori
keindahan alam gunung di Indonesia yaitu adanya aksi vandalisme menuliskan
nama seseorang dengan mencoret-coreti batang pohon atau batuan menggunakan cat
atau belati. Entah bermaksud mengatakan kepada semua orang bahwa ia pernah
kesitu lalu melukiskan namanya. Jika batang pohon dan batuan tersebut bisa
mengeluarkan suara pastinya akan merintih kesakitan lalu mengadu pada Penguasa
Alam Raya ini. Sungguh, suatu aksi yang tak peduli terhadap keindahan dan
pelestarian lingkungan terlebih aksi itu harus memetik tumbuhan langka yang hidup di gunung seperti bunga abadi, Edelweis. Alangkah baiknya jika bentuk kekaguman seperti itu di tuliskan dalam catatan perjalanan atau dalam bentuk puisi bahwa kita pernah menjejakkan kaki di tempat itu.
Masalah-masalah yang ditimbulkan dari aktifitas
petualangan adalah tak semuanya dilakukan oleh mayoritas pendaki gunung namun
hanya segelintir oknum yang tak bertanggung jawab. Kepada mereka yang tak
mengindahkan kelestarian lingkungan akan
semena-mena membuang sampahnya di atas gunung atau bagi tangan-tangan jahil
yang melakukan aksi vandalismelah yang mengotori keindahan alam. Dan hanya pada pribadi yang memiliki kesadaran di
palung terdalam hatinya akan membawa pulang sampah makanan yang telah ia bawa. Maka
layaklah disematkan kepadanya sebagai pendaki yang bijak. Baginyalah disebut pejuang kebersihan.
Jika setiap jiwa memiliki kesadaran yang tinggi
terhadap lingkungan bersih dan lestari maka
semestinya berapapun bungkusan ransum yang dibawa selama kegiatan petualangan
harus pula dibawa pulang dengan jumlah yang sama. Dalam hal serta jenis
petualangan apapun, kesadaran terhadap pelestarian lingkungan
adalah utama agar kehidupan makhluk hidup terus berjalan seimbang. Dimanapun berada masalah
sampah haruslah dimulai dari diri pribadi seseorang, rumahnya barulah lingkungan yang lebih luas lagi. Bukankah keindahan
serta kebersihan selalu melahirkan sesuatu yang menyehatkan.
Tak ada yang terlambat untuk upaya pelestarian lingkungan. Maka mulai hari ini kepada setiap orang
yang melakukan pendakian marilah menanamkan dalam dirinya akan pentingnya kesadaran
lingkungan. Ketika mendaki gunung wajib membawa pulang sampah sendiri serta alangkah
mulianya memungut sampah yang juga ditinggalkan oleh orang lain. Serta saling
menegur dengan tutur kata yang sopan ketika mendapati orang yang acuh tak acuh membuang
sampah sembarangan misalkan puntung rokok, bungkusan makanan atau lainnya.
Bukankah seorang pendaki gunung adalah mereka yang menamakan dirinya pecinta
alam. Sudah sepatutnya sikap yang dilakukannya mencerminkan dirinya cinta alam
dan menghargai lingkungan.
Ramainya pendakian ke gunung harus tetap
memperhatikan faktor kelestarian lingkungan yang seimbang serta tak mengotori. Menumbuh semaikan kesadaran di hati setiap pendaki
adalah modal paling utamanya. Selanjutnya upaya yang bisa dilakukan untuk
menjaga alam dan meminimalisir pencemaran lingkungan di gunung adalah
menetapkan aturan yang tegas terhadap pentingnya lingkungan yang lestari. Bagi
setiap yang melanggar maka harus di beri ganjaran yang tegas sebagai efek jera
serta proses pembelajaran bagi yang lainnya. Pihak pengelola kawasan wisata
pegunungan di Indonesia bisa mencontoh apa yang diterapkan di Gunung Everest,
Tibet.
Tabung pendaki di Gunung Everest sumber http://uniqpost.com |
Sebagai gunung tertinggi di dunia Everest,
Himalaya menghasilkan sampah rata-rata 50 ton per tahun. Sampah tersebut
didominasi sampah tabung oksigen, alat mendaki, tenda, bungkus makanan, bahkan
kotoran manusia. Sampah ini dihasilkan tak lain oleh pendaki yang ingin
menaklukan Gunung Everest. Untuk menjaga kebersihannya maka para pendaki harus
menandatangani peraturan berupa perjanjian plus deposito 2.500 poundsterling agar
tidak membuang sampah di puncak gunung. Sumber http://uniqpost.com/
Sejujurnya aturan seperti di atas pernah diterapkan oleh pengelola di beberapa kawasan gunung di Indonesia misalkan saja dengan membatasi jumlah pendaki serta memeriksa jumlah barang bawaan para pendaki dengan tujuan dapat membawanya turun dengan jumlah yang sama banyaknya. Namun hal ini tidaklah efektif serta pihak pengelola selalu kewalahan. Apalagi sebagian gunung di Indonesia tak memiliki petugas khusus untuk mengecek barang para pendaki. Lihat saja kian hari sampah terus bertambah volumenya, sungguh miris.
Maka kesadaran adalah hal yang paling utama dalam upaya pelestarin lingkungan. Menanamkan sejak dini pelajaran akan pentingnya lingkungan mulai dari TK, SD, SMP, lalu SMA hingga akhirnya akan memanen generasi dengan pribadi yang peduli terhadap alam dan lingkungan yang telah memberi kita kehidupan. Akhirnya, bumi akan tetap lestari.
Untuk turut andil dalam kegiatan ini, sebagai seorang pendaki dan blogger, saya ikut pula berkontribusi mengabarkan dan mengkampayekannya melalui tulisan di halaman blog sebagai upaya meminimalisir volume sampah di gunung sana. Setidaknya saya sering mengajarkan kepada rekan-rekan di komunitas tempat saya menyalurkan kegiatan naik gunung bahwa tiap kali mendaki maka harus pula membawa pulang sampah tersebut. Semoga hal ini adalah satu langka nyata dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan yang sejalan dengan tujuan dan perjuangan WWF Indonesia.
Maka kesadaran adalah hal yang paling utama dalam upaya pelestarin lingkungan. Menanamkan sejak dini pelajaran akan pentingnya lingkungan mulai dari TK, SD, SMP, lalu SMA hingga akhirnya akan memanen generasi dengan pribadi yang peduli terhadap alam dan lingkungan yang telah memberi kita kehidupan. Akhirnya, bumi akan tetap lestari.
Pejuang kebersihan (http://www.belantaraindonesia.org/) |
***
Apresiasi yang tinggi harus diberikan kepada WWF Indonesia sebagai LSM konservasi alam terbesar dan tertua di
Indonesia yang telah memulai kegiatannya sejak tahun 1962. Hingga saat
ini, masih tetap konsisten memperjuangkan pentingnya lingkungan bagi kehidupan serta segala upanya pelestariannya. Tentu hal ini sepatutnya diberikan dukungan oleh setiap orang sebab masalah lingkungan adalah tanggung jawab manusia sebagai penghuni jagat. Penghargaan juga harus diberikan kepada blogdetik.com sebagai blog keroyokan terbesar di Indonesia yang terus mendukung upaya mengkampayekan pelestarian lingkungan.Untuk turut andil dalam kegiatan ini, sebagai seorang pendaki dan blogger, saya ikut pula berkontribusi mengabarkan dan mengkampayekannya melalui tulisan di halaman blog sebagai upaya meminimalisir volume sampah di gunung sana. Setidaknya saya sering mengajarkan kepada rekan-rekan di komunitas tempat saya menyalurkan kegiatan naik gunung bahwa tiap kali mendaki maka harus pula membawa pulang sampah tersebut. Semoga hal ini adalah satu langka nyata dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan yang sejalan dengan tujuan dan perjuangan WWF Indonesia.
Jika upaya pelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab setiap orang terlebih oleh para penguasa sebagai pengambil kebijakan. Semestinya pengelolaan sumber daya alam harus tetap memperhitungkan faktor lingkungan yang berimbang untuk kehidupan generasi selanjutnya. Harusnya tak ada penebangan dan perambahan hutan yang berlebihan atau pembakaran hutan yang tiap tahunnya selalu terjadi. Maka sebuah ungkapan dan pesan kepada para pemimpin di negeri ini : "Jika
ikan terakhir telah ditangkap dan pohon terakhir telah ditebang, manusia akan
sadar bahwa uang tidak bisa dimakan".
Tulisan ini disertakan dalam kampanye #ingatlingkungan bersama WWF & blogdetik.com
Tulisan ini disertakan dalam kampanye #ingatlingkungan bersama WWF & blogdetik.com
- Makassar, 30 Maret 2014