Dok. Pribadi |
Dunia petualangan selalu saja menarik untuk diperbincangkan dari berbagai sisi bahkan tak akan pernah ada habisnya. Mulai dari semakin banyaknya produk yang menawarkan properti standar akan digunakan selama perjalanan. Kitapun bisa melihatnya dari menjamurnya toko-toko outdoor yang menghias disepanjang jalan. Atau barangkali lewat film-film yang mengispirasi sebagian khalayak. Mereka lalu terbius akan pemandangan alam yang begitu memesona siapa saja sehingga menumbuhkan hasrat dan minat orang-orang untuk berpetualang salah satunya seperti mendaki gunung.
Semesta selalu menyuguhkan panorama yang memukau. Bentang alam yang begitu indah, hamparan awan bak lautan ombak, melihat matahari terbenam dari puncak gunung atau bulan yang perlahan muncul di antara celah-celah tebing, suara gemercik air di tengah belantara, pelangi bawah laut ataukah hamparan pasir yang begitu memutih adalah hadiah dari aktifitas semacam ini selalu ada kedamaikan jiwa ketika bercengkrama dengan alam. Ya, ini merupakan keberkahan dari Tuhan Pencipta Semesta, kita harus mensyukurinya.
Semakin ramainya gunung didaki pada setiap akhir pekannya menandakan semakin gemarnya orang-orang menyukai dunia petualangan ini, entah apakah impack dari apa yang saya sebutkan di atas tadi. Tak perlu lagi berbackground sebagai komunitas pecinta alam, mahasiswa pecinta alam, kini semua orang siapa saja bisa melakukannya. Saya rasa, selama kita bisa menjaga kebersihan gunung dengan membawa kembali sampah turun ke bawah, menghormati adat istiadat suatu daerah, itu akan lebih baik. Atau segala hal yang perlu kita perhatikan selama melakukan perjalanan.
Minggu lalu, saya mendaki gunung bawakaraeng di sulawesi selatan, gunung ini menjadi favorit para penikmat ketinggian. Saat itu puluhan orang dari beberapa kelompok melakukan pendakian kesana. Barangkali kondisi yang sama akan terjadi pada daerah lainnya di Indonesia ini yang kaya akan gunung-gunungnya itu. Beberapa hari yang lalu juga ada beberapa pendaki sempat dinyatakan hilang di gunung itu. Kebetulan saja saya turut pula tergabung dalam tim pencari bersama beberapa tim lainnya yang turun kelapangan.
Tuhan Maha Baik, beberapa pendaki tadi masih dalam keadaan selamat dan pulang membawa kisah-kisah penuh hikmah. Saya sempat ngopi bersama dan mendengar penuturan mereka yang telah berapa hari mengalami kondisi survive. Mereka melalui jalur berkontur terjal dan sangat curam sehingga kerel yang dikenakannya harus dilepas/dibuang. Satu dari mereka mengalami luka akibat terjatuh. Sekali lagi semesta masih berpihak kepada mereka.
Dok. Sar Unhas |
Apakah tentang arogansi dalam diri pribadi atau obsesi. Tetapi dunia petualangan sedang gemar-gemarnya digandrungi orang banyak, tentu saja ini hal yang positif. Mencintai Indonesia bisa dilakukan dengan naik gunung lalu lebih mendekatkan kita pada Sang Pencipta Semesta. Kita harus menyadari hal itu ketika berada dipuncak-puncak keagungan-Nya.
Siapapun kita, sehebat apapun dengan pengalaman yang telah kita alami tetap saja kuasa dan kehendak Tuhan Pencipta Alam tidak bisa kita lampaui. Mari lebih siap dan waspada dalam melakukan kegiatan petualang terlebih untuk aktifitas naik gunung. Perencanaan yang matang tentang sebuah perjalanan akan sangat membantu dan memudahkan nantinya. Ayo kita naik gunung dan mengabarkannya. Semoga Semesta selalu berpihak kepada kita semua.
Tulisan ini lahir setelah terinspirasi dari pelaksanaan operasi sar di gunung bawakaraeng beberapa hari yang lalu.
"Mendaki gunung tidak akan mempercepat kematian begitu juga dengan tidur nyeyak di kasur empuk rumah". Lupa baca dimana.
- Makassar, 06/07/2013
Baca juga tulisan yang sama :