July 17, 2013

Lihatlah itu! Mereka yang mengunjungi Rumah Tuhan

Sekarang ramadhan suci, semua orang dibelahan bumi sedang giatnya meniupkan untaian doa  ke langit dengan pengharapan dilipat gandakan ganjaran aktivitas amalannya. Tua, muda, anak-anak, tuan penguasa, si kaya dan si miskin melebur sama tanpa strata meramaikan rumah Tuhan untuk menghamba kepada sang pencipta semesta alam. Inilah momentum yang baik  dalam berlomba-lomba meraup kebaikannya. Waktu seperti ini tak seperti bulan lainnya, sekarang amatlah istimewa.

Kala malam-malam datang, pada mimbar dihadapan mereka yang bersurban dan berhijab itu tampil seseorang untuk memberikan nasehat nuansa agamis akan pesan langit dari isi kitab suci sebagai firman Tuhan juga menyampaikan perkataan seorang suci yakni nabi akhir zaman yang penuh keteladanan. Ini akan berlangsung hingga bulan penuh kebaikan ini beranjak pergi.

Anak-anak kecil begitu riangnya mengikuti setiap malam tarwih. Sehingga kadang ada canda diantara mereka atau juga seringnya tercipta gaduh yang memenuhi shaf paling belakang. sementara yang lainnya tengah  khidmat dalam bersujud kepada penguasa langit. Ya! biarkanlah seperti itu mereka berbahagia dan jangan melarang anak-anak tak mengunjungi rumah Tuhan lagi. Setidaknya mereka ingin pula seperti para haji dibarisan shaf paling depan saat melaksanakan wajib dan sunnah. Bukankah ini waktunya berburu amalan kebaikan. Sekali lagi biarlah anak-anak tadi turut meramaikan sebagai suatu pembelajaran dini, mereka lugu tapi niat tulus dan murni ibadah.

Rumah Tuhan juga dikunjungi oleh siapa saja yang memiliki kecintaan kepada-Nya. Termasuk tuan politisi yang senyumnya selalu lebih manis menghias pada pajangan poster dipekarangan rumah Tuhan atau sudut lorong-lorong. Senyum juga adalah ibadah barangkali harus ditebarkan dimana-mana agar menuai berkah. Tuan politisi juga turut pula menyampaikan pesan-pesan agama walaupun diselipkan bahasa bernada politis didalam rangkaian katanya. Ah, kalian hanya bersosialisasi  untuk suatu popularitas kepentingan.

Ia menjanjikan sumbangan kedalam kotak amal pada rumah Tuhan tadi. Dengan intonasi yang nyaring tuan politisi mengatakan itu di atas mimbar, tempat dimana biasa disiarkan ajaran suci akan cinta, kasih dan segala perihal kebaikan dikabarkan. Ia mengatakan itu dihadapan Tuhan ditengah-tengah majelis tapi ia tak berani berbicara dan menjanjikan angka aritmetika berapa digit. Jika benar itu tulus tak perlu mengatakannya secara lantang cukuplah hanya dengan diam memasukannya ke kotak amalan.

Inilah bulan ramadhan, sekarang juga adalah waktu menjelang membuai janji manis untuk suatu kontes politik. Saat ini semua orang gemar berlomba-lomba untuk memperoleh ganjaran dan hasil dari apa yang dilakukannya.
Tak ada yang perlu dilarang-melarang, anak-anak dan tuan politisi semua berhak wajib  mengunjungi rumah Tuhan. Entah siapa yang paling tulus, pura-pura, ria, dan paling murni niatnya? Akan tetapi inilah saat tepat  berburu amalan, bukan!


- Ramadhan ke-7

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER BULAN INI