foto : imam hermiraj |
Rindu itu kembali membuncah dan
menjadi-jadi tatkala secara tak sengaja saya menemukan beberapa gambar pada
folder perjalanan yang tersimpan rapi dalam laptop kesayangan. Seakan-akan
memori saya ikut tertelanjangi, ada sesuatu yang terselip dalam ingatan. Gambar
itu selalu berbicara akan kenangan dan simbol tentang simpul kebersamaan
serta persahabatan bersama teman seperjuangan dahulu, mereka adalah orang-orang
yang pernah merangkai sejarah lalu meneguk pahit nikmatnya suka duka bersama.
Perjalanan ini berawal ketika salah seorang teman saya
melihat terabadikannya gambar-gambar pendakian yang pernah saya alami. Ia pun
jatuh hati ingin merasakan suasana dan sensasi berada di alam bebas. Merasakan
malam-malam dingin di gunung itu seperti apa, dia juga ingin bertemu dengan
edelweiss lalu menceritakan lambang cinta abadi kepada kekasih jiwanya yang
akan ia nikahi, bunga yang selalu ikhlas menebarkan wewangiannya kepada setiap
orang yang menjumpainya. Tapi juga perjalanan ini adalah perayaan seorang kawan
yang baru saja meraih gelar insyiurnya. Ya, itulah beberapa hal yang mendasari.
Satu hal yang bisa dipastikan
kebenarannya, saya tak pernah meracuni pikiran kawan-kawan saya terlebih
mengajak, Ini murni dari mereka karena jatuh hati dan mengingini.
Tepat sehari sepulang dari lima
hari menjelajahi hutan belantara, menyisir sungai dan menjumpai kesederhanaan
para pembuat gula merah di kaki gunung kamuru dan bossolo, kabupaten gowa.
Kembali mempacking kerel lalu menemani empat teman saya mendaki gunung
bawakaraeng. Berkenderakan sepeda motor melaju menuju perkampungan terakhir sebagai
gerbang pendakian yakni dusun lembana. Hari itu pula langsung mendaki dan
menggelar tenda di pos lima pada malam yang telah larut. Keesokan hari
melanjutkan jalan hingga mencapai puncak dan lagi-lagi tiba saat malam sudah
mendahului kami.
Pagi itu bersama keempat kawan
saya, mulai bergegas mempersiapkan perjalanan pulang dari pos sepuluh gunung
bawakaraeng. Telah semalaman kami mendirikan camp disini. Semesta tidak begitu
bersepakat kepada kami. Dari semalam angin begitu kencang disertai hujan yang
turun seenaknya saja membasahi tenda. Suhu begitu dingin sekali, mengisyaratkan
agar kami segera membungkus badan dengan sleeping bag lalu tidur tanpa
mengharapkan apa-apa dari pertunjukan
benda-benda langit. Bulan malam itu tak menampakkan dirinya sama sekali.
Hari yang masih dingin berkabut,
kami mulai packing setelah menikmati sarapan pagi. Siang itu tak ada pendaki
lain selain rombangan kami sendiri. Diiringi doa memohon keselamatan, mulailah
perlahan pijakan langkah meninggalkan puncak gunung bawakaraeng. Melewati pos
perposnya dengan sesekali singgah beristrahat, satu hal yang mesti saya maklumi
yakni kelima kawan saya adalah pemula dalam aktivitas seperti ini. Sehingga
begitu bersyukurnya ketika meraih puncak dan pulang dengan selamat.
Pada pos enam, senja pun mulai
menampakkan perangainya pertanda sebentar lagi ia akan memeluk malam. Menuju pos lima matahari perlahan akan
tenggelam. Suatu pemandangan alam tak ternilai harganya, diantara celah ranting-ranting
pohon yang kering dan telah mati itu awan begitu tenang menggulung-gulung bak
lautan yang teduh. Semacam kanvas yang terlukiskan pemandangan alam beserta
langit sore tapi hal ini tak akan mampu tercipta oleh imajinasi seorang pelukis
manapun. Semesta selalu bercerita tentang hal-hal hebat akan penciptaan sang
penguasa langit.
Senja itu, jingga menghiasi pos
enam yang didominasi pohon dan rantingnya yang kering dan telah mati. Bias
warna jingga menyinari tubuh yang keletihan sejenak menghilang, dahaga pun
terpuaskan lalu mendamaikan jiwa. Saya amat menyukai warna jingga. Pohon-pohon itu begitu indahnya dilihat.
Menikmatinya tentu saja kami berhenti sejenak hingga senja benar-benar bertemu malam. Dalam beberapa
kali pendakian ke gunung ini tak pernah saya menjumpai sore seindah ini, sungguh
sore yang tak biasa. Terkadang para pendaki tak melihat pemandangan apa-apa
selain kabut dan hujan saja. Saya menjumpai senja sedamai ini hanya bersama kalian,
kawan. Kita tidak melihat bulan di puncak tapi semesta menggantinya dengan
keindahan lainnya. Tuhan Yang Maha Baik selalu berkehendak lain diluar batas
dugaan manusia.
Malam telah datang lalu kami mendirikan
camp di pos lima. Melewatkan malam dengan kehangatan kopi masih tentang
kekaguman yang tak henti-hentinya akan pemandangan yang baru saja terlewatkan
oleh mata. Senja yang tak akan pernah dijumpai diperkotaan yang semakin hari mengeluarkan
bau amis menyengat. Ah, perbincangan malampun berlanjut perihal cinta, kekasih
jiwa dan cita-cita yang masih ghaib serta beberapa pengharapan kelak. Atau perbincangan
hal sederhana lainnya sempat dibahas kadang bernada menggelitik. Tapi penuturan
saya malam itu, cita-cita adalah menyeruput secangkir kopi berlima seperti
malam ini sungguh membahagiakan atau barangkali lewat kesempatan lain bersama
kekasih jiwa saya. Percayalah ini cita-cita sederhana saya.
Bagi saya lewat kita bercengkrama
diantara kabut itu, memaknai arti pertemanan semakin kuat dan mengakar. Yang
terbentuk dari saling berbagi beban hidup dan menikmati keindahan alam. Sehingga
kelak, inilah yang akan kalian rindukan tentang saya atau tepatnya kebersamaan kita
yang langka ini. Berterimakasilah kita kepada semesta karena lewat
perantaranyalah terlahir akan hikmah dan nilai yang sangat berharga.
Goresan pada halaman ini
terilhami ketika melihat foto lama. Kenangan pendakian bersama empat kawan
teknik kelautan unhas. Saya amat bahagia bisa membawa kalian pulang setelah
menikmati dan merasakan malam-malam dingin digunung sana. Hormat saya kepada Imam,
mail, anto dan adi, sehat-sehatlah kita dimanapun berada. Adakah menjumpai diri
kalian mengenang jalan berkontur itu menuju pencapaian titik triangulasinya. Mari
mengenang siapa yang nyaris hypothermia atau yang meneguk cairan spritus dengan
mengiranya itu partikel kopi. Refleksi
perjalanan ke Bawakaraeng 22-25 juni 2011.
foto : imam hermiraj, adi, mail, anto, dayat |
foto : imam hermiraj, adi, mail, anto, dayat |
*) Minggu menjelang sahur . jam
1 tanggal 28/07/2013
mantap kisahnya...
ReplyDeletetrimakasih sdh berkunjung dan membacanya
ReplyDelete