Entah mengapa. Setiap kali melintasi Pantai Lakota, melihat aktifitas penimbunan pantai, melihat lalu lalang truk-truk bermuatan material batu dan tanah yang ditumpahkan diatas butiran-butiran pasir putih. Saat itu juga kenangan saya tentang pantai tersebut ikut terkubur didalamnya. Terkubur pada proyek yang apa telah lulus uji kelayakan andal, AMDAL. duh,
Saya masih ingat ketika hendak atau pulang dari sekolah dulu. Saya biasa melewati pantai Lakota lalu menikmati pasir putihnya serta belaian sepoi angin laut yang mendamaikan. Beberapa tahun lalu pantai ini adalah tempat dimana koli-koli (sampan) para nelayan akan bersandar sehabis melaut dengan berjejer di atas pasir putihnya. Pantai ini juga tempat anak-anak kecil biasa bermain merangkai imajinasinya membangun istana-istana pasir yang megah. Dan tentu saja di pantai ini bersama beberapa sahabat bersua lalu berenang. Serta beberapa kenangan lainnya yang turut terkubur bersama makhluk2 hidup atau hewan laut.
Seorang teman berkata kampung kita telah maju. Barangkali juga benar sebab pantai ini kelak serupa losari di Makassar, tempat biasa orang-orang melepas kepenatan rutinitas yg menjemukan. Kelak di pantai Lakota anak2 – muda akan merajut kasih serta menjadi tempat berselfi ria ditengah huruf baloknya. Atau orang2 akan berkumpul menyeduh kopi lalu mengagumi senja. Entah.
Yeah, langit tetap sama tapi kehidupan telah berubah. Kenangan telah terkubur. WaKaToBi telah maju...