June 04, 2013

Sekali Lagi. Lintas Gunung Lompobattang-Bawakaraeng, Pendakian yang klimaks. (Bag. 1)

Lintas.  Perjalanan ini adalah hadiah untuk kawan saya, Zule.


Tak ada yang begitu bahagia selain saya. atas pendakian ini, lagi-lagi semesta berpihak pada kita. Tapi melebihi semua itu, seorang sahabat yang awam atas hal seperti ini berhasil mewujudkan cita-cita-mimpinya naik gunung. Maka gugurlah utang saya atas janji-janji yang sempat terucap beberapa waktu lalu.

Selalu menyenangkan menikmati setiap inchi perinchi dan melewati karvak perkarvak perjalanan ini, termasuk Lintas Gunung Lompobattang-Bawakaraeng. Bagi saya ini klimaks juga khatam.  Beranggotakan tujuh orang, masing-masing saya sendiri, murham, ipul, wahyu, eping, akbar dan sahabat saya, zule. Jujur untuk saya dan murham ini lintas yang kesekiannya. sedang yang lainnya masih untuk pertama kalinya melewati jalur ini. Merupakan kebanggaan mungkin juga keberhasilan bagi saya pribadi jika mampu mewujudkan hasrat orang-orang yang ingin melewati jalur yang belum mereka lewati sebelumnya, kemudian pulang dengan selamat dengan membawa kisah-kisah yang berfaedah untuk dirinya atau orang lain. Selayaknya, seorang pendaki itu tak pernah merasa bosan untuk mendaki sebuah gunung secara berulang-ulang.

Lintas menurut saya, pendakian yang selalu bernilai lebih dibanding hanya mendaki salah satu dari kedua gunung ini. Ada banyak hikmah-hikmah dan pelajaran tentang hidup yang bisa kita tangkap, kadang kita tak menyadarinya saja.  Maka dari itu saya berani mengajak serta seorang sahabat saya, zule. Hal ini kedengaran berat untuk seorang pemula dimana dibutuhkan fisik dan semangat yang lebih besar dari sebelumnya. Tapi dibalik semua itu saya sudah menceritakan tentang pemandangan yang menakjubkan dari perjalanan lintas ini, ya semacam bonus. Dan barangkali masih jarang juga orang yang memilih lintas, mungkin hanya segelintir apapun alasannya.

Untuk melakukan lintas harus atau biasanya start melalui dusun Parambintolo, kec. Malakaji Kab. Gowa. Untuk mempercepat waktu, dari Makassar kami memilih transportasi mobil panther langsung menuju kaki gunung dengan biaya 25ribu/orang. Bermalam di basecamp sar unhas, rumah dari Tata Juma' yang selalu begitu ramah untuk setiap pendaki yang berkunjung kesana. Tapi jauh hari sebelum itu kami sudah mengabarkan akan kedatangan kami dan mencari tahu info kondisi cuaca di sana.

Keesokan pagi dan ini hari pertama. Setelah berdoa lalu kami berpamitan melakukan pendakian. Tentu saja target untuk bercamp adalah di pos atau teras 9. Mulai dari pos 1 kita harus menikmati tanjakan demi tanjakan hingga melewati pos per posnya. Hujan sempat mengguyur. Saya sempat berujar pada sahabat "Ini nyanyian alam kita harus menikmatinya, merasakan nada-nadanya". Hujan di gunung kadang membuat kita ikut begoyang menggetarkan badan itulah kedinginan. Yang harus diwaspadai juga diantisipasi adalah dalam tahap hypothermia. Saya selalu menyarankan istrahat jangan terlalu lama jika rute dan waktu tempuh masih panjang.

Sebelum matahari sebenar-benarnya tenggelam dalam peraduannya. Saya dan Zule tiba di pos 9. Tenda  telah berdiri dan kami berduapun langsung di tawari kopi pekat oleh teman-teman yang telah lebih dahulu sampai. Disini, pada teras 9 jika beruntung dikala malam hari pemandangan sangatlah indah dengan warna lampu-lampu perkotaan dari kejauhan begitu pula dengan langit sorenya yang selalu menakjubkan mata, sungguh maha karya agung sang pencipta. Harus ada kesyukuran dalam diri atas hal ini.

Lalu, saatnya memberi asupan energi untuk raga yang sempat kelelahan sehariannya yakni makan malam lalu mari masuk tenda, saya menyebutnya ini adalah tidur di hotel dengan ac yang cukup dingin. Silahkan istrahat besok kita menuju lembah antara kedua puncak lompobattang dan bawakaraeng. Itulah tujuan camp hari berikutnya.*

Notes : "Jangan sekali-kali meninggalkan kawan kita seorang diri dibagian belakang apalagi ia telah kelelahan atau telah mengalami kondisi sakit atau semacamnya"

*) bersambung

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment

TERPOPULER BULAN INI