JAUH HARI
sebelum perempuan itu datang, ia sudah mengirimi saya pesan bahwa apakah kamu
masih di Tomia, apakah kamu masih sering menyelam, apakah saya bisa menyelam lagi
dengan kamu, dan masih banyak pertanyaan lain menghiasi chattingan kami. Nampak
intim.
Tak lama
setelah itu, semingggu kemudian ia tiba di Tomia tanpa sepengetahuan saya.
Tiba-tiba sebuah pesan masuk ke telepon pintar saya yang berbunyi hey, kamu
dimana saya sudah dua hari disini.
Bergegas, saya
menemuinya di Hotel tempatnya menginap. Dari jauh ia sudah tersenyum kemudian saya
menyalami-menjabat tangannya lalu menanyakan kabar dan perbincangan basa basi
atau remeh temeh berlanjut layaknya teman yang baru saja berjumpa lagi. Di
akhir pertemuan sore itu perempuan itu berkata : besok kamu harus menemani saya
menyelam, tak boleh menolak, katanya dalam speak
bahasa (bahasa Indonesia) yang masih terbata-bata.
Saya mengangguk
tanda menyanggupinya. Keesokan harinya, saya menemaninya seharian menyelam
(tiga kali dive). Selalu menyenangkan diving bersamanya, apapun yang ia temukan
dibawah sana pasti akan memanggil saya. Insting dan penglihatannya cukup tajam.
Di spot ali reef misalnya ia bahkan memberikan saya signal kalau seekor hiu
telah dilihatnya. Padahal itu luput dari pengamatan saya yang sibuk akan
ramainya ikan jack fish & fusilier. Hari itu, saya menunjukannya sepasang
pontohy pygmi sea horse (kuda laut). Dia tersenyum lalu memberikan signal love
tanda ia menyukai hewan laut super mungil yang cukup sukar untuk diketemukan
tersebut.
Ia memang penyuka
shark/HIU. Setahun sebelumnya kami juga bersama memburu Hiu pada salah satu tempat
andalan untuk melihatnya di wilayah Tomia. Pada spot ini, hiu biasa diketemukan
sekitar kedalaman tigapuluhan meter, hiu-hiu akan berenang mondar-mandir
berdekatan dengan penyelam. Karena saking sukanya pada spot penyelaman ini dia
meminta/me-request untuk menyelam lagi besoknya. Ia memang penyelam dalam dan
biasa membawa dua tabung bahkan lebih. Dia juga terbiasa menyelam di gua. Saya merasa beruntung menyelam dengan penyelam yang hebat sepertinya. Sebab saya selalu ingin belajar dari mereka yang berpengalaman.
Esok harinya
ia meminta untuk menikmati senja di dataran tinggi Puncak Tomia (tempat terbaik
melihat sunset). Seperti biasa selain menyelam terkadang ada tamu atau turis
yang meminta untuk melihat sisi lain dari pulau yang mungil ini, tomia. Sebelumnya setahun yang lalu
kami juga menikmati sunset bersama di tempat yang sama. Hari itu kami
berbincang banyak hal sembari menanti senja berarak-arak menjemput malam.
Ada hal yang
berbeda dari kedatangannya kali ini. Jika sebelumnya ia masih menggunakan kamus
atau aplikasi translate. Atau sebaliknya saya terkadang menggunakan translator
di handphone. Namun kali ini ia sudah lumayan mahir mengucapkan bahasa
Indonesia. Jadi dia tidak kesukaran untuk berkomunikasi lagi dengan saya atau
sebaliknya. Sejatinya ia perlahan-lahan mempelajari bahasa Indonesia hasilnya
ia jauh lebih berkembang dari setahun lalu. Sesekali ia bertanya dalam english
kepada saya mengenai maksud dari sesuatu hal yang tak dipahaminya. Dengan senang
hati saya mencoba membantu menerjemahkannya, walau dengan kemampuan bahasa inggris saya yang masih jauh panggang dari api. hh
Kepada saya,
dia selalu mengatakan bahwa dirinya mengagumi tomia, makanya ia datang mengunjungi Tomia yang kedua kalinya
dan akan berkunjung di tahun berikutnya lagi. Kami banyak berbincang mengenai
budaya, sosial, agama, kuliner dan yang pasti tentang bawah laut sebagai hal
yang sama-sama kami senangi. Ia selalu memuji underwater atau bawah laut tomia
terlebih ia juga suka melihat black coral atau akar bahar yang berukuran
raksasa. ‘’karang di tomia bagus dan sehat begitu juga visibilitinya, saya suka
tomia” ungkapnya dengan penuh kekaguman.
Teman Jerman
saya itu memang concern pada penyelaman dalam, ia seorang peneliti. Ia mengaku mendapat
beasiswa dan akan mengambil gelar doktor-nya di Australia serta penelitiannya
akan dilakukan di Raja Ampat, Papua. Pada kedalaman tertentu ia akan mengambil
sampel & meneliti disana, dia juga akan meminta bantuan dari seorang
temannya yang seorang instruktur
penyelaman dalam. Semoga dimudahkan.
Tak lama
sunset pun datang, kami menikmati matahari terbenam hingga benar-benar bertemu
malam. Ia seperti orang-orang eropa lainnya, yang mengagumi sunset Indonesia,
sunset khas tomia tentunya. Tak lama matahari sore menuju peraduannya lalu kami
pulang melewati jalan tiap desa yang mulai sepi.
Tugas saya
tak selesai sampai disini. Rupanya ia meminta saya agar menemaninya menyaksikan
acara joget. Layaknya seorang teman yang baik, lagi-lagi saya mengamini
keinginannya. Sepeda motor saya melaju menuju hotel dan membawanya ke tempat
joget malam pada suatu acara perkawinan. Seperti apa yang saya duga jika
orang-orang yang datang ke acara tersebut akan memerhatikan kami kerena
keheranan. Bahkan seorang teman saya (seorang gadis) mengira bahwa yang bersama
saya itu adalah pacar bule saya. Sebab cukup jarang masyarakat melihat bule-bule
datang menonton acara joget semacam itu dikampung saya.
Menurutnya
acara joget yang disaksikannya cukup unik tapi dia menikmati & menyukainya.
“di negara saya tak ada acara seperti ini”, katanya. Turis-turis selalu
menyukai originalitas dari suatu daerah, bagi mereka hal itu adalah kemewahan
yang tak dilihatnya di negara asalnya, layaknya acara joget.
Saya
menawarinya apakah kamu ingin berjoget nanti akan saya carikan pasangan seorang
dari teman saya. Eh, dia malah meminta agar saya menjadi pasangannya. Oh, well
akhirnya setelah menjelaskan panjang lebar kalau saya kurang menyukai joget,
barulah ia mengerti sambil tertawa-tawa. Setelah cukup puas menyaksikan
muda-mudi dan tua yang tak mau kalah lalu menyatu serta terbuai dalam lagu dan
goyangan, kami pun pulang. Hari yang melelahkan terlewati. Keesokan harinya
saya mengantarnya ke dermaga, dia pun pamit melanjutkan perjalanannya mencumbu
wilayah lain di Indonesia, merealisasikan rencana-rencana lainnya.
Sebenarnya ada
beberapa hal yang saya senangi dari teman eropa saya tersebut. Benar saya
sering menemani turis-turis untuk menyelam, atau yang ingin melihat bagian lain
dari keseharian kehidupan masyarakat pulau tomia. Ia berbeda dari kebanyakan
mereka. Saya menyukai kejujuranannya
mencintai Indonesia, mencintai alam Indonesia & laut wakatobi. Saya juga
menyukai semangatnya mempelajari bahasa Indonesia yang perlahan-lahan mengalami
peningkatan. Mengagumi totalitas serta ambisinya mempelajari dan meneliti sesuatu di
kedalaman tertentu sana. Serta saya mengagumi keberaniannya menjelajahi
wilayah-wilayah pelosok di Indonesia seorang diri, SATU HAL YANG BELUM SAYA
LAKUKAN sejauh ini.
Mungkin suatu
hari kami akan menyelam lagi bersama. Entah!
-
Pulau Tomia, 15 juli 2020