|
Titik Triangulasi Gn. Bawakaraeng |
Puncak Lompobattang
Perjalanan
dari teras 9 menuju triangulasi puncak gunung Lompobattang sekitar 20
menit dan berjarak sekitar 500 meter. Sebelum mendapati puncak kita
harus melewati batu besar setinggi lima meter dengan sudut kemiringan
sekitar 90 derajat dimana samping kiri kanan adalah jurang menganga
dengan kedalaman puluhan meter yang siap menerkam jika terjatuh.
Pemandangan
dari Pos 10 sangat indah. Berdiri disalah satu tiang langit Sulawesi,
mata kita akan disuguhkan dengan hamparan berbukit-bukit dan hutan-hutan
yang masih alami. Mengabadikannya dalam bentuk gambar tentu saja hal
yang tidak bisa kita lewatkan.
Percabangan jalur Menuju Lembah Kharisma
Dari
puncak Lompobattang menuju percabangan, jalur yang dilewati berupa
punggungan bukit dengan kondisi medan terbuka berupa tanah dan
batu-batuan. Sepanjang jalan banyak dijumpai Bunga Edelweis yang sedang bermekaran. Jarak yang ditempuh sekitar 2o menit.
Dari
sini kita dapat melihat suatu areal datar seluas lapangan sepakbola
ditengah-tengah hutan, sungguh aneh bukan? Namanya adalah Pasaranjaya (pasar setan). Konon menurut cerita yang beredar jika
bermalam disana maka sepanjang malam kita akan mendengar suara orang
yang ribut seakan-akan seperti dipasar. Namun jalur yang akan kami
lewati adalah tidak melalui tempat tersebut.
Jalur menurun, tampak juga Pasar anjaya
Dipercabangan
tersebut kami melakukan orientasi peta terlebih dahulu untuk mengetahui
dan mengambil titiknya serta menyesuaikan dengan rencana jalur yang
telah kami buat di peta. Setelah yakin, perjalanan kami lanjutkan
dengan mengambil arah berbelok kekanan. Medan menurun harus kami lewati
sambil sekali-kali harus teliti memilih jalur yang sudah mulai tertutup.
Jalur
yang terjal dan vegetasi berupa rotan yang berduri serta pohon yang
tumbang memaksa kami beberapa kali harus merayap untuk melewatinya. Hari
semakin sore disertai hujan yang mengguyur kami dan berada
ditengah-tengah hutan tertutup membuat suasana semakin gelap.
Disini
kami harus berpisah dengan dua orang kawan yang berjalan duluan
didepan. Ketika mendapat sungai, kami berempat mulai curiga seharusnya
kedua kawan tersebut pasti menunggu kami disini karena kondisi mulai
gelap. Ketakutanku mereka bergeser melewati Pasaranjaya. Tapi untunglah
kami bertemu kembali setelah saya dan seorang kawanku menyusulnya.
CAMP KEDUA
Hujan
semakin deras, kami putuskan mendirikan tenda dan malam ini camp kedua
disekitar sungai berareal datar. Badan yang mulai menggigil segera kami
hangatkan dengan masuk kedalam tenda dan menikmati air hangat lagi-lagi
buatan dua orang gadis tangguh bersama kami.
Sungai di dekat lokasi camp
Lembah Kharisma-Puncak Bawakaraeng
Sebenarnya
target untuk camp kedua adalah di Lembah Kharisma namun karena
kemalaman akhirnya diputuskan bermalam disekitar sungai tersebut. Dari
Lokasi camp kedua ke Lembah Kharisma adalah sekitar 20 menit.
Vegetasinya masih berupa rotan yang berduri dan pohon-pohon besar.
Lembah
Kharisma merupakan nama lokasi dimana para pendaki yang akan melintas
biasa bercamp karena berupa bidang datar dan terdapat sumber air. Jika
tidak salah, jalur ini pertama kali ditemukan oleh KPA Kharisma
Makassar. Dari sini menuju Puncak Bawakaraeng dibutuhkan waktu sehari
lagi dengan melakukan trekking serta melewati punggungan-punggungan
perbukitan dengan jalur yang sangat terjal, samping kiri dan kanan
adalah jurang yang sangat dalam.
Setelah
melewati pos 13, 12, dan 11 Gunung Bawakaraeng barulah kami sampai
dititik Triangulasi (Pos 10). Dari sini tampak Gunung Lompobattang
disebelahnya. Pemandangan saat senja di puncak Bawakaraeng sungguh
sangat indah. Bukan hanya kami saja yang menikmatinya, beberapa orang
pendaki yang kami temui juga tidak melewatkan momen tersebut. Setelah
camp semalam lagi di pos sepuluh bawakaraeng besok paginya kami telah
sampai di Dusun Lembanna, kaki gunung Bawakaraeng. Bermalam dibasecamp,
ke-esokannya harinya kembali ke Makassar dengan segudang pengalaman dan
cerita menarik.