Musim barat seperti ini cuaca tidak menentu dan cepat berubah-ubah serta angin sewaktu-waktu datang disertai dengan badai tanpa bisa diprediksi. Alhasil tambatan kapal yang berlabuh di dermaga terkadang ada yang putus. Tentu hal itu beresiko akan keselamatan kapal. Dan seminggu lalu memakan korban dua mooring buoy (tambatan) sebuh kapal putus.
Kedua mooring buoy tersebut berada di kedalaman 8 hingga 12an meter pada kondisi perairan berpasir-lumpur.
Sebagai tanggung jawab moril sebagai penyelam, kami dalam hal ini komunitas Fila-fila Journey diminta untuk mencari dan memperbaikinya. Barangkali bisa dikatakan ini merupakan bentuk respon sosial maka dengan senang hati kami melakukan hal tersebut semampunya.
Untuk pekerjaan atau penyelaman bawah air seperti demikian bisa dikategorikan masuk ranah kegiatan Search & Rescue (mencari dan menolong) yakni mencari dan memperbaiki mooring kapal untuk keselamatan pelayaran. Jadi, SAR itu bukan hanya mencari korban jiwa yang hilang atau meninggal namun bisa juga sebuah benda. Saya sedikit tahu sebab pernah aktif bersinggungan dengan kegiatan-kegiatan SAR sewaktu di makassar.
Dalam memperbaiki mooring ini saya bersama dengan dua teman melakukan penyelaman. Hal pertama adalah harus menemukan titik tambatan yang terbuat dari balok-balok beton. Sayangnya tali dan tambatan itu sudah hampir tertimbun sedimen pasir. Visibiliti atau kecerahan air yang minim dan penglihatan terbatas amat menyulitkan ditambah luas area pencarian membuatnya gampang-gampang susah bahkan bisa membuat siapapun disorientasi/kehilangan arah.
Namun
setelah mencarinya beberapa saat dan mengandalkan navigasi alami alhasil kami
menemukannya juga. Nah, sosis atau SMB
(surface marker buoy) di naikkanlah sebagai tanda bahwa posisi objek yang
dicari sudah didapat. Kapal yang mengantar kami pun mendekat. Hal kedua setelah
itu yang dilakukan adalah tali yang tenggelam dan tertimbun sedimen pasir tadi
kami naikkan kemudian diikatkan mooring dalam hal ini cerigen-cerigen bekas untuk
berfungsi mengapungkan tali tersebut. Nanti kelak akan memudahkan kapal-kapal
menambatkan tali-talinya (fungsi utama dari mooring buoy). Hal yang sama juga berlaku dengan mooring kedua yaitu menemukannya lalu memasangkan cerigen agar tali tambatan mengapung kepermukaan.
Sebenarnya
saya juga pernah mencari sebuah baling-baling kapal (propeller) berukuran
lumayan besar yang hilang atau terlepas di kolam dermaga Waha Tomia ini.
Barangkali itu tiga tahun lalu. Sedikit sukar karena objek tersebut sudah
tertimbun sedimen. Maka cara yang digunakan adalah dengan menusuk-nusuk pasir
menggunakan pointer (besi yang biasa digunakan penyelam untuk membunyikan tangki ketika memanggil penyelam lain). Walau cukup lama durasi pencariannya namun kami tetap
menemukannya. Umpama terlambat sehari barangkali baling-baling itu sudah tertimbun dalam dan tak bisa lagi didapat.
Oh, well hal yang
paling penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan penyelaman bukan
rekreasional semacam ini adalah wajib bagi dive team (tim penyelam) yang sudah
harus berpengalaman serta dilengkapi dengan peralatan yang memadai. Karena hal tak diduga bisa saja terjadi terutama pada
kondisi perairan minim visibiliti/jarak pandang antara lain berpotensi rawan disorientasi dengan buddy
menyelam, terjebak atau terlilit tali temali kapal dan banyak hal lain. So, tetaplah menyelam dengan batas kemampuan agar tetap safety.
- Pulau Tomia, 19 Januari 2022
Untuk video lengkapnya bisa dilihat di sini :
No comments:
Post a Comment