Barangkali tak banyak yang tahu bahwa sampah tidak hanya ada di permukaan laut, pantai dan daratan saja namun juga menjadi ancaman nyata bagi kehidupan bawah laut yang amat kompleks. Di Pulau Tomia, Wakatobi sendiri beberapa orang atau komunitas sudah terlalu mainstream kita melihat mereka bersih-bersih pantai. Namun tidak dengan sampah bawah laut yang menempel atau tersangkut pada karang-karang indah Pulau Tomia.
Beberapa minggu lalu saya bersama teman-teman dari komunitas Fila-fila Journey, sebuah komunitas lokal yang gemar pada kegiatan penjelajahan entah diving, naik gunung, camping atau hal identik dengan aktifitas luar ruangan (outdoor). Dengan metode freedive (menyelam bebas) kami mencoba membersihkan spot snorkling atau diving di Hondue. Semua orang pasti tahu lokasi ini sebab selain memiliki karang yang sehat dimana cukup mudah dijangkau dengan beach entry jika hendak snorkling atau diving, juga memilik pantai pasir putih maka dari itu tempat ini selalu menjadi pilihan warga lokal ketika berwisata.
Lantas apa saja hasil yang di dapat dari memulung di bawah laut ini. Yang paling dominan adalah sampah sisa jaring/net nelayan yang menempel pada karang entah itu soft coral maupun hard coral. Dan yang kedua yakni sisa-sisa tali pancing yang cukup banyak melilit karang-karang di spot Hondue. Dan hal itu bisa saja mudah menjerat si turle atau penyu. Ya hal itu sangat rentan terkena demikian juga dengan jenis hewan lainnya. Belum lagi pada karang itu sendiri yang bisa saja merusak atau menghancurkannya.
Kedalaman sampah yang kami temukan adalah variatif dari tiga hingga sepuluhan meter. Durasi dua jam sudah lebih dari cukup untuk sedikit membersihkan sampah plastik yang menempel pada karang di site Hondue. Kami kembali melakukan hal yang sama pada minggu berikutnya. Dan hasilnya tetap menemukan sisa-sisa alat tangkap nelayan yakni jaring dan tali pancing yang belum kami temukan sebelumnya.
Bayangkan berapa karang yang hancur saat jaring tersebut ditarik serta apa yang terjadi pada jaring tenggelam tadi yang menutupi karang. Lantas bagaimana jika dilakukan oleh banyak orang dan hampir tiap malam. Oh, moga tidak.
Sejatinya, reef clean up tidak saja kami lakukan kali ini saja. Tidak.
Saya beserta
beberapa teman cukup intens menyelam di Tomia jadi tiap kali menyelam tersebut
adalah saat dan kesempatan juga untuk membersihkan apapun yang diketemukan
seperti sisa alat tangkap nelayan antara lain net/jaring, tali pancing atau sampah
plastik lainnya yang didapat sepanjang spot penyelaman. Sebenarnya yang demikian
adalah luput atau jarang dipublikasikan toh itu tanggung jawab moril tiap
penyelam dimana tak hanya alam yang dinikmati namun bertanggung jawab untuk tidak merusak lebih-lebih harus menjaganya.
Satu cerita, saya
punya pengalaman menemani dua orang turis asing di salah satu spot penyelaman Waha Ridge.
Tiba-tiba saja salah seorang dari mereka melihat sisa jaring yang tersangkut
pada karang dengan kedalaman 20 m lalu memanjang jatuh pada 30an meter. Cukup
panjang jaring tersebut. Alhasil waktu penyelaman habis untuk membuka jaring itu dimana cukup sukar dilepas. Maka jangan heran jika
dive komputer mendapati deco yang lumayan lama namun tak apalah asal jaring tadi bisa dilepas. Syukurnya tamu-tamu yang saya temani menyelam selama ini cukup respect/peduli soal lingkungan utamanya sampah, mereka rela mengikhlaskan waktu menyelamnya untuk melepas atau memungutnya jika menjumpainya.
***
Untuk secuil hal baik kita harus lakukan terlebih untuk lingkungan dan laut kita. Insya Allah komunitas Fila-fila Journey akan sering melakukan hal seperti ini. Mari berhenti banyak bicara omong kosong dan hanya lakukan aksi untuk kemaslahatan bersama apapun itu.
Laut adalah hidup dan kehidupan bagi orang-orang pesisir. Mari menjaganya!
- Pulau Tomia, 04 Januari 2022
Untuk video lengkapnya bisa dilihat disini :
No comments:
Post a Comment